Pengakuan Knottenbel dalam Vrij Nederland Tentang Kegagalan Sekutu

in #story6 years ago

Pada 15 Oktober 1945, Goh Moh Wan berhasil mempertemukan Residen Aceh Teuku Nyak Arief dengan utusan Sekutu Mayor Maarten J Knottenbel di sebuah rumah yang disipakan Jepang di sebelah barat lapangan Blangpadang, Banda Aceh.

Goh Moh Wan merupakan pria keturunan Cina yang pasa masa pendudukan Jepang bekerja sebagai juru bahasa (penerjemah) Kempentai. Namun pertemuan itu tidak berjalan mulus, Knottenbel yang berharap rakyat Aceh menerima Sekutu, malah mendapat hardikan yang luar biasa karena Sekutu telah diboncengi oleh Belanda.

Knottenbel sendiri merupakan seorang perwira Belanda yang bertugas pada Komando Sekutu. Teuku Nyak Arief menghardiknya dengan menyebut orang Belada sebagai babi-babi yang sombong. Ia menegaskan akan suka bekerja sama dengan Sekutu tapi tidak dengan Belanda.

Vir nederland oct 1946.jpg
Salah satu edisi Vrij Nederland terbitan tahun 1946 sumber

Ketegangan pertemuan tersebut juga ditulis oleh Knottenbel sendiri dalam catatannya. Tulisan Knottenbel itu pada 19 Januari 1946 dimuat dalam Vrij Nederland edisi 26 tahun VI. Bagaimana peristiwa itu versi Knottenbel, berikut kutipannya.

15-10-45 (15 Oktober 1945-pen). Sebuah auto berhenti di depan pintu dan langkah-langkah cepat mendekati kantorku. Aku membuka laci kanan meja tulisku, di mana selalu tersimpan sebuah pistol yang selalu terisi dan pada waktu itu aku melihat tiga orang laki-laki berdiri di ambang pintu.

Pemimpinya, Teuku Nyak Arief, segera kukenal, walaupun sebelumnya aku tak pernah melihatnya. Pernah diceritakan orang kepadaku mengenai dirinya sebagai seorang laki-laki berperawakan kecil, agak bungkuk dan dengan muka yang tidak menyenangkan.

Ia berkata, “Saya Teuku Nyak Arief Residen Aceh”. Bersamaan dengan itu ia melihat kepadaku dari bawah hingga ke atas. Aku pun melihat kepadanya, tapi tidak dari bawah sampai ke atas, karena itu tidak pantas. Jika kita memperhatikan cahaya dan semangat fanatic yang tampak pada matanya, serta kerenyot mulutnya yang tidak menyenangkan itu.

knottenbel mata rantai yg hilang.jpg
Wajah Knottenbelt pada cover buku Mata Rantai yang Hilang karya M Nur El Ibrahimy sumber

Segera ia berbicara dalam bahasa Inggris yang fasih sekali. Bersamaan dengan itu aku merasakan pandangan yang tajam ke arah pita yang berwarna jingga pada tali kelidan di bahuku. Mukaku tidak berubah sedikit pun, lalu aku berkata, bahwa aku sangat senang karena ia mau berbicara denganku secara terbuka.

Cepat-cepat ia menerangkan, bahwa ia suka bekerja sama dengan Sekutu, tetapi tidak dengan orang-orang Belanda. Penguasa-penguasa Belanda babi-babi sombong, tentara Belanda yang keparat. Ia berkata dengan nada yang semakin keras dan berdiri di hadapanku dengan mengepalkan tangannya.

Dari kejadian sekecil ini dapatlah anda melihat hal-hal seperti itu terjadi setiap hari. Bahwa tugasku di sini benar-benar mempunyai segi-seginya yang menarik dan juga menegangkan. Villa tempat tinggalku indah sekali. Aku mempunyai dua orang pembantu orang Jawa yang menyelenggarakan segala keperluanku, sementara makanannya jauh lebih baik dibandingkan dengan yang pernah kuperoleh sejak pecahnya peperangan: ikan, ayam, telur, selada-selada enak dan buah-buahan.

Setiap hari aku bersenam dalam kebun, jika tidak aku tidak akan memeperoleh suatu gerakan badan. Untung saja aku membawa sepasang baju seragam yang baik. Karena dalam keadaan-keadaan seperti ini adalah penting sekali untuk selalu mengenakan pakaian yang rapi.

nyak arief.jpg
Residen Aceh Teuku Nyak Arief sumber

Knottenbel akhirnya gagal di Aceh. Ia tidak bisa menyiapkan langkah-langkah untuk masuknya Sekutu ke Aceh, karena sehari setelah pertemuan itu, yakni pada 16 Oktober 1945, Teuku Nyak Arief mengambil alih semua kekuasaan Jepang di Aceh. Pada pukul 08.00 pagi dilakukan upacara menaikkan bendera merah putih di Kantor Pusat Pemerintah Daerah Aceh (Atjeh Syu Seityo) di samping tempat kediaman resmi Kepala Pemeritahan Jepang untuk Aceh (Tyokan) di Banda Aceh.

Bendera Jepang, Hinomaru yang dikibarkan di sana sejak 12 Maret 1942, hari pertama tentara Jepang menduduki Aceh, diturunkan dengan upacara resmi dan diganti dengan bendera merah putih. Sejak hari itu pula semua kantor pemerintahan di Aceh secara resmi mengibarkan bendera merah putih.

Sort:  

Thanks brader @elmubareki sudah singgah dan baca postingan saya. Salam.

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 64579.45
ETH 3101.05
USDT 1.00
SBD 3.83