Apresiasi Pencapaian Aceh dan Beberapa Catatan Kecil Undercover MTQ

in #mtqn20186 years ago

image

Kabar bahagia dari ranah keagamaan datang kembali. Aceh berhasil memperbaiki peringkat di ajang Musabaqah Tilawatil Qur'an Nasional (MTQN) ke-27 yang berlangsung di Medan. Capaian ini, lebih baik dari MTQN sebelumnya di NTB, saat itu Aceh berada di urutan ke-8.

Raihan tersebut diperoleh setelah kafilah Aceh membukukan dua peserta juara I, empat orang juara II dan dua orang juara III. Serta sembilan orang lainnya berhasil mendapatkan juara harapan, dari I hingga harapan III.

Keberhasilan ini tentu patut diapresiasi oleh semua kalangan. Aceh yang notabene dikenal dengan bumi Serambi Mekkah, oleh banyak kalangan berharap mampu berbuat banyak di ajang prestisius ini. Saya masih ingat betul, di beberapa MTQN yang lalu Aceh pernah berada di bawah Papua. Seseorang di warung kopi, kira-kira umurnya 50-an mensumpah-serapahi pencapaian kala itu.

image

Banyak orang yang tidak tahu bagaimana sebenarnya MTQ itu dari mulai tingkat kecamatan hingga nasional. Banyak yang bersih, tapi jauh lebih banyak yang tidak. MTQ juga punya intrik didalamnya. Ada kubu, peserta A adalah muridnya dewan hakim, belum lagi komposisi dewan hakim yang dominan terwakili dari provinsi tertentu untuk cabang tertentu, pengaturan maqra', hingga peserta bayaran, jemputan. Satu hal yang pasti, nepotisme ada di dalam itu.

Syukur, makin kemari manajemen penjurian sudah cukup lebih baik. Salah satunya adalah transparansi, dimana setiap peserta yang baru saja selesai tampil, nilainya langsung keluar di monitor atau layar tancap. Sekalipun memiliki standar dan format, tetap saja cabang di MTQ itu tidak terukur layaknya bola voli. Ada satu cabang yang saya rasa paling fair, yaitu Fahmil Qur'an (cerdas cermat). Kalaupun ada kecurangan, paling-paling di membocorkan soal. Itu pun kalau ada.

Begitulah sisi undercover MTQ yang saya tahu. Sebagai seseorang yang pernah merasakan pahit-manis di dunia tersebut, saya tidak hanya sebagai peserta tetapi selain ikut lomba, secara pribadi juga melakukan research kecil-kecilan. Maka, MTQ yang mulia itu bukan berarti tidak ada cacatnya. Tentu, segala yang kurang itu, menjadi catatan perbaikan di kemudian hari.

image

Di antara banyak cabang yang diperlombakan, salah satu cabang yang paling sesuatu adalah Syarhil Qur'an. Cabang ini artinya menjelaskan isi kandungan Al-Qur'an. Dimana peserta terdiri dari tiga orang; yang kiri bertindak sebagai sari tilawah, tengah sebagai pensyarah (pidato) dan kanan sebagai qari.

Alhamdulillah, Aceh di cabang Syarhil Qur'an golongan putri, di MTQN kali ini berhasil merebut juara I. Sebagai seseorang yang pernah tumbuh dan besar di cabang ini, saya merasakan kebanggaan dan kebahagiaan mendalam. Sejauh ingatan dan data yang saya miliki, baru kali ini Aceh merebut juara I Syarhil Qur'an. Di era kami dan dulu lagi, paling langganan ya juara harapan.

MTQN 2018 yang mengambil tema "Revolusi Mental Menuju Insan Qur'ani", idealnya tidak hanya diejawantahkan dan diaplikasikan para peserta dan official kafilah. Tetapi juga penyelenggara, panitia dan dewan hakim. Mari lebih baik, jujur, dan hilangkan sentimen anak muridku, daerahku, dan komplotannya geng/makelar nilai.

image

Revolusi mental menuju insan qur'ani lebih baik dari atas ke bawah. Tidak lagi dari bawah ke atas. Yang bermasalah selama ini ialah 'elit MTQ' di level apapun. Ingat, ini even mulia, jangan dikotori. Kemudian, salah satu catatan lain dari dunia MTQ adalah lambannya regenerasi.

Saban MTQ, agaknya orang-orang itu saja yang ikut. Bagi yang sudah makan asam garam harusnya mau mengalah dan memberikan kesempatan bagi orang lain. Ingat, jangan jadikan MTQ semata-mata kanot bu semata. Semoga MTQ terus sukses di setiap perhelatannya dengan ikhtiar intropeksi bersama. Amin

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64605.91
ETH 3159.61
USDT 1.00
SBD 4.11