Dua Pertemuan dengan Mantan Panglima


Sumber foto YouTube

Lelaki itu adalah mantan petinggi militer di Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Namanya Muzakkir Manaf. Banyak kolega yang menyapanya dengan nama Mualem. Ini disebabkan sang penyandang nama pernah menjadi pelatih di militer yang dibentuk pada 1970-an silam.

Mualem dikenal sebagai pribadi yang tidak banyak bicara. Dia benar-benar sosok pendiam yang membuat lawan bicara terkadang susah berkomunikasi. Setidaknya demikian yang saya rasakan dalam pertemuan langsung dengannya beberapa tahun lalu.

Saya sudah lama mendengar nama Mualem. Baik dari kalangan aktivis, mahasiswa, maupun politisi. Nama tersebut juga sering disebut-sebut oleh para politisi lokal dan nasional serta para jurnalis kawakan yang pernah meliput perang. Nama Mualem juga sering saya baca dari media massa, baik cetak, elektronik maupun media daring. Namun, saya secara pribadi belum pernah menemui sosok yang disebut-sebut pernah menjadi ajudan Muammaf Ghadafi sang mantan Presiden Libya tersebut.

Mendapat kesempatan bertemu dengan mantan Panglima GAM ini pernah membuat saya gugup. Untuk menutupi itu, Saya mencoba mencari informasi tambahan tentang karakter pria bak aktor film Bollywood ini. Namun, hasilnya nihil. Seorang kenalan yang sering bersama pria ini juga tidak banyak memberikan informasi tentang kepribadian Mualem. Alhasil saya pasrah.

 

Pagi itu, mengendarai sepeda motor yang dibeli dengan modal cekak, saya menuju kawasan Blang Padang, Banda Aceh. Di kawasan inilah Mualem menetap. Mualem merupakan salah satu mantan kombatan GAM yang memilih melanjutkan perjuangan melalui partai politik setelah berdamai dengan Republik Indonesia. Dia pun berhasil menduduki posisi penting di partai politik lokal yang dibentuk pascadamai itu.

Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2012, Mualem bersama pasangannya dr. Zaini Abdullah, berhasil mengalahkan saingan berat mereka, drh. Irwandi Yusuf. Nama terakhir ini juga seorang pentolan GAM dari kalangan intelektual di masa konflik Aceh lalu. Pertarungan politik melalui jalur Pemilu tersebut membuat Mualem berhasil menduduki jabatan Wakil Gubernur Aceh mendampingi Abu Doto, sapaan akrab dr. Zaini Abdullah.

Sebagai pejabat teras di Aceh, saya dan kawan-kawan kemudian menggagas pertemuan dengan Mualem-- yang pada waktu itu berstatus Wagub Aceh. Komunikasi yang kami bangun pada awalnya untuk memudahkan, sekaligus mempromosikan media massa baru yang kami bentuk kepada sejumlah tokoh di Aceh. Silaturahmi tersebut juga kami lakukan dengan Wali Nanggroe Malik Mahmud Alhaytar, Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah, Ketua DPR Aceh Muharuddin (Partai Aceh), Wakil Ketua DPR Aceh Teuku Irwan Djohan (NasDem), Sulaiman Abda (Golkar), Dailami (Demokrat), Ketua Harian KONI Aceh Kamaruddin Abubakar alias Abu Razak, dan mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf (politisi PNA).

Selain nama-nama tersebut, kami juga menggagas silaturahmi dengan beberapa ketua partai politik di Aceh, baik lokal maupun nasional, seperti Ketua Gerindra Aceh TA Khalid, Ketua NasDem Zaini Djalil dan beberapa ketua partai politik lainnya termasuk kalangan pejabat di Kota Banda Aceh. Kami juga menggagas pertemuan dengan sejumlah tokoh pers daerah sekaliber Syamsul Kahar dan Haji Harun Keuchik Leumik.

Namun, rencana silaturahmi tersebut tidak semuanya berhasil. Beberapa tokoh yang hendak kami temui tersebut tidak memiliki waktu sehingga agenda pertemuan menjadi batal. Seperti misalnya rencana silaturahmi dengan Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah. Beberapa kali agenda pertemuan itu digeser hingga akhirnya yang bersangkutan sama sekali tidak bisa ditemui. Saat itu, saya tidak mengerti kenapa ada tokoh daerah yang enggan bertemu dengan kami.

Berbicara tentang kami. Kami yang saya maksud adalah sekumpulan anak muda, berlatar belakang jurnalis yang pada hari itu kehilangan pekerjaan karena perusahaan tempat kami bekerja, atjehpost.com ditutup. Kami yang dirumahkan secara massal ini kemudian mencoba membuka perusahaan media massa baru dengan modal keyakinan, kerja keras, dan sumber daya yang tersisa. Tak muluk-muluk, satu-satunya misi yang kami emban hari itu adalah hendak menyajikan informasi berimbang dan mencegah monopoli arus berita di Aceh.

Kembali ke pertemuan dengan sosok Mualem, seorang mantan Panglima GAM yang terkenal itu.


