Sang Sufi
Tidak lagi seperti senja kemarin yang menyajikan seribu kisah tentang penyambutan terhadap gempita zikir malam sang sufi.
Tak setenang malam yang telah lalu, hingga lembutnya angin malam tak lagi menentramkan jiwa tenang sang sufi.
Sampai ia berdiri dari duduknya, sang sufi menghela nafas berat, sambil sesekali menyeka peluh di keningnya.
Lirih, sang sufi membisiki malam tentang kisahnya; telah jauh aku berjalan melewati padang pasir tandus, telah ku arungi bukit-bukit cadas hingga terkelupas kulit tapak kaki, telah ku arungi seluruh samudra untuk mencari keagungan yang telah dijanjikan. Hingga ku dapati sebuah istana termegah yang pernah ku lihat. Aku masuk ke dalamnya dan menyusuri tiap sudut sampai aku berada di depan sebuah cermin. Kudapati bayang ku di dalan cermin seperti berkata kepada ku; Akulah sang merak yang cintanya kau cari. Sungguh derajatmu telah membawa engkau kepadaku. Pulanglah engkau sampai saat yang telah ditentukan, maka helai bulu dari sayapku akan menjemputmu untuk kembali kesini.
Semua yang ada, takluk dengan pasti di depan sang waktu.
Ya, sangat sederhana namun selalu kita abaikan.
Terima kasih sudah berkunjung aduen @aneukpineung78