Ramadhan, Konsulat Amerika dan Steemit

Hari kedua Ramadhan kali ini agak sedikit berbeda dari biasanya. Jika pada jam 14.30 siang, biasanya waktu yang tepat untuk menambah porsi istirahat saat Ramadhan. Selain karena masih libur kerja, istirahat atau tidur juga termasuk ibadah di bulan Puasa.

Setelah shalat Jum'at, setiba dirumah istri langsung mengajak saya menemaninya berbelanja. Karena langit sedikit gelap karena mendung yang menyelimuti Caleue dan sekitarnya. Saya pun bergegas menuju ke pasar bersama istri dan si buah hati yang siang ini masih bertahan tidak mau tidur. Sebagai suami yang baik, menemani istri belanja banyak pahalanya loh, apalagi dibulan puasa.

Sampai dipasar, sambil menunggu istri berbelanja. Saya coba cek ricek hape, ternyata banyak sekali chat yang belum saya baca di beberapa grup WhatsApp. Saya langsung teringat bahwa hari ini ada kelas FAMe di Sekolah Sukma Bangsa Pidie. Dengan pematerinya adalah seorang yang dikenal cukup hebat dan berasal dari negara yang dipimpin Donals Trump, Amerika Serikat.

Tidak lama istri saya pun muncul dengan seabrek belanjaan. Saya tidak menanyakan apapun karena apapun yang dibeli istri sudah barang tentu adalah kebutuhan pokok untuk menu berbuka nanti. Kami pun langsung pulang karena saya harus segera meluncur ke Sekolah Sukma Bangsa.

Sesampainya disana, @riodejaksiuroe sudah menunggu meski bukan saya yang ditunggu. Tapi setidaknya saya akan dengan mudah menemukan ruangan tempat berlangsungnya kelas FAMe, karena beliau adalah "orang dalam" di sekolah tersebut. Saya pun dituntun beliau menuju TKP.

Sudah ada 20-an peserta yang telah hadir, termasuk seorang bule yang katanya Konsulat Amerika untuk wilayah Sumatera. Namanya Juha P. Salin, dia ditemani seorang wanita cantik berhijab yang belakangan saya ketahui namanya Rahma. Karena Juha selalu menyebut namanya saat memamparkan materi tentang Ramadhan di USA.

Banyak hak yang dipaparkan Juha dan Mbak Rahma sepertinya sudah paham betul menerjemahkan dalam bahasa Indonesia. Karena jika tidak, kami semua mungkin akan manggut-manggut saja seperti "Cina kaloen Seudati". Terlepas dari kebencian umat muslim terhadap negara adikuasa tersebut yang selalu bersikap offensif terhadap muslim terutama mereka yang berstatus rakyat Palestina, Suriah dan lainnya.

Saya mencoba melupakan sejenak hak tersebut, karena tujuan pertemuan ini hanyalah untuk mendengar dan mendiskusikan tentang perbandingan Ramadhan di Indonesia dengan di Amerika. Sikap toleransi rakyat nonmuslim Amerika yang begitu tinggi coba dipaparkan Juha setidaknya memberi angin segar bagi umat muslim yang bermukim disana. Bayangkan saja, populasi umat Islam di Amerika yang berjumlah 30,6 % hanya 1,1 persen yang berstatus warga pribumi Amerika. Selebihnya adalah para imigran dari negara muslim dan African-American atau kerap disebut Amerika kulit hitam.

Sebagai umat muslim, penjelasan Juha menyangkut tentang perbandingan Ramadhan sangat dapat diterima. Meski kebijakan politik luar negeri yang diterapkan terkadang jauh dari kata pro-muslim, itu adalah bagian dari perjuangan perlawanan yang terus kita dengungkan kepada masyarakat muslim dunia termasuk Indonesia bahkan bayi yang baru lahirpun kita bisikkan ketidakadilan yang dilakukan Amerika kepada umat Islam.

Terakhir, sebagai Steemian. Saya dan @riodejaksiuroe pasti akan mengusulkan kepada Konsulat Amerika agar segera mengagendakan acara @promo-steem agar mereka paham tentang media sosial Steemit. Karena seperti pengakuan Juha, dia sama sekali tidak mengetahui tentang Steemit dan segala yang berhubungan dengannya.

Dan pada akhirnya, bulan suci Ramadhan akan mampu menyucikan pola pikir kita dan bisa memilah antar ilmu dan perlawanan. Terutama melawan hawa nafsu terutama dalam menghadapi orang-orang yang memiliki misi menghancurkan peradaban Islam dimuka bumi ini, tidak terkecuali Amerika Serikat.

Salam,
@rezaacoi