Tentang Penolakan Kedatangan Surya Paloh di Unsyiah

in #politic6 years ago (edited)


img source

Ini hari temlen pesbuk saya lagi ramai soal penolakan BEM Universitas Syiah Kuala terkait kedatangan Bos Nasional Demokrat Surya Paloh kesana. Bang Surya – begitu ia meminta orang Aceh untuk memanggilnya_ sekiranya akan hadir di Unsyiah untuk mengisi kuliah umum. Oleh karena itu dik Yasir, Ketua BEM Unsyiah, ga suka dan menolak bang Surya datang kalau kuliah umumnya soal politik.

Sebenarnya urusan tolak-menolak tokoh politik datang ke sini itu sudah biasa di Unsyiah. Bahkan kedatangan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dulu itu sempat menimbulkan kerusuhan. Massa aksi mahasiswa sempat bentrok sama aparat keamanan waktu itu. Aku kurang ingat waktunya kapan tapi yang jelas aku ingat persis lokasi bentroknya di sekitar simpang mesra, Lamnyong. Ya, simpang mesra tempat tugu pena cet langet terpacak di tengahnya. Ga jauh dari warkop Bin Ahmad.

Dalam kesempatan kali ini aku sedang tidak dalam posisi menghakimi apa yang dilakukan kawan-kawan mahasiswa. Bagiku itu adalah hak mereka untuk menolak kehadiran orang-orang ke ‘rumah’ mereka. Bagiku yang penting itu bukan sikapnya, tapi alasan dibalik sikap itu. Kalau alasannya jelas dan logis, serta atas nama kepentingan banyak orang ya nggak apa-apa. Tapi jika alasannya mengada-ngada ya jelas aku nggak sepakat.

Parahnya lagi, aku sempat membaca statement salah satu mantan aktivis mahasiswa yang sekarang jadi staff salah satu fraksi di senayan. Si mantan aktivis itu, yang organisasinya juga berafiliasi sama partai politik itu, sepakat dan mendukung sikap ketua BEM Unsyiah. Katanya adik-adik mahasiswa harus di dukung karena berani bersikap dan menunjukkan sikapnya.

Membaca statement si mantan aktivis ini aku kok jadi pengen muntah ya? Oh iya, FYI fraksi tempat si mantan aktivis ini nguli adalah salah satu partai oposisi pemerintah saat ini. Makanya wajar-wajar aja dia membela adik-adik BEM Unsyiah. Kan bang Surya itu salah satu politisi yang jadi ‘king maker’ dalam barisan pemerintahan. Dan mengingat hal tersebut aku ga jadi pengen muntah, Cuma mau bilang kasian aja. Ingin berkuasa kok sampai segitunya.

Meski saat ini aku bukan lagi kader Nasional Demokrat, tapi aku sepakat Surya Paloh memberikan kuliah Umum di Aceh even temanya itu adalah soal politik. Soalnya kapan lagi kalian para mahasiswa mendapat kesempatan belajar dari tokoh politik nasional sebesar itu? Dan bang Surya itu punya darah Aceh. Jadi sebagai putera Aceh, dia layak diberi kesempatan untuk menjabarkan visi politiknya. Meskipun tidak semua dari kita setuju, tapi yang paling penting kita bisa tahu seperti apa gagasannya. Bukan agar dia bisa mempengaruhi kita, tapi supaya kita punya dasar argumen yang kuat jika nanti kita tidak sepakat. Bukan asal tidak sepakat aja. Lagian masak iya cuma gara-gara mendengar pidato aja kalian bisa terpengaruh? Kecuali kalian adalah bagian dari intelektual tak punya prinsip.

Lagian sepengalaman aku ikutan acara yang ada pidato bang Suryanya, jikapun ia bicara soal politik maka itu adalah soal gagasan restorasi Indonesia yang di usungnya. Tahun 2011 kami pernah mengundang bang Surya membuka acara Munas Komunitas Peradilan Semu Indonesia di Aceh. Seingatku itu adalah kesempatan pertama bang Surya menjabarkan visi restorasi di depan kaum intelektual kampus di Aceh. Waktu itu dia datang kesini sekalian sama agenda pelantikan pengurus partai besutannya. Dan kami para aktivis kampus yang sedang aktif-aktifnya waktu ini bahkan berpikir sudah seharusnya kami datang. Setidaknya sebagai ajang silaturrahmi intelektual antara kami para aktivis kampus yang secara level baru belajar beraksi di panggung sunatan dengan tokoh asal aceh yang sudah mampu mentas dipanggung nasional sekelas Java Jazz Festival. Ga kepikiran untuk nolak-nolak karena alasan “pidatonya akan terlalu politis”.

