Inikah Senjakala PA? (Bagian 2)

in #politic6 years ago

Setelah tarik ulur selama beberapa bulan terkait keabsahan nama partai dan atributnya, 8 April 2008 Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Malik Mahmud akhirnya sepakat untuk menggunakan “Partai Aceh” sebagai nama partai. Kesepakatan itu diambil setelah pertemuan selama dua hari berturut-turut pada 6-7 April di Jakarta. Dengan begitu, Partai Aceh (PA) resmi menjadi partai politik lokal peserta pemilu tahun 2009.

Hasil pemilu tahun 2009 menunjukkan seperti apa superioritas PA. Partai ini merebut 33 dari 69 kursi yang tersedia setelah berhasil memperoleh 46,91% suara di pemilu pertama. Sungguh sebuah prestasi politik yang sangat luar biasa. Hasil gemilang ini jauh melampaui 5 partai politik lokal lain yang ikut bertarung di pemilu ini. Tak pelak lagi, PA berhasil menjungkir-balikkan peta politik di Parlemen Aceh. Dan Hasbi Abdullah didapuk menjadi ketua DPRA mewakili fraksi PA.

Gubernur menjabat Irwandi Yusuf sadar betul keberhasilannya memenangkan Pilakada 2006 tidak terlepas dari dukungan dari basis GAM di berbagai daerah. Oleh karena itu, tidak heran publik menilai bahwa mantan kombatan adalah ‘anak emas’ dari pemerintahan ini. Banyak mantan kombatan yang kemudian berprofesi menjadi rekanan berbagai dinas yang ada di lingkungan Pemerintahan Aceh. ‘Kemudahan’ ini dirasakan oleh para mantan kombatan tersebut disamping berbagai kompensasi yang diterima seperti yang tertera dalam kesepakatan damai sebelumnya.

Mendapat sokongan kuat dari penguasa serta menjadi partai penguasa parlemen menjadikan PA sebagai salah satu partai yang memiliki sumber daya politik serta ekonomi yang begitu besar. Maka tak heran jika sebagian pengamat berpendapat bahwa partai yang lahir dari rahim perjuangan bersenjata ini adalah sebuah kekuatan politik terbesar dalam sejarah demokrasi di Aceh dalam satu dekade terakhir. Pendapat ini didukung dengan kenyataan PA menguasai nyaris setengah dari jumlah kursi yang tersedia di parlemen baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota.

Waktu terus bergulir dan berbagai dinamika politik terus terjadi. Meski berstatus sebagai partai penguasa, namun perpecahan ditubuh PA tak terelakkan. Semua ini berawal dari sengkarut pelaksanaan pilkada 2012. Keputusan Mahkamah konstitusi yang membolehkan adanya calon Independen berlaga di Pilkada 2012 dianggap PA sebagai penguasa parlemen sebagai usaha mengobok-obok kekhususan Aceh. Sebaliknya, Irwandi justru menganggapnya sudah sesuai dengan konstitusi. Perbedaan pandangan ini diakibatkan oleh keinginan Irwandi untuk dipinang kembali oleh PA sebagai Calon Gubernur periode kedua.

Namun saat itu, jajaran elite PA justru menggadang mantan menteri kesehatan GAM Zaini Abdullah untuk maju sebagai calon Gubernur berpasangan dengan mantan panglima sayap militer GAM Muzakkir Manaf. Keputusan politik tersebut agaknya mendapat penolakan dari beberapa tokoh berpengaruh di KPA. Salah satunya adalah dari Saiful Husein alias Cagee. Saat penetapan calon gubernur dari PA, Cagee menunjukkan sikap penolakannya dengan membanting stempel dan mundur dari jabatannya sebagai ketua KPA Wilayah Batee Iliek. Oleh karena sikapnya tersebut, 22 Juli 2011 Cagee tewas ditembak OTK di depan warung kopi ‘Gurkha’ di Matang Geulumpang Dua, Bireuen. Ia tewas setelah tiga peluru bersarang di tubuhnya.

Buntut dari perpecahan ditubuh mantan GAM itu, beberapa mantan kombatan seperti Irwansyah alias Teungku Mukhsalmina (Mantan Panglima GAM Aceh Rayeuk), Muharram Idris (mantan Ketua KPA Aceh Rayeuk), serta Ligadinsyah (mantan juru bicara Partai Aceh/mantan Panglima GAM Linge) justru berbalik haluan. Bersama-sama dengan beberapa aktivis politik lainnya mereka mendaftarkan partai politik lokal baru yaitu Partai Nasional Aceh yang didirikan oleh Irwandi. Pihak KPA sendiri membantah menyebut dinamika tersebut sebagai perpecahan. Juru Bicara KPA Pusat, Mukhlis Abee melalui siaran pers kepada awak media saat itu menyebut mantan kombatan yang terlibat dalam pendirian PNA sebagai orang-orang yang terpaksa dikeluarkan dari jamaah perjuangan untuk menjaga martabat dan kesucian tujuan perjuangan rakyat Aceh.

Setelah tarik ulur drama tahapan pilkada 2012 yang berlarut-larut, pada 9 April 2012 agenda pemilihan kepala daerah tersebut diselenggarakan jua. Dengan di ikuti 5 pasangan masing-masing 3 Paslon dari Jalur Independen serta 2 dari jalur partai politik. Hasilnya, meski telah mengalami perpecahan ditubuhnya, PA masih terlalu digdaya dipanggung politik. Pada saat itu pasangan Zaini Abdullah – Muzakkir Manaf (Zikir) berhasil meraup 1,327,695 atau 55,78% suara. Unggul jauh dari pasangan Irwandi Yusuf – Muhyan Yunan yang hanya mampu meraup 694,515 (29,18%) suara saja.

Sampai disini, terbukti perpecahan yang terjadi dalam tubuh partai Aceh belum berdampak apa-apa terhadap hasil pemilu yang diraih partai tersebut. Bahkan dominasi partai tersebut makin menguat setelah dua elite GAM dilantik sebagai Gubernur-Wakil Gubernur. Namun, apakah kedigdayaan PA itu akan berlangsung lama? Siapa nyana, momen Pilpres dua tahun berikutnya kembali menjadi pemicu perpecahan di tubuh partai ini. Perbedaan pendapat soal dukungan kepada calon presiden kembali menyeret PA dalam pusaran konflik internal.


Bersambung....

Sort:  

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by senja.jingga from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.25
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 63036.79
ETH 3067.42
USDT 1.00
SBD 3.82