Berlaku Adil: Sebuah Nasehat

in #life6 years ago

Sorot pandang mata kecintaan menjadikan buta terhadap kekurangan-kekurangan, sebaliknya sorot pandang kebencian membuat lupa terhadapat kebaikan-kebaikan.

(Pepatah Arab)

crk5xdowkk.jpg

Sahabat Steemians, kita pasti pernah mendengar sebuah ungkapan dari Ali bin Abi Thalib ra, “cintailah sesuatu sekedarnya saja, karena bisa jadi suatu saat engkau akan membencinya. Demikian sebaliknya..”

Jika kita mencintai sesuatu atau sesorang, yang tampak di mata kita adalah kebaikannya, sedangkan keburukannya tidak tampak. Sebaliknya jika kita sudah kadung benci kepada seseorang, maka yang tampak di mata kita adalah semua keburukannya, sementara kebaikannya tidak tampak.

Itulah sikap tidak adil. Menurut Nurcholish Madjid, sikap adil pun ada ketengahannya, dalam artian kita tidak boleh terlalu dikuasai oleh sikap apriori atau sikap suka atau tidak suka. Karena yang paling penting adalah isinya, bukan bejananya. Kita bisa mengambil hikmah dari bejana darimanapun ia berasal.

Ali ra. juga pernah mengatakan, "unzhur ma qala wala tanzhur man qala.", yang artinya: "perhatikanlah apa yang dikatakan, dan jangan lihat siapa yang mengatakan." Kalau kita sudah terlalu banyak memperhatikan siapa yang mengatakan, maka itu sudah berbahaya, kita akan jatuh kepada perasaan suka atau tidak suka.

tvssis4lri.jpg

Ada sebuah riwayat (sejarah), tentang kenapa para khatib Jum’at selalu mengutip ayat al-Qur’an pada saat mengakhiri khutbah dengan bacaan:

nugbdrpse5.jpg

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (manusia) berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi (sedekah) kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu (manusia), agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90)

Saya kutip dari penjelasan Nurcholish Madjid, bahwa dulu kira-kira seratus tahun setelah Nabi saw wafat, setiap khutbah jum'at dijadikan sebagai “panggung politik” untuk saling menghujat dan melaknat lawan-lawan politik, itu dilakukan kepada orang-orang yang sama-sama umat Islam.

Jika yang jadi khatib dari kalangan pendukung Bani Umayah, maka khutbahnya akan diakhiri dengan kutukan kepada para pengikut Ali ra. Sebaliknya Jika para khatibnya berasal dari pendukung Ali ra, maka khutbahnya akan diakhiri dengan mengutuk Bani Umayah dan pendukungnya.

pua6qm993m.jpg

Untuk menghilangkan kebiasan yang tidak baik itu, maka tampillah khalifah dari Bani Umayah yang terkenal dengan kebaikan dan kebijaksanaannya, Umar bin Abdul Aziz ra. yang mengatakan, "hal seperti ini hendaknya jangan diteruskan." Dan beliau menyuruh para khatib pada saat mengakhiri khutbah dengan membaca surat an-Nahl ayat 90 seperti di atas.

Dan tradisi yang diwariskan oleh Umar bin Abdul Aziz ra. itu terus dilakukan oleh para khatib yang menyampaikan khutbah Jum’at sampai dengan sekarang. []


Sumber referensi:

  1. Dr. Nurcholish Madjid, Pesan-Pesan Takwa: Kumpulan Khutbah Jum'at di Paramadina, 2000.
  2. Ali bin Abi Thalib ra., Nahjul Balaghah: Surat-Surat Politik Imam Ali, 1989.

Foto ilustrasi: Dokumentasi pribadi.
Objek lokasi: Pantai Ujong Blang dan Pegunungan di Tangse, Pidie.

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 63318.34
ETH 3108.17
USDT 1.00
SBD 3.97