---

---

---

Museum untuk Keabadian: Hari Museum Nasional

12 Oktober merupakan Hari Museum Nasional. Tidak ada perayaan khusus untuk memeriahkan Hari Museum. Sebuah pertanyaan meluncur, pernahkah Anda berkunjung ke museum di kota sendiri?

Di Lhokseumawe dulu pernah ada museum yang menyimpan benda peninggalan Kerajaan Malikussaleh. Entah di mana benda-benda itu sekarang. Pikiran negatif saya adalah, para pejabat yang berkuasa terapi tidak memiliki kesadaran terhadap nilai benda bersejarah, menyimpan benda itu di rumah. Kemudian menjadi mainan dan terlupakan. Atau bisa jadi sudah dijual. Semoga saja itu tidak benar.

Di Banda Aceh ada Museum Tsunami yang kini menjadi salah satu destinasi wisata, terutama bagi masyarakat luar Banda Aceh, luar Aceh, bahkan luar negeri. Saya sering bertemu dengan tamu dari Malaysia di sebuah hotel di Banda Aceh. Mereka mengaku Museum Tsunami selalu menjadi tempat favorit.

Di negara maju, museum memang menjadi tempat berakhir pekan, bukan di mal seperti kebanyakan di Indonesia. Di Wanshington DC, Amerika Serikat, seperti yang saya saksikan pada November 2012 silam, berbagai jenis museum ada di sana. Saat itu, Museum Negro sedang dibangun.

Kita bisa melihat masa lalu di museum dan belajar dari masa lalu. Mungkin sebuah museum menyimpan lembar hitam perjalanan sebuah bangsa. Ada museum tentang penyiksaan dan sebagainya. Itu bukan untuk dilupakan atau untuk membuka luka lama. Tapi untuk mengingatkan manusia agar kejadian itu tidak berulang.

Saya suka ke museum. Makanya ketika ke Kota Tua di Jakarta, saya sempatkan ke beberapa museum yang ada di sana. Di Indonesia, tiket masuk museum terbilang murah, hanya Rp5000 per orang. Sedangkan di Amerika Serikat relatif lebih tinggi.

Beberapa foto dalam postingan ini bidikan dengan handphone IPhone 7 Plus di Kota Tua, Jakarta[]

---

---

---

---

Museum for Immortality: Museum Day

October 12 is National Museum Day. There are no special celebrations to enliven Museum Day. A gliding question, have you ever visited a museum in your own city?

In Lhokseumawe there used to be a museum that kept relics of the Kingdom of Malikussaleh. I don't know where those things are now. My negative thoughts are, the authorities in charge but have no awareness of the value of historical objects, storing them at home. Then become a toy and forgotten. Hopefully it's not true.

In Banda Aceh there is the Tsunami Museum which is now one of the tourist destinations, especially for people outside Banda Aceh, outside Aceh, even abroad. I often meet guests from Malaysia at a hotel in Banda Aceh. They claim that the Tsunami Museum has always been a favorite place.

Some countries like in Europe and USA, the museum is indeed a place of weekend, not in malls like most in Indonesia. In Wanshington DC, United States, as I witnessed last November 2012, various types of museums are there. At that time, the Negro Museum was being built. We can see the past in museums and learn from the past.

Maybe a museum keeps a black sheet of a nation's journey. There is a museum about torture and so on. It's not to be forgotten or to open old wounds. But to remind people that the incident is not repeated.

I like to museum. So when I went to the Old City in Jakarta, I took a trip to several museums there. In Indonesia, museum entrance tickets are relatively cheap, only Rp. 5,000 per person. Whereas in the United States is relatively higher. Some photos in this post were shot with the iPhone 7 Plus in Kota Tua, Jakarta []

---

---

---

---