Epilog Muhabbah
Entah malam ini atau malam-malam seterusnya
Aku masih dengan hayalan tentang berjuta cinta
Lembut suara bisikannya mengelus cadas
Memeluk erat duri percintaan bersanding ajal.
Ketika hati tak terpana
Ketika hasrat tak jua bergelora
Ketika rasa tak memiliki getaran
Maka di saat itu daya tak lagi berkuasa
Untuk menemukan jalan menuju Kekasih
Saat hati begitu mendamba
Cinta bukan hanya pelampiasan hasrat
Bukan pula penyedap malam getir
Tak ku dapat lembut,
Senyum manis jiwa sejati
Seperti perca yang membusuk di lantai
Tak terperi, pedih
Tak terduga
Hilang begitu saja
Hai, para musafir yang telah mengajak ku
Berjalan lambat menuju Kekasih
Sedang gelora hampir tak mampu ku dekap
Bersegeralah karena sang Kekasih menungguku
Duhai Kekasih yang dipuja pengejar ukhrawi.
Sejak kapan jadi puitis?
Sejak langsa menjadi kota