dari RIMBA ACEH ke STOCKHOLM #episode 2

in #story6 years ago (edited)

image

Selamat pagi sahabat steemians, di pagi ini saya akan melanjutkan kisah serta sejarah Dr. Husaini M. Hassan Sp. OG (Sekretaris Negara, Menteri Pendidikan dan Penerangan Aceh Merdeka) Ketika bersama Dr. Teunku Hasan M. di Tiro, B. S. ,M. A. ,Ph. D., LL. D. (Proklamator Aceh Merdeka).

Saya pikir, ayah punya alasan memanggil saya dengan sebutan “Tengku Leube” gelar itu cocok untuk saya yang sangat cepat dan mudah sekali belajar menganji. Memang sudah menjadi tradisi di Aceh, kami memulai pendidikan fardhu ‘ain saat anak-anak sudah bisa berbicara. Belajar mengaji itu di mulai dengan Bismillahirahmanirrahhim, kemudian Al-Fatihah, dilanjutkan belajar surat Al-Ikhlas dan berangsur-angsur meningkat juz Amma.

Juz amma biasa disebut Qur’an kecil, atau “Qur’an Ubit” dalam bahasa Aceh. Di samping itu kami diajarkan menghafal surat-surat pendek. Demikian pula dengan praktek salat dan puasa dilakukan secara berangsur-angsur sejak kecil di semua rumah tangga. Ini merupakan tanggung jawab setiap laki-laki dan perempuan Aceh yang telah menikah dan memiliki anak. Saya ingat, ketika mulai belajar alif-ba-ta dari kitab Juz amma, kemudian mulai mengeja sampai “Abu tausi”. Dari abu tausi, saya langsung melompat membaca Al-Fatihah dan ustad hanya mengajari saya pada surat “Tabbat yada”. Selebihnya, saya mengaji sendiri sampai khatam Juz Amma. Ini langsung hanya dalam hitungan beberapa hari saja.

Seperti kebiasaan di kampung Jami, saat khatam Al-Qura'n kecil dan hendak memulai Al-Qura'n besar, harus dirayakan dengan sedikit kenduri. Perayaan itu dilengkapi dengan menu nasi ketan kuning sebagai penghormatan.

Saat saya memulai mengaji Al-Qura'n besar, ustad hanya membaca secara formalitas saja pada juz pertama, dan ini dibaca bersama-sama. Selebihnya, juz kedua sampai juz ke 30, ustad menyuruh mengaji sendiri. Mulailah saya mengaji satu juz sehari. Singkatnya, saya khatam Al-Qura'n dalam waktu kurang dari 45 hari, alhamdulillah seperti kebiasaan mengaji dikampung, setelah khatam Al-Qura'n, kembali diadakan sedikit kenduri untuk menghormati seseorang yang sudah tamat baca Al-Qura'n. Saya pikir, kenduri ini tujuannya untuk membahagiakan Serta memberi semangat kepada anak-anak agar lebih giat membaca Al-Qura'n. Setelah khatam Al-Qura"n, saya mengaji kitab-kitab Jawi yang dimulai dengan Masa-'ilay, Bidayah hingga ke kitab Lapan.

Setelah tamat kitab lapan, guru mengaji saya Tengku Hasan Simpang Tiga Gigieng menghubungi ibu saya dan mereka berdiskusi, kira-kira kitab apa lagi yang harus saya lanjutkan. Karena saya lancar mengaji dan belajar kitab, saya menjadi murid kesayangan dan sering dibawa oleh ustad. Bahkan saya duduk disamping beliu jika ada kenduri di Kampung. Beliu menghadiahkan sebuah kitab berjudul "Fru'u masa - il dan qisful ghammah" untuk saya pelajari dalam bimbingan beliu.

Saat usia 7-8 tahun, saya mengikuti lomba Tilawatil Qura'n tingkat kampung di Matang Seulimeng, Langsa dan alhamdulillah saya mendapat juara I. Saya mendapat hadiah selembar kain sarung, kopiah dan Al-Qura'n.

Di tempat pengajian, saya diberi kedudukan sebagai wakil ustad. Jika beliu berhalangan atau ada tugas luar, maka "rotan" komando ustad dititipkan kepada saya. Padahal murid-murid lain ada yang sudah dewasa dan jauh lebih tua dari pada saya. Namun ustad memilih memberikan tongkat komandonya kepada saya. Meskipun umur saya lebih muda, namun murid-murid dipengajian tetap menghargai saya, mereka memangil saya dengan gelar "Teungku Abang". Sehingga saat Idul Adha dan Idul Fitri, teman-teman pengajian memiliki tradisi datang dan berkemupul dirumah saya lalu bersama-sama ber-Idul Fitri ke rumah ustad.

Tamat dari SD, saya bersekolah di SMP I Langsa. Lulus dari SMP, paman saya yang bernama Abdullah Yusuf datang kelangsa untuk menjemput saya dan Hasballah. Kami dibawa ke Medan dan tinggal bersama paman Ibrahim Yusuf yang merupakan saudara kandung dari paman Abdullah Yusuf.

Paman Ibrahim Yusuf tinggal di jalan Palang Merah Nomor 2 Medan, tepatnya, di samping British Council. Saya tinggal bersama beliu sejak SMA sampai masuk Falkutas Kedokteran USU Medan. Dari rumah paman Ibrahim Yusuf, saya pindah kejalan Jogya (sekarang Jalan Diponegoro) Nomor 4. Sekarang rumah kediaman saya tersebut sudah berubah menjadi Rumah Sakit Malahayati.

Ingatan saya tentang ayahanda, Muhammad Hasan bin Teungku Syahbanda Yusuf atau biasa dipanggil dengan Teungku Hasan PIM karena ayah direktur sekaligus pemilik dari CV. PIM. Sebuah perusahaan yang didirikannya di Langsa, Aceh Timur dan memiliki cabang di Sigli, Aceh Pidie.

Di mata saya, ayah sosok pekerja keras. Di Langsa, ayah mempunyai pabrik padi dan papan di belakang pasar Kota Langsa yang berhadapan-hadapan dengan pabrik padi CV. Adat milik toke Ibrahim Ahmad, pengusaha sukses sekaliber nasional Indonesia.

Nah, teman-teman steemian semuanya. Inilah episode 2, tentang kisah serta sejarah Dr. Husaini M. Hassan Sp. OG (Sekretaris Negara, Menteri Pendidikan dan Penerangan Aceh Merdeka) Ketika bersama Dr. Teunku Hasan M. di Tiro, B. S. ,M. A. ,Ph. D., LL. D. (Proklamator Aceh Merdeka), dari RIMBA ACEH ke STOCKHOLM.

image

Bersambung

By: @iskandarishak

SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA

image

image

FOLLOW - UPVOTE - RESTEEM

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64014.44
ETH 3064.06
USDT 1.00
SBD 3.86