Kisah Jendral Van Heutsz dan Snouck Hurgrone Bicara Penaklukan Aceh

in #story5 years ago

Mayor Jendral JB Van Heutsz menulis tentang Aceh, sebelum mencetaknya, ia meminta pendapat Snouck Hurgronje. Keduanya sudah saling kenal ketika Van Heutsz mengikuti pendidikan di sekolah tinggi militer dan Snouck Hurgonje mengajar teologi Islam di Leiden.

Snouck Hurgronje menilai penialaian Van Heutsz tentang Aceh sangat tergesa-gesa. Ia juga tidak menemukan satu pokok persoalan yang mutlak harus ada, yakni kenyataan ahwa tidak satu daerah pun di Aceh dapat dikuasai, melainkan dengan tindakan militer.

van heutsz serang batee iliek.jpg
Jendral Van Huetsz ketika penaklukan benteng Kuta Glee, Batee Iliek Sumber

Pengaturan perairan (blokade laut Aceh) dan beberapa perbaikan yang dilakukan Van Heutsz sama sekali tidak akan mampu menegakkan kekuasaan Belanda atas Aceh, karena tidak berani memuat pokok persoalan. Snouck Hurgronje menyarankan agar Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh meninggalkan sikap pasif, karena politik lini konsentrasi telah menyebabkan bencana bagi Belanda di Aceh.

Dalam politik lini konsentrasi Belanda membatasi diri dalam perang, hanya mempertahankan satu garus pertahanan, yang tanpa susah payah dapat digempur oleh para pejuang Aceh. Snouck Hurgronje menili linai konsentrasi hanya merendahkan martabat dan derajat Belanda di Aceh. Ia menyarankan tentara Belanda untuk lebih berani keluar dari garus pertahanan, melakukan pukulan/serangan yang mengejutkan bagi pejuang Aceh.

Van Heutsz sangat sependapat dengan Snouck Hurgronje, yang sama-sama yakin bahwa, setiap bagian negeri Aceh harus dikuasai dengan tindakan militer. Belanda tidak akan pernah menjadi tuan di daerah mana pun di Aceh, meski telah memblokade perairan Aceh. Belanda memang telah membangun pos-pos penjagaan laut, tapi mereka tidak pernah bisa sembarangan masuk ke wilayah-wilayah Aceh sekehendak hati mereka, karena perlawanan rakyat Aceh masih sangat kuat.

Van Heutsz ketika masih berpangkat letnan.jpg
Lukisan Van Heutsz ketika masih berpangkat Letnan Sumber

Namun tak mudah bagi Snouck Hurgronje dan Van Heutsz untuk memasukkan pandangannya tersebut dalam kebijakan terkait Aceh. Butuh waktu sampai empat tahun, baru usulan-usulan itu dilaksanakan di Aceh.

Penyebabnya, menjelang berakhir tugas pertama Snouck Hurgronje di Aceh, yang menurutnya sangat tidak menyenangkan, Gubernur Sipil dan Militer Belanda di Aceh Kolonel Pompe Van Meerdervoort digantikan oleh Kolonel Deykerhoff. Pergantian itu dinilai Snouck Hurgronje sebagai sesuatu yang “sial benar” bagi dirinya, karena apa yang telah dibicarakannya dengan Pompe terkait masalah Aceh menjadi tidak berarti sama sekali.

Snouck Hurgronje kemudian kembali ke Betawi dan menyampaikan persoalan tersebut kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda. Meski demikian, ia tetap menjalin hubungan korespondensi dengan para penghubungnya di Aceh. Snouck Hurgronje tetap menerima laporan-laporan tentang keadaan Aceh yang kemudian menjadi bahan tulisan-tulisan dan saran-sarannya kepada Gubernur Jendral.

Snouck Hurgronje terus memperluas pengetahuannya tentang Aceh, karena pengetahuan pejabat Kolonial Belanda di Aceh tentang Aceh sangat kurang. Melalui para penghubungnya di Aceh tidak sulit bagi Snouck Hurgronje untuk mengumpulkan banyak informasi, mulai sejak 1892 hngga 1896 bahkan sampai tahun 1898. Ini yang membuat Snouck Hurgonje lebih mengetahui Aceh dibandingkan dengan Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh yang disebutnya sangat suka ditipu oleh para pembujuk yang tak paham sama sekali tentang Aceh.

Coin Marketplace

STEEM 0.37
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70162.45
ETH 3540.43
USDT 1.00
SBD 4.79