Ibu: Sebuah Pekerjaan Yang Tak Pernah Mengenal Pensiun - Mother's Day International, 13 May 2018

in #mothersday6 years ago (edited)

Tatang S 1.jpg
Ilustrasi

Seorang ibu paruh baya terlihat sedang menyisir rambut anaknya, si ibu juga membedakinya, setelah mendandaninya si ibu berucap, “Njan ka ganteng aneuk mak” (Nih, udah ganteng anak mak). Si anak bertubuh gemuk, tangannya selalu memegang sebuah sikat gigi yang tak pernah dilepaskannya, sesekali ia menaruh sikat gigi itu di depan mulutnya dan bernyanyi, “lulu..lulu..lulu..”, hanya itu saja nyanyiannya, karena ia susah bicara.

Dari teman sekolahku, tetangganya si ibu ini, aku tau usia si anak ini jauh lebih tua dariku, 25 tahun. Anak ini mengidap Down Syndrome, dan ibunya telah merawat dan membesarkan si anak layaknya seorang balita dari sejak ia lahir sampai sekarang ini, tak pernah mengenal lelah, wajahnya selalu tersenyum melihat anaknya itu. (Lueng Putu, sebuah memori kala aku berumur 18 tahun)

Di tempat lain, ada seorang perempuan tua yang telah mempunyai banyak cicit, ia telah berumur kurang lebih 70-an tahun. Wajahnya tampak menua dan berkeriput. Ia mempunyai 7 orang anak, 5 orang di antaranya telah berkeluarga dan telah memiliki anak, sedangkan dua lagi belum berkeluarga. Anaknya yang nomor 4 telah meninggal dunia karena penyakit ginjal. Sebelum meninggal, anak nomor 4 ini punya kelainan jiwa, saat itu ia berumur 38 tahun. Anak nomor 4 ini kalau sakit jiwanya kumat sering mengganggu orang lain, pernah sekali ia memarangi abunya sampai berdarah.

IMG_20171108_114311.jpg
Ilustrasi

Beberapa kali si nomor 4 masuk rumah sakit jiwa, tak terhitung entah berapa banyak suntikan yang masuk ketubuhnya, dan puluhan pil penenang telah menjadi makanannya sehari-hari. Akhirnya tubuhnya lumpuh dan ginjalnya menjadi rusak. Sampai berak dan kencingpun harus dilakukannya di atas tempat tidur. Abu dan maknya tak pernah putus asa merawatnya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Sampai akhirnya si anak meninggal, maka terbebaslah penderitannya, juga beban abu dan maknya yang selama ini telah merawatnya dengan segenap cinta dan belum pernah terbalaskan.

Waktupun berlalu, anak bungsunya pulang dari pendidikan kuliahnya di Jogja. Si bungsu pulang tapi tak pernah menuntaskan gelar sarjananya. Si bungsu ini lumayan dimanja, apapun yang dimintanya selalu dipenuhi oleh abu dan maknya. Pulang kampung, si bungsu sering terlihat murung dan menyendiri, entah apa yang dipikirkannya. Beberapa tahun kemudian, abunya meninggal dunia. Si bungsu semakin menjadi seorang penyendiri, mungkin ia merasa bersalah kepada abunya, harapan abunya yang telah banyak menghabiskan begitu banyak biaya agar ia bisa menyandang gelar sarjana belum bisa diwujudkannya.

Semakin lama si bungsu bertambah parah jiwanya, ia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamarnya. Tidur, makan, berak, hanya itu saja kerjanya. Berat badannya terus bertambah, belum lama ini ia kesusahan berjalan karena menderita penyakit rematik. Dan penyakit jiwanya itu pun semakin bertambah parah, sekarang tak jarang ia bicara ngelantur sendiri, tertawa sendiri, sampai sering berteriak sendiri. Siapa yang merawatnya? Adalah maknya. Janda tua ini dengan sabar dan penuh kasih sayang merawatnya seperti seorang anak kecil. Dibelikannya baju dan celana untuk si bungsu yang telah berusia 40-an tahun itu, sering pula dengan tubuhnya yang semakin ringkih, maknya mengantar si bungsu untuk berobat ke dokter ahli saraf.

tatang S 2.jpg
Ilustrasi

Janda tua ini sekarang berumur 80-an tahun, ia sendirian begitu kuat dengan penuh cinta dan kasih sayang merawat si bungsu tanpa kenal lelah. Ia melakoni pekerjaan sebagai seorang ibu dan tak pernah mengenal pensiun. Mungkin hanya ketika ajal menjemput, ia baru bisa pensiun menjadi seorang ibu. Tapi dalam doanya, ia senantiasa meminta kepada Tuhan agar ia diberi umur yang panjang, untuk terus bisa merawat anaknya yang sakit itu.

Jika ada pertanyaan, siapa orang terkuat di dunia ini? Jawabannya bukalah seorang yang mampu mengangkat besi yang beratnya 1 ton, bukan seorang pegulat yang mampu membuat lawannya tumbang, bukan pula seorang petinju yang mampu merubuhkan lawannya, bukan pula seorang panglima yang membawa pulang kemenangan dari medan perang, tapi dialah IBU.

Seorang perempuan yang kuat mengandung anaknya selama 9 bulan, seorang perempuan yang merawat dan membesarkan anaknya tanpa kenal lelah, seorang perempuan yang ketika anaknya beranjak dewasa masih belum pudar rasa cinta dan kasih sayangnya, seorang perempuan yang ketika anaknya telah berkeluarga pun masih sempat dikiriminya beras sebagai wujud kepeduliannya sebagai seorang ibu. Seorang perempuan yang tak pernah meninggalkan anak-anaknya walau dalam kondisi apapun, seorang perempuan yang tak pernah mengenal pensiun, dialah IBU.

Walaupun hari Ibu sedunia diperingati kemarin (13 Mei 2018), tak ada salahnya hari ini aku ucapkan Selamat Hari IBU!


Foto ilustrasi: Semua lukisan karya Tatang Ganar, diambil dari buku Mangle 35 TH: Bunga Rampai Lukisan-Lukisan Tatang Ganar, 1956 - 1991. Koleksi @akukamaruzzaman.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 63968.82
ETH 3136.80
USDT 1.00
SBD 4.28