Biasa-Biasa Saja

Ketika hidupku ditimpa kesusahan, aku meyakini kebahagiaan sedang menungguku. Ketika aku mendapatkan kesenangan dalam hidup, aku yakin kesusahaan sedang menghampiriku. Oleh karena itu, aku tak perlu berlebihan menghadapi kedua-duanya. Sedih, tak perlu meratap-ratap atau meronta-ronta. Senang, tak perlu meloncat-loncat bersorak riang gembira. Aku tetap harus biasa-biasa saja. Semoga diberi kesabaran dalam menghadapi kesusahan, dan selalu sujud syukur atas segala kenikmatan.

Image: Source

Ketika mendapati aib orang lain, aku tak perlu latah, tak perlu ikut-ikutan bersorak, menghujat, mencaci dan membully. Andai aib terbuka, maka sungguh kerumah sendiri pun tidak akan berani lagi pulang lagi. Ketika aku mendapati kelebihan orang lain, aku tak perlu memuja dan memuji melambung tinggi, karena yang ku puja-puji pun belum tentu tak ada cacatnya. Aku tak boleh berlebihan dan harus tetap biasa-biasa saja menghadapi kedua-duanya. Alhamdulillah sampai hari ini aib ku masih ditutupi oleh Allah, segala puja dan puji kembali kepada ilahi Rabbi.

Aku selalu ingin melatih diriku bersikap biasa-biasa saja meski berada dalam keadaan yang tidak biasa. Sikap yang sesuai kadarnya, sesuai ukurannya, sesuai porsinya, sesuai tempatnya, sesuai momentumnya, serta sesuai penghubungannya antara nilai, hak dan kewajiban. Kesesuaian sikap inilah yang ku sebut sebagai sikap biasa-biasa saja.
Image: source
Image: Source Bagi para pembunuh, perbuatan melakukan pembunuhan merupakan hal yang biasa-biasa saja. Bagi para koruptor, perbuatan melakukan korupsi merupakan hal yang biasa-biasa saja. Mareka yang suka mengunjing, mencela, mencaci, menfitnah dan sejenisnya, perbuatan itu merupakan hal yang biasa-biasa saja. Tidak merasa berdosa, tidak merasa bersalah, dan kebiasaan itu telah membentuk perasaan mereka menjadi biasa-biasa saja setelah bertindak. Ibarat orang yang baru pertama kali pergi ke Sabang, ia akan mengatakan bahwa Pulau Sabang itu luar biasa indah, dan bagi yang sudah sering pergi kesana, mungkin akan mengatakan sebaliknya, alias biasa-biasa saja. Singkatnya, Sesuatu yang sudah sering dilakukan, maka akan menimbulkan perasaan biasa-biasa saja.

Begitu pula dengan orang yang sudah sering berbuat baik, perbuatan baiknya akan menimbulkan perasaan biasa-biasa saja, datar-datar saja, tidak jumawa, tidak berbangga, dan malah terlihat tawa'dhuk. Maka jangan heran ketika mendapati orang yang merasa dirinya paling baik, itu bisa dipastikan adalah pribadi yang baru melakukan secuil kebaikan.

Sekarang aku tinggal memilih berada pada kebiasaan yang mana? Di luar kebiasaan, biasa di luar, tidak biasa, atau biasa-biasa saja? Jangankan menjadi orang luarbiasa, untuk menjadi pribadi yang biasa-biasa saja pun sulitnya setengah mati.