Hilangnya Jeurat Le Muara Tiga Dari Mata Sejarah

in #life6 years ago


Foto : Zian Mustaqin

Jeurat Le atau bisa diartikan kuburan yang banyak, lokasi tersebut diceritakan warga merupakan pesinggahan atau makam para pejuang Aceh, yang telah gugur dalam peperangan pada era penjajahan Belanda, 1873 silam.

Makam massal tersebut terletak di Kabupaten Pidie, tepatnya di Gampong Meunasah Papeun, Kemukiman Kalle, Kecamatan Muara Tiga. Masa kerajaan Pedir (Pidie), Laweung atau Muara Tiga, memiliki sebuah pelabuhan dagang besar yang sering digunakan untuk mengangkut rempah-rempah. Pihak kerajaan dan negara asing, sering menggunakan tempat tersebut sebagai lokasi ekspor impor hasil pertanian, seperti Lada, tebu dan cengkeh, hingga akhirnya Belanda menginvansi Aceh.

Makam tersebut adalah tempat dikuburnya para pejuang yang mempertahankan pelabuhan saat perang terjadi, disebut-sebut saat itu para pejuang Aceh dipimpin langsung oleh Tuanku Abdul Majid, kemudian dia ditangkap dan istrinya Pocut Meurah Intan, yang kemudian ditangkap juga dan diasingkan ke daerah Jawa Tengah.

Alamsyah (65), warga asli Meunasah Papeun, saat ditanyai ceritapidie.com, mengatakan tempat ini kerap digunakan para anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sebagai tempat persembunyian dan pelarian saat konflik melanda Aceh 30 tahun lamanya. Dimulai dari Daerah Operasi Militer (DOM), Darurat Militer dan Darurat Sipil yang diberlakukan Indonesia untuk Aceh. Dinamakan Jeurat Le, dikarenakan banyaknya pahlawan tanpa nama yang dikuburkan diperbukitan sabana itu, dikatakan warga setempat, Amiruddin, ada seribuan lebih jenazah yang disemanyamkan dilokasi tersebut, hal itu bisa dilihat dari banyaknya nisan yang tersusun rapi diperbukitan yang sangat indah jika dinikmati untuk melihat Sunset diujung pulau Sumatera itu.

Sedangkan menurutnya lagi, Konon katanya kuburan tersebut sudah ada sejak jaman Sultan Iskandar Muda, karena terlihat dari bentuk batu nisan yang ada.

Pemakaman umum tersebut kira-kira sudah berumur ratusan tahun. Tapi, dia tidak tahu apakah ada diantara mereka yang telah dikubur merupakan pejabat atau panglima masa itu, karena kondisi kuburan yang sama semua bentuknya tanpa ada perbedaan, jelas pria yang mengaku sering mengikuti bermacam ritual keagamaan dipemakaman itu, diantaranya Kaoy (Nazar), dan Kauri Blang (Syukuran turun sawah).

Jeurat Le, memiliki letak yang sangat strategis, berada pada Geografis tepat diatas perbukitan, dimana kita dapat melihat pemandangan alam kesegala penjuru arah angin, sehingga sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata cagar budaya dan purbakala. Selain itu, berada diketinggian 150 Mdpl, diantara sawah dan perbukitan savana nan indah, saat berada disitu, kita bisa langsung melihat perairan Laweung yang sangat biru, gunung Seulawah Inoeng dan Seulawah Agam, dua gunung yang sangat terkenal di Aceh.

Sementara hamparan savana dan sawah yang luas, membuat tempat ini layak untuk dikunjungi dan diteliti. Namun kini, Jeurat Le hanya tinggal nama di Meunasah Papeun, seakan tidak ada lagi yang peduli kepadanya, meskipun mereka yang terkubur disitu adalah orang-orang yang peduli kepada kita. Seandainya hal ini tidak dikembangkan, baik untuk penelitian dan wisata sejarah, maka bukan tidak mungkin, Jeurat Le akan hilang dari permukaan sejarah Aceh dan namanya hanya menjadi kenangan dan dogeng genarasi selanjutnya.

Redaksi

 


Posted from my blog with SteemPress : http://ceritapidie.com/hilangnya-jeurat-le-muara-tiga-dari-mata-sejarah/

Sort:  

Semoga beberapa kisah tentangnya segera terungkap, hingga kita punya berbagai alasan untuk menziarahinya

Adak jeut kon katakat meu padup krek teuk foto lam tulesan nyoe.

Hahahhaah
Si Zian tuleh nyan, tanpa ku teupeu ka teu kirem keunoe 😁😁😁

Coin Marketplace

STEEM 0.35
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70638.80
ETH 3565.34
USDT 1.00
SBD 4.73