Lagian jikapun akan beraroma politik, maka kenapa mesti ditolak? Kenapa kita takut belajar dari dia? Meski sebagian kalian menganggap dia adalah musuh secara politik tapi apakah suatu hal yang salah belajar dari musuh yang lebih hebat? Katanya kalian sudah khatam Tetralogi pulau buru tapi sebagai intelektual kok sudah ga adil sejak dalam pikiran? Malu lah sama Nyai Ontosoroh yang ga sekolah setinggi kalian, gaes.

Bagaimanapun sebagai anak muda yang sedang belajar untuk menjadi lebih baik, kita harus mau belajar dari siapa saja. Jangan lihat siapa gurunya tapi dengarkan apa yang di ajarkannya, begitu kutipan yang kucomot serampangan entah darimana. Bang Surya itu, yang kalian tolak kehadirannya untuk memberi kuliah umum di kampus kalian itu, suka tidak suka saudara sesama Aceh juga. Dan di level nasional dia sudah menunjukkan kelasnya.

Jadi kalau abang kalian si mantan aktivis itu bilang seharusnya sikap kalian sebagai mahasiswa memang harus begitu, jangan percaya. Justru itu pendapat yang bermuatan politik belaka. Kalau dia nyeramahin kalian soal keberanian bersikap, kalian justru harusnya belajar dari bang Surya. Kalian tahu kan, kalau dia itu dulunya orang partai kuning? Nah, dulu media milik bang Surya, Prioritas, pernah di bredel rezim Soeharto. Soalnya dianggap terlalu sering mengkritisi pemerintah. Apa ga gila? Seorang kader partai mengkritisi pimpinan partainya sendiri saat iklim demokrasi di Indonesia belum seperti sekarang ini? Kebayang kan gimana nasibnya ‘orang-orang kritis’ dimasa itu?

Bandingin aja sama si abang mantan aktivis itu yang kalau mau ngambil keputusan politik harus manut sama dewan syura-nya. Coba tanya ke dia berani ga bersikap beda terhadap dewan syura? Berani ga nolak? Pasti enggak lah. Lagian kan sudah kubilang, jikapun nanti bang Surya bicara politik ya memangnya kenapa? Soalnya dia naik ke panggung politik kan membawa gagasan Restorasi Indonesia. Dan bagaimanapun di era modern seperti sekarang ini politik gagasan itu adalah sebuah niscaya. Emangnya ga capek apa tiap musim pemilu atau Pilkada melihat politisi bisanya cuma jualan bendera?

Ulee Glee, 11 Mei 2018
Salam Manis

@senja.jingga

Sort:  

Untuk aksi ketika datang SBY itu kebetulan aku salah satu dari mereka, tapi aku gak ikut bakar ban ya, inisiator aksi itu salah satunya BEM FKIP USK yg kebetulan aku sedang aktif di situ waktu itu, sebenarnya waktu itu bukan menolak SBY, situasinya teman-teman aksi ingin mendekat ke konvoi presiden untuk menyuarakan aspirasi, tapi dipaksa mundur, disitulah jadi clash. Dan dikasih pula ban bekas sama showroom Yamaha lamnyong itu. Hehe.

Bicara aksi memang sering syarat kepentingan, makanya aku pun pelan2 pensiun dari mengikuti aksi mahasiswa.

Untuk hal menolak politisi, aku sepakat dengan abang, selama substansinya positif, kenapa harus takut, yang masalah itu ketika orasinya untuk memprovokasi dan memecah belah, itu baru ditolak. Gimana? 😁

Waaah... Berarti kita sebarisan. Waktu itu FKIP ketua bem nya siapa ya? Safar ya? Lupa.

Selama substansinya positif, kenapa harus takut, yang masalah itu ketika orasinya untuk memprovokasi dan memecah belah, itu baru ditolak. Gimana?

Nah, kalau begini aku sepakat sekali!

Iya, Bang Safruddin sekenal saya, tapi dia lebih dikenal dengan Safar. Dulu aku panggil dia Bang Udin karena kami sama2 dari Bahasa Inggris. Hehe.

Iya, Bang Safruddin sekenal saya, tapi dia lebih dikenal dengan Safar. Dulu aku panggil dia Bang Udin karena kami sama2 dari Bahasa Inggris. Hehe.

Jangan tolak Bang Surya, kecuali kalau sedang mogok.
Kapan kembali praktik di dunia Dukun Pelet?

Segera bang, harga kemenyan di pasar internasional lagi mahal. Ga cukup modal kita buka praktik klo harga menyan segitu....

Arahkan transaksi ke cryptocurrency, biar lebih terjangkau.

Coin Marketplace

STEEM 0.36
TRX 0.12
JST 0.039
BTC 70112.96
ETH 3549.99
USDT 1.00
SBD 4.71