Bahagia Bersyarat

Pada kesempatan ini saya akan menceritakan sedikit kepada Anda tentang apa itu bahagia bersyarat. Sebagaimana maksud istilahnya, bahagia bersyarat gampangnya adalah kebahagiaan yang hanya akan terjadi dengan syarat-syarat tertentu. Tidak ubahnya seperti aturan main dalam sebuah kuis atau layanan promosi suatu produk yang mencantumkan tanda (*). Tanda bintang tersebut berarti bahwa syarat dan ketentuan berlaku. Biasanya, promosi produk yang di embel-embeli bonus, diskon, atau hadiah hanya akan berlaku jika konsumen telah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang diberlakukan oleh perusahaan penyedia program promosi tersebut. Jika konsumen tidak bisa memenuhi syarat itu, maka keuntungan berupa hadiah yang dijanjikan dalam promosi batal didapatkan.

Hampir sama dengan hadiah bersyarat dalam promosi, merasa bahagia pun bisa memiliki tanda bintang, yang berarti baru akan terjadi apabila syarat dan ketentuannya sudah terpenuhi. Anda mungkin pernah mendengar, atau jangan-jangan Anda sendiri yang mungkin pernah mengucapkan kata-kata berikut: "Saya hanya akan bahagia, jika punya mobil baru" atau "Saya hanya akan bahagia, jika mereka mau patuh terhadap perintah saya". Pernahkah kata-kata seperti itu terlintas dipikiran Anda? Atau bahkan sampai terucap oleh Anda sendiri? Saya harap tidak demikian.

---

^{Sumber | pixabay.com}

Sebab, manakala kalimat-kalimat semacam itu terlintas di dalam pikiran seseorang, maka tanpa disadarinya sesungguhnya orang tersebut telah menyandera batinnya untuk menjadi seorang penganut bahagia bersyarat. Kemudian apa akibat lanjutannya? Akibat selanjutnya jika seseorang mensyaratkan kebahagiaan pada aspek di luar dirinya adalah ia akan selalu mengambinghitamkan orang lain atas penderitaan yang dialaminya. Sehingga yang sering terdengar adalah kata-kata seperti "Saya menderita karena tidak memiliki mobil baru" atau "Saya menderita karena mereka tidak mau patuh terhadap perintah saya".

Ketika seseorang mengambinghitamkan orang lain berkaitan dengan kebahagiaan dirinya, atau memiliki syarat-syarat yang detail untuk mencapai kebahagiaannya, maka bisa jadi orang tersebut akan sulit menjadi orang yang bahagia. Pasalnya, dia menggantungkan kebahagiaannya pada hal-hal diluar dirinya. Kebahagiaannya seperti dikendalikan oleh hal-hal diluar dirinya, apakah itu mobil, teman, sahabat, orang tua, mitra kerja, atau bahkan uang dan lain sebagainya. Orang seperti itu tidak pernah mempunyai kuasa untuk menentukan kebahagiaannya sendiri. Karena ketika sedikit saja ada hal yang berbeda dari apa yang disyaratkan oleh orang tipe seperti itu, maka dia akan mudah stres, terpuruk, menderita, depresi, dan bahkan lebih buruk lagi.

---

^{Sumber | pixabay.com}

Seorang penganut kebahagiaan bersyarat cenderung melakukan semua pekerjaan di dalam hidupnya dengan semaunya sendiri atau sesuka hatinya. Dia akan cenderung mengatur orang lain, lingkungan sekitarnya, tata letak benda, sistem, dan bahkan hingga berkeinginan untuk mengatur Tuhan. Semuanya disesuaikan oleh orang tersebut dengan syarat kebahagiaan bagi dirinya. Dia akan selalu berupaya untuk mengatur orang lain yang mungkin saja orang-orang yang diaturnya memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai kebahagiaan dalam beraktivitas.

Dia juga akan mengabaikan kenyataan yang bahwa setiap manusia memiliki gaya hidupnya masing-masing. Pada titik ini, ketika orang lain menolak kuasa atau perintahnya, maka akan berdampak pada penderitaan dan keterpurukan di dalam dirinya. Selanjutnya, orang ini akan berkata "Gara-gara Anda, saya jadi menderita". Apakah Anda pernah menjadi orang yang seperti itu? Jawabannya ada pada diri Anda masing-masing, dan semoga kita tidak termasuk kedalam orang-orang yang menginginkan kebahagiaan dengan syarat. Tapi, jadilah orang yang bisa berbahagia dengan tidak menggantungkan kebahagiaan pada sesuatu, ikhlas untuk berbahagia, dan juga bersedia bahagia dalam kondisi apapun.