Hakim tak berpalu

Pengaruh media sosial (medsos) akhir-akhir ini bukan hanya di jagat dunia maya, namun impactnya hampir menelusuri setiap sendi kehidupan, beragam informasi atau kejadian di dunia luar dengan cepat tersebar lewat medsos. Media yang menggantikan peran "burung merpati" berkembang begitu pesat seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin instan.

Banyak segi positif dari perkembangan medsos yang semakin massif, siapa yang gagap terhadap medsos dipastikan akan hidup dalam kegelapan dan dia tidak akan bisa menguasai rimba kehidupan. Dalam percaturan politik praktis medsos sebagai corong penyampai informasi dan penggiringan opini, sehingga banyak lahir para 'buzzer' di medsos untuk menggolkan keinginan politik suatu golongan.

Namun dibalik itu medsos juga berimplikasi negatif, dalam beberapa kasus media sosial berfungsi sebagai hakim yang tidak berpengadilan, banyak isu-isu yang berseliweran tervonis oleh pengadilan medsos yang tanpa mempunyai yurisprudensi hukum.

Dalam kasus polisi menendang seorang perempuan yang sedang viral di Bangka Belitung misalnya, sang polisi naas tersebut langsung menjadi bulan-bulanan netizen, tanpa memerlukan manstrea dan alat bukti yang cukup polisi tersebut langsung tervonis bersalah oleh pengadilan medsos, tanpa pernah kita tahu sang korban adalah benar-benar korban atau malah tersangka yang sebenarnya.

Banyak kasus lain terutama publik figure yang menjadi korban pengadilan medsos, sang hakim yang tak berpalu langsung memvonis seseorang bersalah tanpa mengorek informasi dari kedua belah pihak (both side), implikasi terhadap vonis tanpa bukti sangat kejam terhadap yang tervonis dan menjadi beban tersendiri kepada keluarganya.

Orang yang tervonis medsos dipastikan akan hancur karir politiknya dan akan rusak hubungan sosialnya dalam pergaulan, oleh sebab itu sudah saatnya kita hentikan semua, para hakim yang tak berpalu sudah saatnya menggunakan rasa dan hati bagaimana seandainya kita sendiri yang tervonis seperti mereka.