Mencoba Mengingat Segalanya Hingga Terlupa

in #poetry6 years ago (edited)

People_Different_people_Hitchhiking_025116_-1024x640.jpg

 
 
Sikat gigi. Ransel dengan retsleting
perlengkapan mandi. Bahasa Prancis ‘sering’
Nama. Mengapa aku menulis ini?
mungkin ini yang pertama.

Pulsa, kuota, listrik prabayar
Enam ratus tujuh puluh tiga ribu lima ratus
tiga puluh lima rupiah, dua minggu paling lama
gas elpiji mendesis tikus pingsan di dapur

Sebuah surat yang baru
terbaca tiga puluh tahun kemudian, kertasnya
menguning, dari Boston, Massachusetts
ke alamat lamaku di atas bukit

di belakang rumah Sakit. Dulu
Suatu tempat, suatu masa. Delapan puluh empat
Kata sandi minimal delapan alfanumerik
Angka, aksara huruf kecil dan kapital

Kartu tertinggal dan ditelan mesin
anjungan tunai mandiri demi mendapatkan uang
untuk membayar hutang dari memberi piutang.
Alamat surel? Mungkin nama alias

Kunci gembok pembuka koper
perjalanan panjang, boarding pass, barang bagasi
cendera mata di kabin atas kepala
kantong plastik bingkisan bawah kursi

Tanggal ulang tahun peringatan
yang dirayakan penyintas, kenangan yang dicuri
dari teman sekamar semasa indekos,
Itu bagus. Hei, jangan tertidur setelah jogging!

Burung dan serangga di pagar belakang
Bukan tekukur,’ kan? Sangatlah jarang
awal musim hujan dari tanah lembab
detil sifat seperti banjir kembalinya kumbang

Tentu saja pernah remaja, mengapa bertanya?
Sulit untuk diceritakan. Yang kuingat angin kencang
Dan tanda lalu lintas, bingkai merah tanda silang
tapi bukan kemana menghilang

Atau kapan pastinya, terlalu sedikit,
tidak mampu memahami ruang lingkup
evaluasi kinerja, dan waktu menua
Aku tertancap di bangku taman

Kentang goreng, figurin pahlawan
kamar mandi, keran cuci tangan gerai waralaba
Parfum menguar dari yang lewat
Semerah sambal dan saus tomat

Selepas siang tetaplah hidup dibumbui
serbuk pengingat, sedikit saja untuk nostalgi—
yang kambuh mencium air mata basi
nuansa abstrak memang begitu

Krayon patah dalam kaleng biskuit di tangga gazebo
kebahagiaan selebriti ulasan media
Kota tua dengan kotoran sapi dan perguruan tinggi.
Lembaran potret buram sephia

Serbuk sari di pinggir jalan, lahan parkir
Pasar pekan kecamatan,
jendela mobil turunkan.
memaknai angin sepoi tajam.

Jalan tidak memiliki garis.
berbalik dan setelah berbelok
Dan putar arah kembali
dalam pikiran

Bukan masalah sederhana
untuk berbalik, berhenti kencing
kaki basah, tisu terakhir dua jam lalu
mengusap jemari di jok yang bersih

orang bepergian, namun demikian—
aku berencana untuk tetap tinggal
menikmati hidangan bakar
dan tidur di jok belakang

Langit menggelap dan aku ingat
Lagu favoritku saat usia enam:
Stairway to Heaven,
Wanita penyuka kilauan emas

Debu.
Angin.
Sentimental.
Kerinduan.

Tersering menatap mobil yang lewat lalu
mengejar layangan putus benang kenangan,
menghitung pantulan batu pipih,
matahari terbenam.

Mengapa aku menulis ini?
ini yang pertama.

 
 
Image source

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66765.98
ETH 3234.00
USDT 1.00
SBD 4.23