Satu dan Satu menuju yang Satu

Meminjam istilah ustad Daniel dalam cuplikan buku "Habis Sesat Terbitlah Stres" karangan @khairilmiswar, Shirath (jalan lurus) itu luas lagi lebar sehingga tidak perlu berdesak-desakan. Maka sangat aneh ketika seseorang memaksa orang lain untuk mengikuti jalan yang diclaimnya lurus yang sedang dijalaninya.

Jalan lurus ibarat jalan tol yang bebas hambatan, seseorang yang sedang berada di jalan lurus maka dia terbebas dari nafsu lawwamah seperti syahwat (desire of lust) atau hubbud dunya (kecintaan dunia) lainnya. Ketika seseorang yang mengklaim dirinya berada di jalan lurus sedang dia masih berkompetisi untuk merebut suatu jabatan strategis di dunia maka sebenarnya dia sedang berada dalam perangkap 'batman'.

Tuhan sudah menyediakan tangga untuk menuju ke 'singgasana Nya', tugas kita adalah menaikinya satu persatu. Setahap demi setahap kita harus melalui proses yang sudah disediakan Tuhan, apabila kita lulus dari anak tangga pertama maka dipastikan kita akan berada di anak tangga selanjutnya.

Seseorang yang melakukan ritual suatu ibadah dengan tulus dan benar maka hatinya akan terdorong untuk melakukan ibadah lainnya, misal kita melakukan ibadah shalat dengan kushu' maka zikir akan mengikuti dan ibadah lain akan terpancing dengan sendirinya, itulah yang dinamakan anak tangga, Tuhan sudah mengabarkan bahwa satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan lain.

Disisi lain Tuhan juga tidak membiarkan setiap anak tangga yang kita lalui akan dibiarkan Nya dengan mudah, setiap tahap dan proses akan diberikan Nya rintangan sebagai penguji kadar keimanan dan kegigihan usaha kita, misalnya ketika seseorang tidak langsung bangun dikala azan subuh berkumandang, Tuhan akan membiarkan syaitan mengencingi telinga dan mata orang tersebut sehingga terus terlelap sampai pagi sehingga alpa dengan kewajiban di waktu subuh. Oleh karenanya kita harus melakukan perlawanan terhadap perasaan yang merintangi kita menaiki anak tangga menuju 'shirath' yang lurus.