Kisah di Balik Nama

Assalamu'alaikum ...

Mengutip kalimat yang sering digunakan salah satu teman saya “Tak Kenal Maka Tak Sayang” maka di sini saya akan memperkenalkan diri. Nama saya adalah Kristinah, nama yang diberikan orang tua ketika saya terlahir di dunia ini. Mewakili pertanyaan yang muncul dari orang yang baru mengenal saya, saya adalah seorang muslimah. Memang begitulah seringnya pertanyaan yang sungkan-sungkan dilontarkan mereka, Mbak Kristinah Kristen ya? Di balik kontroversi tentang nama tersebut, saya menganggap nama yang singkat itu sebagai doa yang syarat makna dari kedua orang tua saya, mungkin mereka berharap kelak dewasa nanti saya akan menjadi penyanyi dangdut sekelas Kristinah dan memang benar saya menjadi sosok Kristinah yang hidupnya selalu jatuh bangun mengejar(mu) becanda ...

Namun dalam lingkungan tempat tinggal saya, yaitu salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Barat. Nama Kristinah jarang sekali yang mengenal bahkan hampir tak dikenali. Sebab kebanyakan mereka dan juga teman semasa kecil lebih akrab memanggil saya Titin, aneh bukan? Dari Kristinah menjadi Titin. Tapi memang begitulah nyatanya. Jika kalian berniat untuk mampir ke rumah, jangan cari nama Kristinah, coba tanyakan nama Titin agar mudah dikenali.

Diusia enam belas tahun saya mulai berkelana ke luar negeri, mencari kitab suci. Hehe ..., tepatnya sih mbabu di negeri Singa. Bekerja di sana selama dua tahun, lalu memutuskan untuk berhijrah ke Taiwan hingga saat ini menginjak tahun ke empat. Uniknya lagi dikalangan para majikan nama Kristinah atau Titin tidak lagi terpakai dan dari situlah awal mula nama Tina terlahir. Berbeda dengan Singapura yang disibukkan dengan banyak pekerjaan, di Taiwan ini saya punya banyak waktu untuk mengenal dunia luar, bertemu dengan orang-orang hebat dan mengenalkan saya dengan sebuah komunitas kepenulisan yang sedikit banyak mengajarkan saya tentang sastra yang perlahan saya tekuni.

Mungkin tak asing lagi nama pena dalam dunia kepenulisan, seperti nama penulis terkenal favorit saya dari Indonesia Tere liye, Dee Lestari, dan masih banyak lainnya. Saya pun mencoba menjadikan “Peanut” jika di eja menjadi “Pi-nat” sebagai nama pena saya yang artinya “Kacang”. Konon dengan nama tersebut saya berharap agar karya saya dapat dinikmati orang banyak, seperti cemilan ringan namun mengenyangkan, dan bisa menjadi teman kala senggang. Namun dari kesalahan penyebutan di antara teman satu komunitas, alhasil terlahirlah panggilan mbak Kacang, bukan lagi Kristinah, Titin, ataupun Tina.

Memang benar, setiap nama itu punya sejarah yang akan selalu dikenang.
Terima kasih kepada Jassy yang telah memotivasi saya menulis di Steemit serta mbak Etty yang memperkenankan saya menjadi bagian dari keluarga Steemit.