Pertemuan di rumah dinas Wagub Aceh hari itu dihadiri oleh saya, Murdani Abdullah (calon DPD RI asal Aceh sekarang), Ihan Nurdin (wartawan Aceh Trend sekarang), Zulkarnaini (KlikKabar), Nurmala, Redha Munandar (IT PortalSatu.com sekarang), Andi (dosen Unaya), dan Agusriani. Dari jadwal yang ditentukan, waktu pertemuan sedikit bergeser karena Mualem masih melaksanakan tugas sebagai Wagub Aceh. Setelah menunggu beberapa waktu di ruang tamu rumah dinas tersebut, akhirnya pria berjambang lebat itu datang. Kami dipersilakan untuk duduk mengapit meja besar yang ada di ruangan tersebut. Pertemuan ini turut didampingi Adi Gondrong (fotografer pribadi Mualem) dan Syardani M Syarif alias Teungku Jamaica sang adc Mualem.

Dalam pertemuan tersebut, kami mempercayakan Murdani untuk mengawali kunjungan. Lagipula, sosok yang kini banting stir ke jalur politik tersebut pada saat itu kami dapuk sebagai calon seorang Pemimpin Redaksi.

Murdani dengan gaya khasnya mengungkapkan maksud silaturahmi hari itu. Pertama adalah untuk memperkenalkan media baru yang kami besut bersama dan meminta dukungan dari Mualem sebagai tokoh Aceh. Dalam benak saya, dukungan yang dimaksud adalah kerjasama dan kesediaan Mualem dalam berbagai kesempatan agar dapat diwawancarai oleh tim redaksi di media yang kami rintis itu. Kami juga meminta beliau untuk dapat menghadiri opening ceremony perusahaan yang kami rintis pada agenda yang telah ditentukan. Mendengar hal ini, Mualem tersenyum. Dia yang sedari tadi memainkan jari jemarinya di touchscreen android menoleh kepada kami.

Kepada kami, Mualem mengaku akan memberikan dukungan kepada media yang baru kami rintis tersebut. Namun, kalimat yang dikeluarkan Mualem pada saat itu sangat irit. Saking iritnya, saya yang terbiasa mencatat semua informasi dari seorang narasumber, bahkan kesulitan untuk mengingat kembali apa yang disampaikan sang mantan Panglima itu.

Alhasil pertemuan kami hari itu hanya sekadar tatap muka dan basa basi ringan. Ujug-ujug pertemuan itu diakhiri dengan foto bersama Mualem dengan latar belakang miniatur perahu dalam bingkai kaca yang dipajang di rumah dinas orang nomor 2 di Aceh tersebut.

Pasca pertemuan tersebut saya dan rekan-rekan kembali ke markas. Saya mengingat-ingat apa yang disampaikan Mualem pagi itu, tetapi zonk. Saya kembali memutar rekaman hasil pertemuan, tidak ada yang krusial untuk dijadikan bahan pemberitaan. Saya menganggap kami gagal menggali informasi tentang kebijakan-kebijakan pemerintah daerah untuk disuguhkan dalam media yang kami rintis.

Namun, beberapa waktu setelah pertemuan, Mualem ternyata sosok yang menepati janji. Berbeda halnya dengan beberapa tokoh lain yang kami temui, Mualem justru bersedia datang dalam acara peresmian kantor baru kami itu. Saya salut dengan pria ini. Dia menepati janji seperti halnya Zaini Djalil dan Teuku Irwan Djohan. Begitu pula dengan TA Khalid dan beberapa sosok lain yang kami sampaikan undangan. Namun tidak untuk Irwandi Yusuf, Zaini Abdullah, dan Malik Mahmud. Saya menduga mereka memiliki agenda yang padat sehingga membatalkan silaturahmi ke pembukaan media baru kami.

Sayang sekali, saat merintis media baru tersebut kami tidak memiliki jaringan ke pengusaha-pengusaha kawakan di Aceh dan Aceh Sepakat yang berani berbisnis di bidang media massa.


Dalam momen inilah kemudian saya masuk dalam satu frame kamera bersama Mualem. Foto yang kemudian saya unggah ke dalam Google Maps tersebut kini paling banyak dilihat oleh pengguna. Terutama ketika beliau menggunting pita (yang seharusnya dilakukan oleh Asisten I sesuai nota tugas yang diberikan Gubernur Aceh) dan ketika sang mantan Panglima bersama para elit daerah memantau ruangan kerja kita.

 


Dua momen inilah yang membuat saya bertemu secara langsung dengan sosok paling diburu masa konflik Aceh tersebut. Setelah pertemuan tersebut saya tidak pernah lagi bertemu dengan salah satu tokoh Aceh itu secara khusus, kecuali di konferensi pers yang kebetulan saya dan beliau hadir.


Posted from my blog with SteemPress : https://abigibran.000webhostapp.com/2018/10/dua-pertemuan-dengan-mantan-panglima

Sort:  

Bereh...gagah that panglima tanyoe

Hahaha... teungoh ikot gaya dron teumuleh bg. Cuma gohlom pah, payah meureuno lom

Kajuet ta peu-udep lom akun bak acehcorner eh acehpungo.com

Hi, @boynashruddin!

You just got a 0.16% upvote from SteemPlus!
To get higher upvotes, earn more SteemPlus Points (SPP). On your Steemit wallet, check your SPP balance and click on "How to earn SPP?" to find out all the ways to earn.
If you're not using SteemPlus yet, please check our last posts in here to see the many ways in which SteemPlus can improve your Steem experience on Steemit and Busy.

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 63945.57
ETH 3135.76
USDT 1.00
SBD 4.00