Mengenal Tari Sining yang Hampir Punah

in #steempress6 years ago (edited)


Aku baru mendengar Tari Sining, sebuah tarian hampir punah yang dimunculkan kembali dalam sebuah pagelaran Selasa malam besok, di arena Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7, Banda Aceh.

Tentang Tari Sining, aku mendapatkan referensi dari Tim PKA Aceh Tengah yang merunut kisah untuk mengenalkan kembali tari itu ke publik. “Tari ini sengaja ditampilkan di PKA, untuk diketahui masyarakat. Tarian dari Gayo ini berhubungan dengan raja,” jelas Uswatuddin, Ketua PKA Aceh Tengah.

Warga Gayo mengenalnya sebagai tarian sakral dan penuh makna, untuk menghormati raja-raja. Terakhir kali, Tari Sining dimainkan tahun 1942 di pinggiran Danau Lut Tawar, Aceh Tengah, saat persembahan rumah adat dan penobatan Raja Syiah Utama.


Danau Lut Tawar | Foto: Adi Warsidi

Saat Aceh dikuasai Jepang, tarian ini dilarang tampil, mungkin khawatir terhadap pengaruhnya yang konon mistis dan menebarkan magis. Penarinya adalah pemuka adat dengan keahlian khusus karena memainkan di atas tiang bara lintang rumah, kisaran delapan meter dari tanah. Butuh keseimbangan dan tak semua orang mampu. Tari ini ini juga bisa dimainkan di atas dulang, sejenis meja panjang terbuat dari kuningan dan tembaga.

Setelah 1942, Pemerintah Aceh Tengah mencoba menelusuri lagi keberadaan tarian itu. Penelitian dilakukan oleh Salman Yoga dan kawan-kawan dengan menjumpai beberapa saksi yang masih hidup, salah satunya Arifin Banta Cut (86 tahun), cucu Raja Syiah Utama. Saat ini, dia masih sehat dan sehari-hari mengajar di Universitas Gajah Putih.Arifin Banta Cut berumur 10 tahun saat Tari Sining terakhir dimainkan pada 1942. Dia ikut menyaksikan dan dan mampu memberikan keterangan detil tentangnya dalam cerita-cerita yang didengar selanjutnya.

Gerak Tari Sining unik, meniru gerakan belibis langka, Wo dan Punguk. Penuh mistis. Setelah penelitian, Ana Kobath seorang pelatih tari menciptakan kembali alur gerak dan mempraktekkannya di hadapan Arifin Banta. Dan setelah beberapa kali uji coba, hasilnya sempurna.

Lalu Tari Sining muncul lagi ke publik, saat penobatan Bupati Aceh Tengah, Shabella Abubakar dan wakilnya Firdaus, awal Januari 2018 lalu di pendopo Bupati Aceh Tengah. Tari tak lagi dimainkan di atas bara lintang tiang rumah dengan tinggi delapan meter itu. Cukup di atas dulang saja.


Foto 1 dan 3, Tari Sining | Dok. Tim PKA Aceh Tengah

Saksi hidup kiprah Tari Sining dulunya, Arifin Banta Cut kini almarhum, meninggal pada 31 Juli 2018 lalu. Dia telah mewariskan pengetahuannya untuk kita. Kata Salman Yoga, walau tak persis seratus persen seperti dulu, terutama soal magis di dalam gerakannya, tapi hasil penelitian dan bantuan Arifin Banta, Tari Sining kembali dapat kembali dinikmati oleh warga. []

@abuarkan
Adi Warsidi
U5dtm2CteQb7AYt7ykQ2FNBenDjo13w_1680x8400.png

 


Posted from my blog with SteemPress : http://adiwarsidi.com/623-2/

Sort:  

Satu warisan budaya yang patut di lestarikan

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64106.00
ETH 3129.71
USDT 1.00
SBD 4.16