Pertemuan Mengejutkan di Washington DC |

in #life5 years ago

Ayi dan Azhar.jpg


UDARA Ibu kota Amerika Serikat, Washinton DC, begitu menusuk tulang pada akhir November 2012. Salju masih turun tipis, suhunya pun belum terlalu dingin. Angin berembus kencang. Saya menggigil. Dari hidung sampai keluar darah menahan serangan dingin yang mencekam. “DC dibangun di atas rawa, suhunya lebih menusuk,” ungkap Shawn Callanan, seorang interpreter International Visitor Leadership Program atau IVLP.

Saya dan sejumlah warga negara Indonesia yang mengikuti IVLP menginap di Hotel Double Tree di Washington DC. Hotelnya tidak terlalu jauh dari White House dan kami juga sempat ke sana pada kesempatan pertama. Setelah itu, kami mengunjungi beberapa museum di DC yang memang terkenal sebagai kota museum. Ada museum Indian, museum media massa, dan sebagainya. Waktu itu, museum negro sedang dibangun. Kami menyaksikan kegiatan pembangunannya, dan saya yakin sekarang sudah difungsikan.

Namun, kisah saya ini bukan tentang museum. Saya ingin mengisahkan tentang lelaki muda berjaket tebal yang berfoto dengan saya ini. Dia bernama Azhar, umurnya terpaut sekitar sepuluh tahun di bawah saya yang ketika itu berusia 40 tahun.

Saya tidak mengenal Azhar sebelumnya. Dia mendapatkan informasi kedatangan saya dari beberapa temannya yang kini menjaga warga pemegang ID residence permanent di Amerika Serikat. Saya tak menyangka, ketika sedang belanja di sebuah supermarket di DC, tiba-tiba saya ditelepon seseorang yang mengaku bernama Azhar.

Kami berbicara dalam bahasa Aceh. Saya baru sekitar empat atau lima hari tidak bicara bahasa Aceh. Namun, perjalanan dari Jakarta – Hong Kong selama lima jam, ditambah lima jam berikutnya dari Hong Kong – Tokyo, kemudian sekitar 12 jam dari Tokyo ke New Jersey dan Washington DC, membuat saya merasa perjalanan waktu sudah demikian lama. Ini pengalaman pertama saya melakukan perjalanan ke luar negeri. Sebelumnya, ke Malaysia yang dekat pun saya belum pernah. Otak dan tubuh saya masih menyesuaikan diri dengan segalanya yang terlihat berbeda di Amerika Serikat.


Utah@02.jpg


Azhar berjanji akan menjemput saya yang saat itu bersama Arif Affandi, yang juga mantan pemimpin redaksi Jawa Pos dan juga mantan wakil wali kota Surabaya, Jawa Timur. Tak lama berdiri menunggu sambil menikmati jalanan di Kota DC, sebuah Ferrari merah menghampiri kami.

“Itu dia, ya?” tanya Pak Arif. Karena tak yakin Azhar punya mobil Ferrari, saya bilang kemungkinan bukan.

Tapi ternyata pengendara Ferrari merah itu memang Azhar. Lelaki bertubuh gempal dengan model rambut spike. Tidak mirip orang Aceh, tapi wajahnya lebih condong ke Filipina. Entah bagaimana dia mengenali kami. Tidak berhenti lama, kami pun langsung naik ke dalam mobilnya dan melintasi jalanan DC.

Kami menuju sebuah restoran Timur Tengah yang terletak persis di depan World Bank yang saat itu mengingatkan saya kepada Sri Mulyani Indrawati, yang saat itu menjadi pejabat penting di World Bank dan kini menjadi menteri Keuangan Republik Indonesia. Alamat kantor World Bank ini mengingatkan saya dengan angka favorit saya, yakni 18. Hanya saja, alamat World Bank adalah 1818.

Kami memesan kebab Turki dengan porsi yang sangat besar sehingga saya tak mampu menghabiskannya. Saya harus minta maaf karena banyak makanan tersisa. Minta maaf kepada pelayan dan mengatakan bukan karena makanannya tidak enak, hanya porsinya bukan ukuran perut saya. Saya juga minta maaf kepada Azhar dan dia tertawa mendengar alasan saya.

Sepanjang perjalanan, saya duduk di samping Azhar dan Pak Arif di belakang. Kami berbicara dalam bahasa Aceh dan itu mengesankan buat saya yang memang sangat merindukan berbicara dalam bahasa Aceh. Ini tidak pernah terbayang dalam pikiran saya; Bercakap-cakap dalam bahasa Aceh yang mengalir cepat di dalam sebuah Ferrari merah yang sedang memacu di ruas jalan Washington DC.

“Kami mohon maaf Pak Arif karena bicara dalam bahasa Tarzan,” pinta saya. Dia pasti roaming dengan bahasa kami. Pak Arif menjawab tak mengapa dan dia sangat memahami.


Utah@01.jpg


Di lobi hotel, pembicaraan kami lanjutkan menjadi lebih akrab. Azhar masuk Amerika ketika terjadi konflik bersenjata di Aceh. Yang mengejutkan, ternyata kami satu sekolah dasar di SD Cot Gapu, Bireuen. Kemudian, kami juga satu sekolah di SMP Negeri 2 Bireuen, dan juga satu kampung di Cot Gapu meski kemudian Azhar dan orang tuanya pindah. Namun, wajar saja kami tidak saling kenal karena beda generasi. Dengan perbedaan usia sampai 10 tahun, pasti kami tidak pernah berada dalam satu sekolah. Dia masuk, saya sudah tamat.

Saya senang sekali melihat Azhar sukses di Amerika. Dia tinggal di Virginia yang tak jauh dari DC. Katanya, banyak pekerja kantoran di DC memilih tinggal di Virginia karena di sana pajak dan barang-barang lebih murah. “Saya tinggal bersama beberapa warga Filipina. Patungan menyewa rumah,” ungkap Azhar. Tentunya bukan karena itu wajahnya lebih mirip pria Filipina.

Beberapa sahabat jurnalis saya di Bireuen, ternyata dikenal Azhar. Salah satunya adalah Desi Safnita, seorang jurnalis perempuan yang produktif di Bireuen. Desi adalah pengurus teras di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bireuen.

Karena besok acara saya sangat padat, percakapan harus kami hentikan. Namun, saya selalu membayangkan pertemuan dengan Azhar dan percakapan kami tentang kehidupan di Aceh dan Amerika yang sangat bertolak belakang. Kami punya mimpi sama bahwa suatu saat nanti rakyat Aceh juga makmur seperti masyarakat Amerika. Makmur tanpa meninggalkan karakter khas Aceh.

Pertemuan ini mengajarkan saya untuk ramah dan menghormati siapa pun sebab keramahan serupa akan menyertai perjalanan hidup kita.[]


Park City-20121208-00365.jpg


Utah.jpg


Badge_@ayi.png


follow_ayijufridar.gif

Sort:  

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

Jeh bagah that putoh tulisan, teungoh meuayon tabaca ka habeh, pasti na seunambong lheuh nyoe tentang sosok Azhar nyan.

Nyan tulesan jameun, penggalan dari yang pernah dimuat di Serambi Indonesia. Cerita si Azhar sampo troek u AS sebenar jih menarik, tapi hana that teuingat le lon, hehehehe...

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 65139.82
ETH 3206.69
USDT 1.00
SBD 4.16