Ayana #Part 24: Triple Ace? (Lanjutan)

diyanti86 (51)in #steempress • 6 years ago

Cerita Sebelumnya: Triple Ace? - Lanjutan

Set berikutnya bisa kuselesaikan dengan Ace yang sempurna, menggunakan rumus yang telah kurancang bersama Kak Vika dahulu. Dengan demikian, lima kemenangan sudah resmi kukantongi.

Hampir saja aku membalik badan, ketika teralihkan dengan gerakan wasit yang terburu-buru dalam mengumpulkan object ball. Jika kali ini dia membuat celah lagi, maka kesempatanku untuk mendapatkan Ace yang keempat sudah berada di depan mata.

Sembari mengatur degup jantung yang mulai menderu kencang, aku berjalan di sisi meja dan memperhatikan susunan object ball yang ada. Benar! Ada celah lagi ...

Dengan kepercayaan diri yang tinggi, kuambil posisi tanpa ragu dan melepaskan break shot pada ayunan ketiga.

Ckrak! Bunyi yang sangat dibenci oleh semua pemain biliar, tiba-tiba terdengar.

Bola putih melayang di atas susunan object ball, kemudian menghilang di balik meja.

Sial! Aku lupa memperhitungkan hal ini! Kehilangan kesempatan hanya karena kesalahan teknis, benar-benar menjengkelkan.

Spontan kuperhatikan ujung stik break, bersamaan dengan datangnya wasit yang meletakkan benda kecil di atas meja, tepat di hadapanku. Kugerakkan tangan perlahan ... sebuah master tip yang seharusnya melekat erat pada ujung stik sekarang berada di ujung jariku.

Abian terlihat begitu bersemangat saat melangkah mendekatiku. Akhirnya dia mendapatkan giliran juga. Tapi, akan selalu kupastikan susunan object ball-nya sebelum memulai break shot. Tak akan kubiarkan wasit memberi celah padanya!

“Maaf,” ucapku dengan kepala tertunduk ketika sampai di sisi Chandra.

“Enggak apa-apa, memang mereka yang curang hingga kamu jadi lalai.” Lelaki tinggi kurus itu mengambil stik break dari tanganku dan memisahkan butt dengan shaft. Stik yang tadi memberiku lima kemenangan itu sekarang terpisah menjadi dua bagian.

Ah! Bodoh sekali memang, menganggap celah itu adalah kelalaian dari wasit. Bisa-bisanya kubiarkan mereka menjebakku dengan mudah. Kali ini tak perlu Chandra yang mengacak-acak rambutku. Kedua tanganku sudah bermain di atas kepala sedari tadi.

“Santai aja, lah ... aku nggak yakin dia bisa menang tujuh set penuh.” Chandra menghiburku sembari mengganti shaft dengan cadangan yang berada di dalam cue case.

Pandangan mataku kembali tertuju ke meja pertandingan. Usai meyakini bahwa susunan object ball sudah rapi tadi, aku tak memperhatikan lagi bagaimana break yang dilakukan oleh lawanku itu. Saat ini, dia sudah bermain dengan stik play yang terlihat elegan dengan warna hitam polos, hanya berstiker seekor leopard bertuliskan predator pada pinggiran bawahnya.

Manik mataku langsung tertuju kepada bola putih yang bergulir manis menuju posisi menembak bola 5. Selang beberapa detik, kuperhatikan posisi bola 6, 7, dan 9. Bola 8 sudah tidak ada lagi di atas meja, pastinya sudah terlebih dahulu masuk pocket. Seperti biasa, pikiranku secara otomatis memperkirakan posisi bola putih untuk menghabiskan seluruh bola target yang ada di atas meja. Tak butuh waktu lama untuk menyusun rencana dengan melihat posisi bola 6 yang berada di pinggir ban dekat dengan lobang sudut. Bola 7 dan 9 pun berada di sudut lainnya yang cukup dekat dengan lobang. Hanya perlu menempatkan bola putih 30⁰dari posisi ban bola 6, maka sisanya hanya tinggal mendorong dengan membatasi tenaga agar bola putih tidak keluar jalur, serta tetap fokus untuk memasukkan bola target.

Benar saja. Abian melakukan hal yang sama persis dengan yang aku pikirkan, hingga akhirnya semua bola target tak lagi berada di atas meja. Kemenangan pertamanya telah membuat posisi menjadi 5-1.

***