Preman Tak Lagi "Reman"

in #steempress6 years ago

Tanpa pikir panjang, Bang Din yang sedang kalap mengangkat kursi dan melemparnya ke arah Pak Keuchik. Matanya merah, pekikan sumpah serapah tumpah dari mulut Bang Din yang merasa dirinya dikecewakan oleh sang Kepala Desa. Bagaimana tidak, setelah mundur dari jabatan Sekdes (sekretaris desa), gaji Bang Din 3 bulan yang lalu tak kunjung dibayar, katanya dana belum cair, tak jelas apanya yang belum cair. Menurut Bang Din sendiri mungkin lembaran uang sudah "membatu" di lemari dan tak mungkin cair lagi.

Darah segar keluar dari kulit wajah Pak Keuchik akibat terkena hantaman kursi. Untung saja tidak begitu telak mendarat, hanya serpihan saja sehingga lukanya tidak seberapa parah. Andai tepat sasaran, mungkin lukanya bisa saja membuat pak keuchik "diopname" lantaran begitu kerasnya terjangan kursi kayu itu. Sedikit aneh memang, jarak sedekat itu kok masih saja meleset, harusnya jika Bang Din memang benar-benar berniat melumpuhkan pasti gampang sekali mengingat jarak yang begitu dekat.


source

Ragu-ragu, itu yang terlihat sesaat sebelum kursi itu dilempar, sepertinya nyaris "batal" dilakukan sepersekian detik sebelum kursi dihempaskan. Bisa dikatakan Bang Din sudah terlanjur marah dan tidak sempat lagi mempertimbangkan aksinya.

Wajar saja, karena pada dasarnya Bang Din dan Pak Keuchik sendiri punya hubungan akrab sejak dulu, tidak pernah ada cek-cok dan keributan. Namun kali ini justru masyarakat yang melihatnya dibuat terheran-heran, bagaimana bisa dua sahabat tiba-tiba menjadi musuh sampai harus terjadi pemukulan.

Biar bagaimanapun, Bang Din memang dikenal jagoan dikampungnya, nyaris tidak ada yang berani bermasalah dengan dia. Setiap rapat desa, Bang Din selalu menjadi oposisi yang siap mempertanyakan pertanggungjawaban Kepala Desa di Meunasah. Bisa dibilang dia adalah sumber onar abadi di kampung itu. Mungkin atas dasar itu pula Pak Keuchik menganggkatnya sebagai sekdes, karena biasanya tukang rusuh harus kita rangkul, minimal dia tidak akan rusuh lagi dengan kita.

Seringnya Bang Din terlibat dalam kasus tindak kekerasan, dan setiap orang yang bermasalah dengannya selalu berakhir dengan gertakan bahkan pukulan, hal ini membuat Bang Din dikenal dengan "jagoan", lagipula dia sadar dengan titel jagoan yang melekat pada dirinya. Akibatnya, dia merasa nyaman menjadi raja adu jotos yang paling disegani, kenyamanan ini membuat dia merasa harus tetap menjadi jagoan supaya ditakuti demi kelangsungan aksi sesuka hatinya. Mau main judi, mabok, semuanya tidak ada yang berani melarang. Tak jarang pula berhutang sana sini, tapi ajak ribut saat tiba waktunya ditagih.


source

Walaupun demikian, gurat penyesalan terlihat jelas di wajah Bang Din, tapi ego premannya selalu menutupi penyesalan itu.

Dengan gagahnya Bang Din mengultimatum "Jangan main-main denganku, dengan orang lain mungkin boleh, tapi jika berhadapan denganku aku tak peduli kau siapa, soal polisi jangan dikira aku takut, hukum nanti kita pikirkan," kata Bang Din dengan sombongnya, ini sekaligus sebagai kampanye supaya orang lain juga takut kepadanya.
Selang beberapa jam, Pak Keuchik pun terlihat keluar rumah dengan kepala terbalut perban, rupanya beliau baru pulang dari rumah sakit. Terlihat tanpa masalah, senyuman tetap menghiasi bibir Pak Keuchik. Melihat hal ini, Bang Din pun puas sambil menceritakan kepada sesama temannya.
"Aku tadi marah sekali, kuhajar saja Keuchik sialan itu, dia pikir aku siapa, dia pikir aku pengecut dan tidak berani menagih uang padanya. Aku memang begitu orangnya, kalau sudah marah persetan dengan polisi atau tentara....." (cieeee..cieee..masa konflik Aceh kenapa kabur ke malaya bung)
Kira-kira jam 12 siang, polisi pun mendatangi rumah Bang Din. Terlihat dia berjalan menuju mobil polisi dengan tangan berkalung "gari", mungkin kesialan itu terjadi hari ini.


source

Singkat cerita, polisi pun mendamaikan kedua pihak. Namun pihak Pak Keuchik dan keluarga tidak mau serta merta berdamai tanpa efek jera bagi pelaku, kehormatan seorang Kepala Desa dipertaruhkan. Keluarga pak keuchik siap berdamai dengan syarat pelaku harus membayar biaya ganti rugi sebanyak 10 juta rupiah, jadi kalau tidak mau bayar, kasus akan dilimpahkan ke pengadilan.

Tentu saja pihak Bang Din kesulitan dalam memilih antara penjara atau uang 10 juta. Selain tidak punya uang sebanyak itu, penjara juga tak sanggup dijalaninya, yang sanggup dibayar hanya 1 juta saja, selebihnya terpaksa harus jual sepeda motor. Pada saat keputusan jual motor diambil, Bang Din pun tak kuasa menahan air matanya, ia pun menangis tersedu-sedu menyesali tingkah premannya. Gara-gara mempertahankan status marcopolo (pemberani dan tangguh), ujung-ujugnya menderita. Niat hati menuntut gaji seupil, tapi sebaliknya malah rugi besar.


source

Kesimpulan
Status pemberani yang dipertahankan rupanya sia-sia dan tidak ada untungnya. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali mengedepankan premanisme dalam bertindak, pertimbangkan dulu dengan pikiran yang sehat sehingga melahirkan kesimpulan yang baik dan bijak, karena biaya hidup itu "lebih preman" daripada preman. Toh akhirnya seberapa preman pun kita, di kantor polisi kecongkakan kita tak laku lagi, dan air mata menyesal pasti bercucuran ketika kita dihadapkan dengan "Uang Keluar".

Jin preman langsung minggat dari tubuhmu, baik itu dengan atau tanpa dibogem. Tak usah menyombongkan diri dengan sok kuat; sok hebat; sok berani; karena sudah terlalu banyak preman senior sebelum kamu lahir yang pernah mendekam di penjara, apa yang terjadi? Mereka menangis. Tak usah jauh-jauh, tak perlu cerita masalah kepala bonyok dan bibir berdarah, "Bayar ganti rugi saja sudah cukup membuat mata menangis".

 





Posted from my blog with SteemPress : https://rizal-sahabat.000webhostapp.com/2018/07/preman-tak-lagi-reman

Sort:  

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by rizal-sahabat from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Heheh..sengkiyu adun....

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66258.39
ETH 3170.93
USDT 1.00
SBD 4.07