Kisah Dua Pesawat Tempur Belanda Ditembak Jatuh, Gubernur Jendral Van Mook Angkat Tangan

in #story5 years ago (edited)

"Gerakan militer meminta waktu tak lebih beberapa minggu untuk Jawa, untuk Sumatera lebih cepat lagi, seluruh Indonesia bisa kita kuasai kembali, kecuali Aceh.— Surat Gubernur Hindia Belanda Jendral Van Mook kepada Menteri Luar Negeri Mr Jonkman."

Dalam seminggu perang, dua pesawat tempur Belanda jatuh ditembak di Aceh. Beberapa kapal perang Sekutu yang hilir mudik di perairan Aceh melakukan provokasi juga ditembaki. Van Mook pun mengaku kalah.

Sejarawan Aceh yang juga pelaku perjuangan kemerdekaan di Aceh, Teuku Alibasyah Talsya mengungkapkan, pada 7 November 1946, angkatan perang Sekutu dan Belanda yang bermarkas di Pulau Weh, Sabang, melakukan serangan laut dan udara ke pangkalan udara Lhok Nang dan sekitarnya. Pangkalan Lhok Nga merupakan pangkalan udara Jepang terkuat di wilayah barat Indonesia yang sudah dikuasai oleh Residen Aceh.

meriam lhoknga.jpg
Meriam penangkis serangan udara milik pejuang Aceh hasil rampasan dari militer Jepang sumber

Serangan Belanda dimulai sekitar pukul 07.00 pagi. Dari laut kapal perang Jan Van Gallen menembakkan meriam-meriamnya ke daratan Aceh. Sementara dari udara tiga pesawat tempur jenis Jager menjatuhkan bom dan menembak dengan senapan mesin ke daerah-daerah pertahanan pejuang Aceh.

Dalam perang yang berlangsung selama dua jam lebih itu, pejuang Aceh membalas serangan Belanda dengan meriam penangkal serangan udara dan laut. Meriam-meriam yang diperoleh saat melucuti tentara Jepang itu ditempatkan di bukit-bukit sekitar pangkalan udara Lhok Nga. Satu pesawat tempur Belanda berhasil ditembak jatuh.

Pada 9, 10, 12 dan 13 November 1946, kapal perang dan pesawat tempur Belanda kembali menggempur kawasan Lhok Nga. Tapi perang tak berlangsung lama, hanya sekitar 40 menit. Atas jatuhnya pesawat tempur tersebut, pada 13 November 1946, Panglima Belanda di Sabang Laksamana Muda Pinke membuat laporan kepada Panglima Besar Angkatan Laut Belanda, Helfrich. Ia mengaku gagal dalam beberapa kali serangan ke daratan Aceh. Dalam suratnya ia menulis:

“Verder heb ik mij een beetje in de vingers gesneden met de batterijen in Atjeh. Ik had aan Gani beloof dak it dijn batterijen zou vernietigen wanneer ze schoten op passeerende schepen. Nu werd de Peit Hein beschoten toen het schip passerde en dus ben ik verplichtz ze te vernietigen. Ik herb er da nook een paar vuurvliegen met rockets jeen gezonden, maar noch de Piet Hein, noch de vuurvliegen kunnen de batterijen vinden,"

pasukan KNIL di Sabang_Nederlands foto museum.jpg
Tentara Sekutu berpose dengan latar pelabuhan Sabang sumber

Terjemahan bebasnya ke bahasa Indonesia kurang lebih.
“Saya sudah terpotong jari dengan meriam Aceh. Sudah kuberitahu kepada Gani (Dr Ak Gani) bahwa meriamnya akan kuhancurkan bila kapal-kapal kita yang lewat ditembaki. Lalu ditembakilah Piet Hien ketika ia lewat. Maka wajib bagiku menghancurkan mereka, dengan pesawat udara maupun dengan roket. Tetapi baik Piet Hien maupuh hujan roket kita, tidak berhasil menemukan meriam Aceh itu.”

Sehari kemudian, pada 14 November 1946, empat pesawat Belanda kembali membombandir kawasan Lhok Nga. Serangan dimulai pukul 09.27 pagi dengan dua pesawat pemburu, satu pesawat bomber, dan satu pesawat terbang air berukuran besar. Dalam perang itu satu lagi pesawat Belanda berhasil ditembak jatuh oleh pejuang Aceh. Pesawat tersebut jatuh di kebun kelapa di sebelah utara Kota Banda Aceh.

Belanda dan Sekutu juga menyiagakan kapal perangnya di kawasan Krueng Raya, Ujong Batee, Pante Ceureumen dan Ulee Lheu. Kapal-kapal perang itu hanya mondar-mandir di perairan Aceh tidak berani merapat ke pantai. Setiap kali mereka mendekati garis panti, selalu ditembaki dengan meriam oleh pejuang Aceh.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dr Hubertus Johannes Van Mook dalam laporannya kepada Menteri Luar Negeri Belanda, Mr Jonkman juga mengakui tentang kekalahan Belanda di Aceh tersebut. Ia menjelaskan setelah Inggris (Sekutu) melucuti Jepang dan menyerahkan kekuasaan atas Indonesia kepada Belanda, maka perlawanan rakyat terjadi.

Van Mook.jpg
Gubernur Militer Hindia Belanda Jendral Hubertus Johannes van Mook sumber

Tapi Van Mook menegaskan, aksi militer Belanda untuk menguasai kembali Indonesia pada agresi kedua itu jika dimulai pada Februari 1947, maka pada akhir tahun 1947 seluruh wilayah Indonesia sudah bisa dikuasai kembali, kecuali Aceh. Van Mook menulis, “Gerakan militer meminta waktu tak lebih beberapa minggu untuk Jawa, untuk Sumatera lebih cepat lagi, seluruh Indonesia bisa kita kuasi kembali, kecuali Aceh.”

Dan sejarah kemudian membuktikan bahwa, Aceh satu-satunya daerah di Indonesia yang tidak berhasil dimasuki Sekutu dan Belanda pada agresi kedua. Hal itu pula yang kemudian menjadi salah satu alasan Presiden Soekarno menggelar Aceh sebagai daerah modal Republik Indonesia.

Sort:  

Agresi kedia bukannya bulan desember 1948, bang? Yang berhasil masuk magelang membonceng sekutu? Tapi memang Aceh yang terakhir dikuasai tapi lepas dan tidak bisa masuk lagi 👍👍👍 Aceh memang Hayeu

Belanda sudah kembali ke Indonesia sejak 25 Agustus 1945, ketika Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Usai kekuasaan Jepang dilucuti, Belanda yang memboncengi Sekutu menerapkan kembali pemerintahan NICA di Indonesia. Jadi Sekutu mengambil kekuasaan dari Jepang kemudian menyerahkannya kepada Belanda, karena pemerintaha Hindia Belanda sudah ada sebelum Jepang masuk.

Tapi saat itu agresi belum dilancarkan.. agresi pertama sudah menguasai jawa sebagian, makanya ibu kota pindah ke jogjakarta dan BK dibuang2 sama mereka kemana2 .. sebelum perjanjian renville

This post has been upvoted for free by @nanobot with 0.1%!
Get better upvotes by bidding on me.
More profits? 100% Payout! Delegate some SteemPower to @nanobot: 1 SP, 5 SP, 10 SP, custom amount
You like to bet and win 20x your bid? Have a look at @gtw and this description!

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 63945.57
ETH 3135.76
USDT 1.00
SBD 4.00