Sejarah Pelarian Sultan Siak dan Gubernur Muda Sumatera Utara ke Aceh

in #story5 years ago (edited)

Raja Siak (Riau) Sultan Syarif Kasim dan Gubernur Muda Sumatera Utara MR SM Amin melarikan diri ke Aceh, setelah pasukan Sekutu mengencarkan serangan ke Sumatera. Pelarian itu juga imbas dari perang frontal di front Medan area.

Dalam buku Modal Perjuangan Kemerdekaan, sejarawan Aceh Teuku Alibasjah Talsya mengungkapkan, karena gencarnya perang di Kota Medan, untuk menuju ke Aceh MR SM Amin harus terlebih dahulu ke Penang, Malaysia pada 15 September 1947. Tugas-tugasnya sebagai Gubernur Muda Sumatera Utara juga akan dijalankan di Residen Aceh.

Banda Aceh saat itu satu-satunya kota yang relatif aman, karena tentara Sekutu yang diboncengi Belanda tidak bisa masuk ke Aceh. Roda pemerintahan juga berjalan baik di Aceh. Beberapa kali usaha Belanda untuk masuk ke Aceh baik melalui serangan laut maupun udara selalu gagal.

Sultan Syarif Kasim bersama pejabat kerajaan Siak_pinterest.jpg
Sultan Syarif Kasim bersama para pejabat Kerajaan Siak sumber

Kepergian MR SM Amin dari Medan ke Penang dilakukan secara rahasia, setelah mengelabui blokade marinir Belanda. Setelah seminggu berada di Penang, MR SM Amin pada 21 September 1947 berangkat ke Aceh. Ia menumpang kapal Tang Song milik pedagang Tionghoa (Cina).

Dua hari kemudian, tepatnya pada 23 September 1947 ia tiba di Pulau Weh, Sabang. Di Sabang pun MR SM Amin harus menyembunyikan identitasnya, karena saat itu Sabang telah menjadi pangkalan Sekutu, dan sejak 25 Agustus 1945 pemerintah NICA sudah dibentuk di sana. Baru pada 25 September 1947 MR SM Amin berhasil sampai ke daratan Aceh di Kota Banda Aceh.

Baik ketika di Penang maupun di Sabang, MR SM Amin menyaksikan tongkang-tongkang dan kapal barang dari Aceh hampir setiap hari membawa barang ke Semenanjung Melayu tersebut, meski Selat Malaka diblokade oleh Belanda. Jalur Aceh – Penang juga yang menjadi pintu bagi para pemimpin di Aceh membangun diplomasi dan komunikasi dengan perwakilan Indonesia di Malaysia dan Singapura.

SM Amin.jpg
MR SM Amin Gubernur Muda Sumatera Utara sumber

Pelarian Gubernur Muda Sumatera Utara MR SM Amin ke Aceh juga atas saran dari Gubernur Sumatera MR Teuku Muhammad Hasan, agar roda pemerintahan Sumatera Utara selama perang dipindahkan sementara ke Residen Aceh. Sementara pusat pemerintahan Sumatera dalam waktu tertentu dipindahkan ke Padang, sampai perang di front Medan area reda.

Sebelumnya, Raja Siak Sulthan Syarif Kasim bersama istrinya Syarifah Fadlun dan beberapa anggota keluarganya, juga sudah lebih dulu tiba di Aceh pada 10 September 1947. Mereka eksodus ke Aceh setelah pasukan Sekutu memperluas kekuasaan di Sumatera. Raja Siak juga ingin melibatkan diri dalam perjuangan, karena Aceh saat itu telah menjadi pusat perjuangan untuk Sumatera.

Hal ini ditulis oleh Teuku Alibasyah Talsya dalam buku Modal Perjuangan Kemerdekaan halaman 172. Namun ia tidak menjelaskan bagaimana Sultan Syarif Kasim dan keluarga Kerajaan Siak berangkat dari Riau sampai kemudian tiba di Banda Aceh.

Mr_Teuku Muhammad Hasan.jpg
MR Teuku Muhammad Hasan Gubernur Sumatera sumber

Teuku Alibasjah Talsya yang saat itu merupakan salah seorang redaktur di surat kabar Semangat Merdeka, koran yang terbit di Banda Aceh, menjelaskan, dalam wawancara dengan wartawan Semangat Merdeka, Sultan Syarif Kasim menjelaskan, hal yang mendorong dirinya ke Aceh juga disebabkan oleh pembentukan Daerah Istimewa Sumatera Timur oleh Belanda.

Tindakan Belanda tersebut merupakan politik de vide et impera (adu domba) untuk memecah belah Sumatera dan kemudian memaksakan pemerintahan NICA. Sesuatu yang sangat ditentangnya. Sejarah kemudian memang mencatat, Sultan Syarif Kasim banyak menyumbang hartanya untuk mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.

Sort:  

bereh cit lagoee...

ureung Aceh dari jameun kon syit ka bereh hai brader @munaa

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 65012.58
ETH 3101.28
USDT 1.00
SBD 3.86