PRAY FOR SURABAYA: SIAPA YANG MELAKUKAN TEROR? (BAG. PERTAMA)

Sumber

Perasaanku campur aduk membaca dan menyaksikan berita tentang pemboman di tiga gereja di Surabaya. Tambah lagi pagi tadi di POLRESTABES Surabaya. Iki kok iso podo iseng begini to? Maenane kok mbom-mboman, piye to? Yang ngajarin kowe ajaran gak bener iku sopo? Mbok ya kamu punya otak miker to. Iku mbom-mboman iso bikin orang ndak ada salah entek. Kok bisa-bisanya kamu iku tega mbunuhin orang yang ndak ada salah. Argghhh...otakku seolah digerayangi kelabang ngeliat pemandangan ini. Aku memang gemar berimajinasi. Seperti halnya dengan kejadian pemboman ini. Imajinasiku meliar menelisik modus dan motif pelaku. Imajinasiku melayang kepada model jihadkah ini? Tentu tidak. Tapi kalau mereka yang ngebom belum minum combantrin si obat cacing, bisa jadi inilah bentuk pemahaman dangkal tentang jihad. Inilah bentuk aksi vandal dari orang-orang yang mungkin kurang asupan gizi ke otaknya. Orang-orang yang semacam ini memang rawan untuk di manipulasi jalan fikirannya. Terlahir dalam keadaan fakir yang keberadaannya justru "dipelihara" oleh negara, tumbuh kembang mereka dari waktu ke waktu juga ikut fakir dalam ilmu. Kehidupan yang serba sulit akan membuat orang-orang ini bisa digarap oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk menciptakan konflik.

sumber

Kejadian terkini menurut berita tivi dilakukan oleh satu keluarga. Ibu dan anak-anaknya. Kemudian yang juga remaja berumur 18 dan 16 tahun, serta satu keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan seorang anak. Mereka disinyalir terlibat dalam jaringan ISIS. Aku berkhayal berada di posisi mereka. Miskin harta dan ilmu, hidup susah, pekerjaan sulit didapat dan hutang semakin menjerat. Suatu hari ada yang datang ke keluarga kami. Dia mengaku dari jaringan tertentu. Dia memberi kami uang dan makanan. Hidup kami menjadi mudah sejak bertemu dengan inkong atau malaikat penolong tersebut. Kami mulai merasakan udara segar yang selama ini diseruput dengan lahap oleh orang-orang kaya yang menjabat di negara. Sakit kami mulai perlahan terobati. Aku dan keluargaku tak pernah bertanya siapa sang penolong ini. Bagi kami dia adalah jawaban dari doa-doa kami. Perlahan namun pasti, kami mulai sering menghadiri berbagai pertemuan. Pertemuan demi pertemuan kami selalu dijejali oleh pemahaman untuk berjuang melawan kebathilan. Perjuangan menegakkan amar a'ruf nahi mungkar. Perjuangan JIHAD di jalan Allah. Musuhnya pun jelas. Orang-orang kafir yang dilaknat Allah. Dan kami adalah TENTARA ALLAH yang akan membasminya. Perjuangan kami suci. Kami senantiasa dipertontonkan video tentang timur tengah. Aku merasa bergelora. Apa yang kupikirkan adalah bagaimana aku bisa sesegera mungkin menjadi THE CHOSEN ONE untuk sebuah aksi. Aku sangat bergairah membayangkannya.

sumber

Dan akhirnya hari yang kutunggu segera tiba. Aku membawa semua keluargaku. Tak mungkin kubiarkan mereka hidup dalam dunia fana ini tanpa jaminan apa-apa. Kami akan berjihad bersama. Sang tuan penolong menatapku dengan bangga. "Surga menantimu anakku." Katanya. Aku semakin mantap dan terberkahi. Dengan langkah pasti aku menuju tempat sasaran. Semua yang telah diajarkan seperti terulang satu persatu. "Kalian adalah orang- orang terpilih untuk memerangi kebatilan anakku. Mereka semua adalah anasir jahat yang memenuhi bumi. Membasminya adalah sebuah kebaikan tak terkira." Wejangang sang penolong kembali menggema di otakku. Setelah semua memori yang disugestikan bermain dikepalaku. Semuanya bermuara kepada surga yang telah menanti. Aku meyakininya sepenuh jiwa. Dan akhirnya BUMMMM Aku terhempas ke udara menjadi potongan demi potongan. Ada banyak jasad yang bergelimpangan. Kami berada di alam ruh. Aku menangis dan menyesal karena ternyata surga untuk kami TIDAK PERNAH ADA. Tersentak ku terbangun dari khayalku sembari menuliskan postingan ini. Aku sadar aku tidak boleh bodoh dan miskin.

Dengan Cinta,

Reza Sofyan