Amanah Sultan Merawat ‘Meugang’

in #story6 years ago

Meugang adalah warisan Sultan Iskandar Muda, tradisi sarat filosofi membangun rasa sosial saling berbagi. Si kaya dan si miskin merasakan gembira sama kala menjemput bulan suci Ramadan. Sampai kini, orang Aceh masih menjaganya.

Meugang_Aceh5.jpg

Tentang Meugang yang tradisi sejak Kesultanan Aceh dulu, Ketua Majelis Adat Aceh (MAA), Badruzzaman mengisahkan kepada saya. Kebiasaan ini pertama kali diperingati saat Sultan Iskandar Muda berkuasa memimpin Aceh pada 1607 - 1636. Bahkan Meugang dimasukkan diatur dalam Undang Undang Kerajaan atau disebut Qanun Meukuta Alam Al Asyi. Kalau saat ini, qanun setingkat Peraturan Daerah di wilayah lain Indonesia.

Meugang, tradisi makan daging lembu atau kerbau yang diperingati menjelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri dan menjelang Hari Raya Idul Adha. Semua rumah warga Aceh memasak daging sebagai menu makan, tak terkecuali.

Saat Aceh dalam kemajuan dan kemakmuran, Iskandar Muda memerintahkan para Peutua Gampong untuk mendata seberapa banyak warga miskin. Mereka kemudian mendapat jatah daging dari kerajaan, wujud kepedulian Sultan kepada rakyat. Perintah itu kemudian dituangkan dalam aturan hukum.

Kebiasaan terus berlanjut, tahun-tahun selanjutnya berhasil memancing para Ulee Balang dan orang kaya untuk membagi daging di hari ‘Meugang’. Jatah daging untuk fakir miskin semakin bertambah, kepedulian sesama yang terus terjaga sampai masa perang melawan penjajahan.

Belanda memaklumatkan perang terhadap Aceh 1873, kerajaan tak mampu lagi mengelola Meugang, tapi tradisi itu terus berjalan di gampong-gampong. Warga tetap menjalankan kebiasaan itu, yang miskin mendapat bantuan dari yang kaya. Ini hampir mirip dengan yang berlaku di steemit, rasa sosial berbagi upvote untuk kebersamaan.

meugang1.jpg

Kata Badruzzaman, Meugang bukan sekadar soal makanan. Ada sektor ekonomi yang tumbuh di sana, dimulai dari bergairahnya peternak lembu dan kerbau, sampai pedagang di pasar yang ramai berjualan membuat transaksi ekonomi berjalan sampai lebaran tiba.

Setelah 400 tahun lebih, tradisi itu kian terasa kini. Tadi siang, Senin 14 Mei 2018, ketika saya melewati pasar Ulee Kareng, Banda Aceh, para penjual daging mulai ramai membuka lapak dadakan. Biasanya semakin ramai pada H-2 Ramadan. Kualitas daging jaminan mutu, hasil peliharaan para peternak di daerah sendiri. Jarang di hari Meugang, warga membeli daging impor.

meugang3.jpg

Harga daging terpantau lumayan mahal dari biasa, berkisar Rp 140 ribu sampai Rp 160 ribu per kilogramnya. Di hari biasa, satu kilogramnya bisa didapat dengan Rp 120 ribu saja. Tapi ini tak soal, semuanya akan membeli dan keuangan telah dipersiapkan sebelumnya. Ini tradisi yang harus dijaga dan mahal bukan perkara. []

Note: semua foto milik sendiri saat Meugang tahun lalu

@abuarkan

U5dtm2CteQb7AYt7ykQ2FNBenDjo13w_1680x8400.png

Sort:  

Coba tengok yang sebelah, rada-rada mirip brader @abuarkan. Untung kemasannya beda dengan punya @isnorman

Hahaha, sehati berarti.

Coin Marketplace

STEEM 0.32
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64647.93
ETH 3160.25
USDT 1.00
SBD 4.09