Kisah Jendral Deykerhoff Termakan Politik Teuku Umar

in #story5 years ago

Ketika Gubernur Sipil dan Militer Belanda di Aceh Kolonel Pompe Van Meerdervoort digantikan oleh Kolonel Deykerhoff, Teuku Umar mendapat celah memainkan politiknya. Belanda termakan politik “Tipu Aceh”.

Kolonel Deykerhoff bukan saja mengangkat Teuku Umar menjadi panglima perang untuk melawan para kelompok pejuang Aceh, tapi ia juga diberi gelar Johan Pahlawan dengan berbagai fasilitas, termasuk rumah mewah dengan perabotan ala Eropa di Lampisang. Selain itu Teuku Umar juga mendapat fasilitas gaji dan persenjataan.

20180413_164114.jpg
Lukisan pembakaran rumah Teuku Umar oleh militer Belanda di Lampisang, Aceh Besar Sumber

Teuku Umar memang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik untuk menyenangkan Pemerintah Hindia Belanda di Aceh. Ia berhasil membersihkan berbagai wilayah dari penguasaan pejuang Aceh. Kolonel Deykerhoff senang dengan kinerja Teuku Umar, tapi Belanda tidak pernah tahu, bahwa Teuku Umar bukan memerangi para pejuang Aceh, tapi mendesak mereka untuk mundur sesaat, malah kadang-kadang penuh dengan sandiwara.

Hal ini kemudian dikritik oleh Penasehat Pemerintah Kolonial Belanda untuk urusan pribumi dan keagamaan, Snouck Hurgronje. Ia memperingatkan tindakan Detkerhoff tersebut kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia, Pijnacker Hordijck. Apalagi diangkatnya Deykerhoff sebagai Gubernur Aceh juga menjadi sebuah kesialan bagi Snouck Hurgronje, karena kesepakatannya dengan Kolonel Pompe Van Meerdervoort pendahulu Deykerhoff di Aceh semua jadi buyar.

Dalam suratnya kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda tanggal 2 Oktober 1903, Snouck Hurgronje mengungkapkan hal tersebut, seperti kutipan di bawah ini.

”Dengan sangat prihatin saya memperingatkan Gubernur Jenderal Pijnacker Hordijck bahaya tindakan tersebut. Tetapi, Yang Mulia mengatakan kepada saya bahwa Gubernur Aceh sudah terlalu banyak memberi janji kepada Teuku Umar. Maka sekarang akan timbul kecurigaan adaikata Pemerintah Pusat menyangkal gubernur itu. Tidak perlu diingatkan lagi cara membabi buta yang dipakai oleh Jendral Deykerhoff dan siapa-siapa yang bekerja di bawahnya dalam memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada petualang itu (Teuku Umar), meskipun sudah berkali-kali diperingatkan. Dalam penglihatan mereka seluruh Aceh tampil dalam wujud Teuku Umar. Mereka hanya melihat apa yang ditunjukkan oleh Teuku Umar kepada mereka dan mengelabui dirinya seolah-olah merekalah yang menjadi tuan. Padahal, setiap bertambahnya kebebasan bergerak petugas kita bergantu pada kesewenang-wenangan Teuku Umar.”

Teuku Umar dan para panglima.jpg
Teuku Umar bersama para panglimanya Sumber

Pernyataan Snouck Hurgronje tentang politik Teuku Umar tersebut bisa dilihat dalam buku Nasihat-Nasihat C Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1936 Seri Khusus INIS Jilid II oleh E Gobee dan C Adriaanse halaman 345-346.

Snouck Hurgronje dalam suratnya itu juga menyindir sikap para pejabat tinggi Hindia Belanda yang mengagumi kebijakan Jenderal Deykerhoff di Aceh. Snouck Hurgronje malah menegaskan dirinya melihat dengan cemas babak akhir yang celaka, yang pasti akan mengakhiri permainan Teuku Umar yang lebih nekat.

Tentang itu Snouck menegaskannya dengan kalimat, ”Dan saya tidak boleh lalai meminta perhatian Pemerintah Pusat atas hal itu, meskipun tugas saya untuk memberi nasihat sambil mengkritik merupakan sesuatu yang tidak mengenal terima kasih sedikit pun.”

Snouck Hurgronje juga menyadari meski Gubernur Jendral mengerti bahwa ia paham segala hal ihwal mengenai Aceh. Pemerintah Tertinggi tetap menginginkan supaya “sistem” pertahanan yang sudah diterapkan Jendral Deykerhoff di Aceh tidak diutak-atik.

Teuku Umar.jpg
Teuku Umar Sumber

Akhirnya Jendral Deykerhoff juga menyadari bahwa kekhawatiran Snouck Hurgronje terhadap Teuku Umar itu mungkin saja bisa terjadi. Tapi Jendral Deykerhoff menegaskan kepada Snouck Hurgronje, meskipun akan terjadi sesuatu yang tidak masuk akan, ia akan tetap menguasai keadaan di Aceh.

Tapi sejarah kemudian mencatat, Jendral Deykerhoff bersama Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh benar-benar dibuat tercengang dengan politik “Tipu Aceh” ala Teuku Umar. Belanda yang silau dengan keberhasilan Teuku Umar kemudian tertipu saat Teuku Umar dengan berbagai fasilitas dan persenjataan yang diterima dari Belanda balik menyerang pemerintah Kolonial Belanda di Aceh.

Rumah besar dengan perabotan Eropa yang dibangun untuk Teuku Umar di Lampisang kemudian diledakkan oleh Belanda, gelar Johan Pahlawan untuknya dicabut, dan Pemerintah Belanda memproklamirkan perang kepada Teuku Umar secara pribadi.

Mungkin Teuku Umar satu-satunya sosok pejuang yang kepada pribadinya diproklamirkan perang oleh sebuah pemerintahan. Selain itu Belanda juga membuat sayembara memburu Teuku Umar hidup atau mati dengan hadiah sebesar 25.000 dolar. Menariknya, dana sebesar itu kemudian malah dibayar Belanda kepada Teuku Umar sendiri sebagai uang tembusan terhadap pembebasan awal kapal Hok Canton milik Inggris yang disita Teuku Umar.

Coin Marketplace

STEEM 0.35
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70638.80
ETH 3565.34
USDT 1.00
SBD 4.73