Suatu saat nanti aku ingin memiliki filmku sendiri

in #indonesia6 years ago (edited)

Sebelum jenggot dan kumisku dicukur, aku memutar lagu Ode to My Family sebagai musik latarnya. Sepertinya aku agak sedikit paham lirik lagu ini. Di atas kursi pangkas melalui cermin aku melihat beberapa orang kidal, nampaknya mereka sedang mengeluh teriknya cuaca. Ada juga seekor kucing betina berbaring di lantai. Lalu lewatlah seorang perempuan berdada besar, mungkin saja bajunya terlalu sempit, sehingga dadanya lebih menonjol. Mata pisau cungkur diganti, kursi pangkas direbahkan, aku mulai pejam dan intro Ode to my family: on.

Jika dalam scene film ini pasti artistik. Dimulai dengan BLACK SCREEN ON, beriringan dengan INTRO MELODI ODE TO MT FAMILY. Untuk 5 detik masih BLACK SCREEN, kemudian BLACK SCREEN END dan masuk ke BLACK AND WHITE SCREEN atau SEPHIA SCREEN. Gambar sepia atau hitam putih tidak akan menutupi teriknya matahari yang menyengat, jika para pelakon dapat berakting dengan baik. Tukang pangkas mulai mencukur, kamera menyeroti interior kedai pangkas, kucing betina bunting yang berbaring dilantai. Melalu cermin di dalam kedai pangkas itu, kamera men-zoom perempuan dada besar itu yang lewat sepintas. Kemera men-BIG CLOSE UP bagian dada si perempuan itu dan PRESENTATION CREDIT ON. Yang terbaring di atas kursi pangkas itu memberi isyarat agar tukang pangkas menutupi matanya(supanya ia lebih tenang). BIG EXTREAM CLOSE UP pada ke dua matanya, ia mengedip-ngedip beberapa kali, kipas angin di plafon berputar pelan-pelan(selama 3 detik kamera menyoroti kipas angin itu). Kemudian tukang pangkas menutup matanya dengan handuk. Kembali ke BLACK SCREEN, pada BLACK SCREEN itu muncul: SUBTITLE CREDIT: 3 BULAN SEBELUMNYA, suara kipas angin berputar terdengar(voice-bta diperbesar. . . . Lalu masuk ke transisi CUT TO)adegan selanjutnya; 3 BULAN SEBELUMNYA, sebelum ia berada di atas kursi pangkas ini.

Tadi aku menonton film IP Man. Film ini tentang martial art of wingchung dan kekejaman Jepang ketika menginvasi China. Memang semua tahu bahwa di masa lalu Jepang amatlah kejam. Namun kekejaman Jepang dalam film ini sebenarnya adalah kekejaman China semasa rezim Mouzedong. Kekejaman Jepang di masa lalu lebih terkenal dalah hal perbudakan seks, di Jawa atau Asia Tenggara dikenal sebagai Jugun Ianfu(di Jawa saksi hidupnya masih ada). Justru kelaparan terjadi di China saat awal-awal era komunis. Film ini walau mengambil tema sejarah; film sejarah, akan tetapi film dan sejarah adalah dua hal yang berbeda. Film, ya, tetap film, film tunduk kepada selera pasar dan produser. Sementara sejarah, ya sejarah, sejarah ditulis oleh pemenang. Sehingga History lebih ke His Story. Aku tidak percaya sejarah dewasa ini, justru aku lebih percaya novel dari pada buku sejarah(buku sejarah yang disahkan oleh negara).

Di dalam novel begitu banyak kisah kelaparan di China yang disebabkan oleh komunis. Misalnya novel To Live karya Yu Hua, Dada Besar Pinggul Lebar karya Moo Yan. Dalam novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, kekejaman Jepang di Indonesia mengenai perbudakan seks. Milan Kundera juga begitu, tema seks bersifat individu pribadi, masalah utama adalah kelaparan. Sesungguhnya dalam buku biografi Ip Man, Ip Man lari ke Hongkong karena menghindari ideologi komunis, bukan kekejaman Jepang. Begitu juga Pramudya Ananta Noer, ia menyinggung kelaparan era partai komunis namun malah dituduh agak kekiri-kirian. Percayalah hampir semua buku sejarah itu omong kosong, hanya ditulis oleh pemenang berdasarkan keinginan hati rezim penguasa. Film sebagai hiburan(bisnis) walau ada nilai-nilai kemanusian. Kalau ingin menambah wawasan baca novel, jika ingin tahu kebenaran yang hakiki bacalah kitab suci; karya sastra agung Maha Pengasih Lagi Penyanyang, Allah.

Coin Marketplace

STEEM 0.25
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 63478.09
ETH 3067.28
USDT 1.00
SBD 3.81