Presiden Soekarno dan Defile Angkatan Perang di Blang Padang

in #story5 years ago

Pada 16 Juni 1948, sehari setelah Presiden Soekarno mendarat di Aceh, dilakukan defile angkatan perang dari berbagai angkatan dan laskar di esplanade (lapangan terbuka) Blang Padang, Kota Banda Aceh. Kemerdekaan Indonesia harus ditegakkan dari Aceh.

Pulau Jawa, Sumatera Timur dan daerah-daerah lainnya yang sudah diduduki Belanda (NICA/Sekutu) harus segera dibebaskan, tentara dari Aceh juga diminta untuk bisa membakar sumbu perjuangan nasional hingga ke Pulau Jawa. Kata Soekarno, Aceh obor perjuangan nasional, seluruh daerah di nusantara melihat Aceh sebagai modal untuk tegaknya Republik Indonesia.

Seokarno_defile_pasukan-meriam-nukum-sanany.jpg
Presiden Soekarno menyaksikan defile angkatan perang di lapangan Blangpadang, Kota Banda Aceh, 16 Juni 1948 sumber

Dalam buku Perkundjungan Presiden Soekarno ke Atjeh dijelaskan, Presiden Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, tiba di lapangan Blangpadang pukul 09.00 pagi. Ia berdiri di atas tribun menyaksikan defile angkatan perang. Di belakang Presiden Soekarno berdiri para rombongan pejabat pusat yang datang ke Aceh bersama para pejabat dan tokoh masyarakat Aceh.

Para pejabat yang berdiri di belakang Presiden Soekarno itu antara lain adalah para petinggi militer yakni: Komandan Divisi X TNI Kolonel Husein Yusuf, Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Jendral Mayor Tituler Tgk Muhammad Daod Beureu’eh, Panglima Sumatera Jendral Mayor Soehardjo Hardjowardojo, dan Komisaris Negara Republik Indonesia MR Teuku Muhammad Hasan.

Sementara dari pejabat sipil ada Menteri Dalam Negeri (Mendagri ) Dr Soekiman, MR Nazir Dt Pamontjak, Gubernur Sumatera Utara MR SM Amin, Residen Inspektur Tuanku Mahmud, Residen Aceh TT Muhammad Daodsyah, serta beberapa tokoh masyarakat Aceh. Menariknya saat defile angkatan perang di Banda Aceh tersebut juga hadir perwakilan etnis asing di Aceh, seperti tokoh masyarakat etnis Tionghoa, etnis India, Arab, dan Pakistan. Para tokoh masyarakat etnis asing di Banda Aceh tersebut berdiri di sisi kanan belakang Presiden Soekarno.

Soekarno Devile.jpg
Presiden Soekarno menyaksikan defile angkatan perang di lapangan Blangpadang, 15 Juni 1948 sumber

Presiden Soekarno kemudian melakukan pemeriksaan pasukan dilanjutkan dengan defile. Di barisan paling depan berjalan korp musik Divisi X, disusul barisan infantry, Tentara Pelajar Islam, Tentara Pelajar, pasukan bersepeda, pasukan bermotor, barisan pasukan senjata berat, dan pasukan penghubung yang lengkap dengan peralatannya.

Defile angkatan perang itu disaksikan oleh puluhan ribu rakyat Aceh dari pinggir setiap sisi lapangan Blangpadang. Mereka datang untuk mendengar pidato politik Presiden Soekarno dalam acara yang dinamai “Rapat Samoedra Esplanade Kutaradja.”

Selesai defile baru rapat samoedra digelar. Pertama tampil Residen Aceh TT Muhammad Daodsjah yang menyampaikan pidato sambutan selaku tuan rumah. Kemudian dilanjutkan pidato perkenalan oleh Mendagri Soekiman dan MR Nazir Dt Pamontjak. Setelah itu baru Presiden Soekarno naik ke mimbar untuk menyampaikan pidato politiknya.

Presiden Soekarno mengawali pidatonya dengan ucapan Assalamualaikum dan pekik kata “merdeka” yang disambut secara gemuruh oleh puluhan ribu rakyat Aceh juga dengan pekikan kata “merdeka.” Pada awal pidatonya baik Mendagri Soekiman maupun Presiden Soekarno, memuji rakyat Aceh yang terkenal sebagai rakyat yang selalu berjuang untuk kemerdekaan, yang selalu menjadi kampium dan pelopor perjuagan kemerdekaan rakyat Republik Indonesia.

“Segenap rakyat Indonesia di tanah Jawa, Sumatera, lain-lain kepulauan, Sunda kecil, Kalimantan, Sulawesi, yang tanahnya sudah diduduki imperialisme Belanda, memandang arah pandangan matanya kepada saudara-saudara di Aceh, mereka meminta untuk dibebaskan, agar kemerdekaan juga tegak di tanah mereka,” kata Soekarno.

soekarno dijemput.jpg
Presiden Soekarno ketika dijemput pejabat Residen Aceh di lapangan terbang Lhoknga, 15 Juni 1948 sumber

Notulensi lengkap pidato politik Presiden Soekarno di Aceh, selain dalam buku Perkundjungan Presiden Soekarno ke Atjeh yang diterbitkan oleh Panitija Penyambutan Presiden Soekarno tahun 1948, juga bisa dibaca dalam buku Modal Perjuangan Kemerdekaan yang ditulis oleh salah seorang pelaku sejarah perjuangan kemerdekaan di Aceh, Teuku Alibasjah Talsya. Buku ini diterbitkan oleh Lembaga Sejarah Aceh (LSA) tahun 1990 atas bantuan dana dari Menteri Koperasi saat itu Bustanil Arifin yang juga tokoh pejuang kemerdekaan di Aceh.

Selain itu juga bisa dibaca dalam buku Pasukan Meriam Nukum Sanany yang ditulis oleh B Wiwoho atas cerita langsung Nukum Sanany, pemimpin pasukan meriam dari Aceh yang mengusir pasukan Sekutu pada perang Medan Area. Pasukan Nukum Sanany ikut dalam defile angkatan perang di Blangpadang saat kedatangan Presiden Soekarno ke Aceh.

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 63547.08
ETH 3070.13
USDT 1.00
SBD 3.83