Nissa Sabyan dan Tafsir Islam Damai Generasi Milenial

Wajah Islam intoleran makin kentara terlihat akhir-akhir ini. Beruntung Nissa Sabyan muncul meramaikan lagu "Deen Assalam" yang pesan-pesannya mampu menjelaskan kembali esensi Islam sebagai agama damai. Apakah generasi terdahulu gagal berislam secara damai?

Beberapa peristiwa bom yang pelakunya beridentitas muslim dan dakwa dakwi khilafiah yang makin tidak komunikatif antar mazhab plus perang dan konflik di beberapa negeri muslim, otomatis membentuk persepsi intoleran pada agama Islam.

Produk berislam generasi terdahulu ini ternyata tidak mempengaruhi cara berislam generasi milenial. Mereka yang lahir pada 1980 - 2000 ternyata memiliki tafsir spesial tentang Islam, yaitu sebagai agama perdamaian.

Tafsir Islam sebagai agama perdamaian, salah satunya dapat dicermati pada lagu berjudul "Deen Assalam" yang dinyanyikan oleh Sulaiman Al-Mughni dan di Indonesia ikut dipopolerkan oleh Nissa dari Grup Musik Gambus Sahyan.

Dalam lirik lagu Deen Assalam digambarkan bahwa Islam adalah agama perdamaian. Kunci Islam sebagai agama perdamaian adalah ajaran cinta itu sendiri.

Jika cinta sudah terpatri dalam kesadaran beragama maka dengan sendirinya akan tumbuh pikiran dan sikap yang penuh toleransi. Pikiran dan sikap toleransi inilah yang mendorong hadirnya model komunikasi yang enak.

Dorongan cinta yang ditumbuhkan oleh Islam ini juga yang mengharuskan semua pemeluknya untuk menampilkan perilaku mulia dan damai. Hasil dari semua itu adalah hidup yang dihiasi senyuman. Inilah sebab utama hadirnya kebahagiaan sekalipun faktanya kita tinggal di bumi yang makin sempit. Mari kita simak lirik lagu Deen Assalam (terjemahan) berikut ini:

Seluruh bumi ini akan terasa sempit
Jika hidup tanpa toleransi

Namun jika hidup dengan perasaan cinta
Meski bumi sempit kita kan bahagia

Melalui perilaku mulia dan damai
sebarkanlah ucapan yang manis, hiasilah dunia dengan sikap yang hormat

Dengan cinta dan senyuman
sebarkanlah diantara insan, inilah islam agama Perdamaian

Model tafsir Islam generasi milenial ini ternyata mendapat sambutan dari semua kaum yang terhubung dengan internet. Buktinya, jumlah penonton lagu Deen Assalam yang dipoperkan oleh Khairinissa, gadis muda asal Jakarta ini di youtube sudah 51 juta kali ditonton, padahal baru di upload di youtube pada 17 Mei 2018.

Warna Islam dengan spirit damai yang penuh toleran itu mengingatkan kita pada wajah Islam di negeri sendiri yang jejaknya dapat ditelusuri pada abad ke 18 - 19 masehi. Pengaruh ulama dari Indonesia dengan pesan-pesan damainya tidak hanya tertanam dan tumbuh di Indonesia, tapi juga hadir dan mewarnai negeri Arab itu sendiri. Di Arab Saudi, masih ada jejak kampung al jawi yang menjadi identitas asal para ulama yaitu Asia Tenggara.

Sumber: wawasansejarah.com

Dari ulama-ulama abad 18-19 inilah Islam perdamaian menyebar di seluruh nusantara dan bahkan hingga ke berbagai negara nan jauh seperti Afrika Selatan.

Kini generasi milenial yang terhubung dengan jaringan pengetahuan dunia yang hadir dan bisa diakses kapanpun dan dalam bahasa apapun kembali membangkitkan tafsir Islam perdamaian melalui dakwah milineal di wadah-wadah teknologi media. Berbagai media yang sempat dipersepsikan sebagai milik orang kafir kini justru menjadi "pasantren" virtual generasi milenial untuk belajar dan ambil bagian dalam dakwah secara sejuk dan penuh kasih.