Steemit dan "Egalitarianisme"

Foto: Majalah Punch, Maret 1975/ Koleksi @tinmiswary

Tuan dan Puan Steemians...

Apa itu egalitarianisme?

Dalam KBBI, egalitarianisme diartikan sebagai kesetaraan. Pemaknaan ini sudah tepat dan ringkas sehingga tidak perlu lagi kita seret ke dalam ruang politik atau ke wilayah humanisme. Terlalu lelah jika kita meloncat ke sana. Kita cukupkan dengan pengertian ini saja, bahwa egaliter adalah setara alias sederajat.

Steemit sebagai media sosial berbasis blockchain yang terdesentralisasi, baik secara "sembunyi-sembunyi" maupun "terang-terangan" tampaknya mendukung semangat egalitarianisme. Indikasi paling ringan dapat kita lihat dan rasakan sendiri pada saat pertama kali bergabung dengan platform ini. Tak peduli siapa pun dia di luar sana, tetap saja harus menyandang reputasi awal dengan angka 25. Ini adalah letak kesetaraan paling awal di steemit.

Persoalan kemudian sebagian kita bergerak cepat atau lambat hanyalah proses belaka. Sebab gerak awal kita dimulai dari start yang setara. Dan sudah selayaknya kesetaraan ini juga terwujud dalam aktivitas kita selanjutnya di platform ini.

Kesetaraan yang coba kita bahas di sini bukanlah kesetaraan reputasi di kemudian hari (pasca 25) dan bukan pula kesetaraan steem power yang beragam. Tapi kesetaraan peran.

Di platform ini masing-masing kita punya peran yang sama. Sama-sama menjadi kreator konten dan sama pula dalam posisi kita sebagai kurator konten.

Saya belum menemukan steemian yang hanya diberi hak sebagai kreator, tapi dilarang sebagai kurator. Sebaliknya, saya pun gagal mendapati steemian yang hanya memiliki hak sebagai kurator tapi kehilangan hak sebagai kreator. Dalam konteks inilah kesetaraan itu terjadi.

Sebagai steemian paling awam di muka bumi, beberapa kali saya pernah terkejut membaca postingan oknum steemian berlagak "otoriter" dan "menghantam" egalitarianisme yang sudah terbangun di steemit.

Mungkin karena merasa sudah "di atas angin," maka sifat dasarnya sebagai manusia pun meledak meletus bertaburan dan menyembur tak tentu arah. Padahal cuma angin yang di atas, dan ternyata dia sendiri masih di bawah telapak nafsu keangkuhan.

Oknum steemian semacam ini tak ubahnya seperti sosok di puncak gunung yang melihat orang-orang di bawahnya sangat kecil atau justru dikecilkan. Padahal, di waktu yang sama, orang-orang di bawah sana pun memandang sosok di puncak gunung dalam wujud kecil pula, bahkan tak terlihat.

Dengan tanpa ampun dia menyebut konten milik steemians lain sebagai tidak berkualitas, tanpa sekali pun dia berkaca, apakah kontennya berkualitas.

Bagaimana hendak melakukan promo-steem dan mengajak orang lain bergabung jika pola-pola militeristik seperti ini masih dipertahankan. Bagaimana pula mengajak investor jika moral si pengajak bermental panglima perang.

Oknum steemian serupa ini ingin dihargai, dihormati dan dipuja puji, tanpa pernah bisa menghargai orang lain. Padahal, steemit dengan semangat egalitarianisme, sama sekali tidak membutuhkan steemian serupa itu.

Demikian dulu Tuan dan Puan Steemians, lain waktu disambung kembali...