Bahasa Kebencian di Media Sosial

in #steempress6 years ago


Sejatinya kita semua sudah paham dan mestinya memang paham bahwa media sosial ini diciptakan tak lebih dari sekadar sebagai ruang menjalin hubungan dengan banyak orang dan tempat mencari kesenangan belaka. Jadi agak lucu rasanya ketika kita menemukan sebagian orang malah mempergunakannya sebagai lahan bertani kebencian, berdagang ghibah, menabung dosa, serta menebar permusuhan.

Bersiteru di media sosial boleh saja. Beda pendapat itu biasa. Saling tuduh, hujat, serang, lumrah adanya. Tapi bagaimana memilih kata untuk menyerang dan bertahan mestinya dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Silakan membenci, boleh mencaci, namun cara menghantam godam ke kepala lawan tetap dengan kekayaan diksi.

Buatlah postingan dengan bahasa seolah-olah bukan, padahal iya. Kalau bisa dipelintir-pelintirlah sesedikit di sini sana. Buat seakan-akan untuk dia, seakan-akan bukan baginya. Di bagian tertentu jelas-jelas ia kena, di bagian lain rasa-rasanya ia tidak pernah begitu adanya. Sampai di sini bisa dipahami, kan, saudara-saudara?


Geli rasanya hati saya setiap membaca komentar-komentar bodoh yang menunjukkan kedangkalan berpikir berupa serapahan, hujatan, tudingan, dan kata-kata kotor di akun mana saja. Apalagi kita lihat para hatters di akun artis yang habis-habisan menghina. Lha, kalau tidak suka, untuk apa dihina? Buat apa peduli pada updatenya? Aneh!

Mungkin saudara tidak tahan juga, ingin menasehati atau memberikan pemahaman baik, silakan. Cuma jangan pakai serapah yang menjijikkan. Habis kau keluarkan isi celana dalam, kau sebut ia yang ingin kau nasehati itu dengan berbagai nama hewan tidak halal. Untuk apa? Apa bersihmu? Apa sucimu? Barangkali kita lebih hina dari orang yang kita nasehati itu. Bukankah kamu akan menghormati orang yang menasehati sambil bercanda tinimbang yang mengingatkan sembari menghina?

Percayalah, bahasa menunjukkan isi kepala. Kau menulis kata-kata yang buruk, berarti isi kepalamu tidak aman. Tanpa harus bertemu, ketika membaca komentar burukmu, kita akan tahu bahwa hatimu sedang dipenuhi kemelut. Menyedihkan isi kepalamu. Memilukan hidupmu.


Secara pribadi saya mengikuti hukum tak tertulis tentang cara yang baik bermedia sosial. Suka, saya ikuti. Tak suka, saya abaikan. Bila terlanjur saya ikuti, tapi kemudian dia mengecewakan secara postingan atau apalah, diam-diam saya unfollow dia. Kelak bila-bila dia tahu dan kemudian meng-unfollow pula saya, terserah dia. Hak dia.

Maka seperti itu juga saudara sekalian. Misal tak suka pada postingan atau pergerakan atau kepada seseorang, tak perlu buang waktu untuk berpikir menulis kata-kata sampah di komentar. Singkat saja, unfollow, unfriend, atau blokir saja akunnya. Itu menyelamatkan mata, kepala, dan hati kalian pada kemudian hari.

Hidup ini harus indah, jadi jangan ditambah pusingkan dengan sesuatu yang tak berfaedah. Sadaqallah!




Posted from my blog with SteemPress : https://pengkoisme.com/2018/07/06/bahasa-kebencian-di-media-sosial/

Coin Marketplace

STEEM 0.35
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70601.11
ETH 3576.21
USDT 1.00
SBD 4.78