Nasib Toko Buku

in #steempress5 years ago

Nasib Toko Buku Jaman Now Sebatas Persinggahan


Sebuah toko buku berdiri di dekat Masjid Agung Cianjur. Sayang nasib toko buku itu hanya sebagai persinggahan sesaat saja. Dituju hanya oleh orang yang punya kepentingan pribadi, bukan karena ingin mengetahui informasi buku terbaru atau mendapatkan kesempatan membeli buku dengan harga lebih murah, tetapi karena kepentingan pribadi itu tadi...


Kepentingan pribadi yang saya maksud adalah seperti mampir ke beranda toko buku karena hendak ikut meneduh saat hujan saja, masuk sebentar ke dalam ruangan toko buku yang tertutup rapat karena menggunakan AC, sekadar merasakan suasana sejuk, lalu keluar begitu saja setelah keringat di dahi mengering... Dan tujuan serta kepentingan pribadi lainnya.

Begitulah nasib toko buku yang masih bertahan sampai sekarang. Setidaknya itulah yang bisa saya tangkap ketika diam-diam memperhatikan. Toko buku tidak lebih dari sekadar persinggahan. Bukan sebagai tujuan untuk mencari buku untuk dibeli, atau melihat buku kemudian membaca jika tersedia buku yang telah dibuka segelnya.

Saat minat baca masyarakat berkurang, berimbas terhadap kegiatan mengunjungi toko buku pun mulai menipis, bersyukur di lain pihak masih ada yang selalu peduli untuk menyediakan buku bacaan, secara gratis pula.

Toko buku di samping Masjid Agung Cianjur bisa dibilang sepi, namun kotak literasi cerdas masyarakat alias kolécér yang tersedia di alun-alun masjid cukup banyak diminati. Anak-anak, remaja dan orang tua terlihat hampir berebut mengambil buku. Padahal buku yang tersedia tentu saja sangat terbatas. Meski memang ketika saya lihat stok buku yang disediakan cukup lengkap.


Harus diakui minat masyarakat di Cianjur khsususnya mengunjungi toko buku (yang identik dengan membeli buku alias mengeluarkan biaya) masih rendah. Saya yakin tidak banyak orang Cianjur yang memiliki pengeluaran rutin menyisihkan anggaran biaya bulanan untuk biaya membeli buku (baik bekas maupun baru).

Jangankan membeli alias mengeluarkan biaya, membaca dengan gratis saja, seperti di perpustakaan daerah yang berada di bekas lokasi SMAN 2 Cianjur setiap hari sangat sepi. Padahal fasilitas cukup lengkap. Lalu apalagi mengunjungi toko buku yang rata-rata di Cianjur ini tidak difasilitasi ruang baca, air conditioner, dan atau kelengkapan lainnya?

Andai suami mengizinkan, saya sendiri ingin berlama-lama tinggal di Cianjur bagian kota ini. Ingin mengunjungi sepuasnya toko buku di samping Masjid Agung, ingin datang ke Perpustakaan Daerah Pemda Cianjur, ingin eksplor setiap kios atau bangunan yang menamakan dirinya toko buku, menjual buku, atau apalah tempatnya tapi mempersilahkan kita untuk yuk membaca.

Saya sediri selalu merasa damai dan tenang jika tengah berada di toko buku. Lupa akan urusan kerja, rumah tangga, anak dan bahkan lupa hutang, jika punya. Pokoknya saya ya fokus ke buku dan buku saja, begitu.

Toko buku jaman saya SD, tidak sebebas jaman sekarang. Mengeluarkan uang untuk membelinya, baru bisa membaca buku yang dipilih. Toko buku saat ini memiliki banyak kelonggaran. Meski tidak membeli, kita bisa mengunjungi, melihat buku pajangan, mengetahui informasi buku terbaru yang keluar, novel mana yang lagi best seller, dan membaca buku yang sudah lepas segel.


Mungkin karena banyak kelonggaran itu, toko buku saat ini seolah tidak berharga. Orang seperti jadi enggan membeli buku. Toh bisa download ebook atau baca resensi melalui internet, gitu pikirnya.

Tidak salah, memang demikian pemikiran saya juga. Saat ini saya pun jarang membeli buku dewasa. Lebih banyak membeli buku bacaan anak-anak, yang memang saya khususkan buat mereka, anak didik di sekitar rumah yang tidak pernah ke toko buku sama sekali.


Jadi jika saya tanya balik, “Apa yang dirasakan ketika berada di toko buku?” dan pertanyaan lanjutannya “Apa pendapatmu terkait toko buku sekarang?” Apa jawabanmu, teman?


Posted from my blog with SteemPress : http://tehokti.com/nasib-toko-buku.html

Coin Marketplace

STEEM 0.24
TRX 0.11
JST 0.031
BTC 61388.48
ETH 2984.48
USDT 1.00
SBD 3.65