Prolog: Asmara api biru pada sumbu kompor minyak tanah

in #indonesia6 years ago

ANGGAP saja ini sebagai prolog, ya. jika sudah tiba waktunya, maka perut wanita akan mengecil kembalu, karena isi kandungan yang ada di dalamnya yang dirinya itu belum pernah melihatnya, telah keluat (lahir). Artinya, perut yang menonjol bagaikan gunung kecil itu mengabarkan kepada yang mengalaminya tentang apa yang terlihat setelah melahirkan kandungannya itu.

Jika kejadian itu dibahas seperti gunung yang meletus, sepertinya ada kemiripannya, karena di dalam Ayat surah Az-Zilzal. Karena hal itu berhubungan dengan perasaan, maka gunung itu sama dengan gunung yang bertempat di raga manusia sendiri, 'Dirinya Sendiri'
Ayat ke dua surah Az-Zilzal menyebutkan: "dan mengeluarkan semua isinya" itu hanya tinggal menebak saja, apakah isi dari kandungan itu, apakah perempuan atau lelaki dan kemudian diberi nama.

MARI kita mundur ke beleakang, ke tahun 1986 dimana aku belum keluar dari ibuku. Perlu diketahui saat itu bahwa aku(narator) belum lahir. Jadi cerita ini aku dengarkan bertahun-tahun kemudian setelah aku lahir, sudah tumbuh gigi dan dibekali rasa ingat setelah melewati rasa lupa.

SAAT itu dunia sedang kacau berat dan aku tidak ingat terlibat dalam kekacaun belahan dunia mana. Sewindu sebelum aku lahir, perang Vietnam, perang Malvinas, operasai Seroja di Timor Leste, baru saja selesai. Yang masih berlanjut adalah invasi Sovyet ke Afghanistan, perang dingin dan kejahatan kemanusiaan pra DOM di Aceh. Jadi aku memang betul-betul tidak tahu berasal dari kekacaun dunia belahan mana? Di alam transisi(barzah), mungkin aku merasakan kesakitan yang amat mendalam mengenai hastrat dunia yang belum terlaksanakan dan dalam keadaan menunggu untuk dibangkitkan.

SEORANG pria mengajar di sebuah kampung pedalaman Aceh Utara, ia bertenu dengan seorang wanita yang juga mengajar di kawasan terpencil itu, mereka mengajar anak-anak kaum transmigran yang berasal dari seberang laut. Kedua pengajar itu terbakar asmara api biru sumbu kompor minyak tanah dan lidah api raksasa yang menjilati langit di malam hari yang berasal dari obor kilang gas Arun. Mereka kemudian menikah dan barulah dua tahun selepasnya di suatu subuh hujan lebat kacamata kakek retak ketika mendengarkan tangisanku, nenek menginjak kacamata kakek tanpa sengaja. Pada mulanya Ayah ingin menamaiku Habimullah, itu nama seorang mujahidin yang gugur di Afganistan, Ibu menolak nama itu. Kemudian Ayah ingin menamaiku Paku Alam, ia terinspirasi kisah Wali Sanga di tanah Jawa, ibu kembali menolaknya. Jadi untuk beberapa saat aku tidak memiliki nama. Karena narator belum memiliki nama, jadi ceritanya tidak enak jika dilanjutkan dan lebih baik diakhiri saja. Namun sebelumnya mari kita putar mundur sedikit ke belakang filmnya. . . .

Kacamata kakek tidak retak lagi kembali seperti semula, aku masuk kembali pada ibuku, ibu gemuk lagi, aku menjadi kodok, menjadi, kecebong dan tidak tahu berada di mana dan ibuku kembali langsing serta melanjutkan abdinya sebagai pengajar di desa terpencil. Dan jauh hari sebelumnya Ayah adalah penjual obat keliling yang menaiki kapal fery dari Sabang untuk pulang ke Aceh Utara demi mengikuti ujian seleksi CPNS.

Coin Marketplace

STEEM 0.35
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 71539.00
ETH 3603.23
USDT 1.00
SBD 4.75