Tgk Chik Awe Geutah Ulama Kan'an (Irak) yang Kesohor di Bireuen (Aceh)

Tgk Chik Awe Geutah merupakan seorang ulama besar dari Bireuen. Nama asli beliau adalah Abdul Rahim bin Muhammad Saleh. Seorang mubalidh dari Kan’an, Irak. Karena menetap di Gampong Awe Geutah, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, makanya beliau dipanggil Tgk Chik Awe Geutah.

Tgk Chik Awe Geutah diyakini datang Aceh sekitar abad ke-12 dan menetap di Awe Geutah. Ia tidak datang sendiri dari Kan’an tapi hijrah dari sana ke Bireuen bersama tiga saudara kandungnya dan sejumlah pengikutnya untuk berdakwah.

Ada juga yang menyebutkan bahwa rombongan Abdul Rahim bin Muhammad Saleh meninggalkan Irak menuju nusantara karena adanya perselisihan (khilafiyah) antar pemeluk Islam di Irak. Untuk menghindari perpecahan di kalangan ummat, mereka hijrah ke nusantara dan sampai ke Bireuen.

Rumah peninggalan Tgk Chik Awe Geutah sumber

Pertama Abdul Rahim beserta rombongan mendarat di kepulauan Nicobar dan Andaman di Samudera Hindia. Kemudian singgah di pulau Weh. Lalu ke pulau Sumatera, yang waktu itu mereka menyebutnya pulau Ruja. Di pulau tersebut mereka menetap beberapa saat di Gampong Lamkabeu, Aceh Besar.

Merasa belum menemukan tempat yang cocok sebagai tempat menetap, lalu mereka melanjutkan lagi pelayaran. Namun seorang saudara kandung Abdul Rahim tidak mau lagi melanjutkan perjalanan, dan menetap di Aceh Besar. Ada yang menduga yang mentap di Aceh Besar tersebut adalah Syeikh Abdullah Kan’an yang dikenal sebagai Tgk Lam Keuneu’euen.

Bila benar, maka kedatangan rombongan Abdur Rahim ke Aceh itu sekitar tahun 1180 M (576 H). Menurut Ali Hasjmy dalam buku Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, Syeikh Abdullah Kan’an inilah yang membawakan bibit lada ke Aceh, sehingga ia dikenal sebagai bapak lada Aceh.

Pengaruh Abdullah Kan’an sangat besar di Aceh Besar bahkan Aceh. Namanya sampai kini menjadi nama kampung tempat jasadnya dimakamkan, yakni Gampong Lampeuneuen. Makamnya terletak dalam sebuah bangunan berbentuk mesjid yang di depannya terdapat sebuah sumur dengan cicin sumurnya terbuat dari tanah berukir.

Di makamnya sampai kini masih banyak orang yang datang untuk melepaskan nazar. Dalam komplek makam itu juga terdapat makam Tgk Chik Kuta Karang, seorang ulama dan pengarang terkenal.

Makan Tgk Chik Awe Geutah sumber

Namun ada pula yang menduga, saudara Abdur Rahim yang menetap di Aceh Besar itu di kawasan Tanoh Abee hingga ia dikenal sebagai Teungku Chik Tanoh Abee. Siapa sebenarnya saudara Abdur Rahim yang menetap di Aceh Besar itu, perlu ditelusuri kembali.

Sementara pengikut rombongan Abdul Rahim kemudian melanjutkan pengembaraannya. Rombongan tersebut akhirnya mendarat di Kuala Jangka, Bireuen. Awalnya mereka menatap di Gampong Asan Bideuen dan mendirikan balai pengajian di sana.

Tak lama di sana, mereka pindah ke tempat lain. Pada perpindahan kali ini rombongan Abdur Rahim pecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok yang dipimpin adiknya Abdur Rahim berdakwah di kawasan Gampong Paya Rabo, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Satu kelompok lagi menetap di Gampong Pulo Iboh, Kecamatan Jangka, Bireuen.

Sedangkan Abdur Rahim dan beberapa pengikutnya berdakwah di Keude Asan, Peusangan Selatan. Tak lama di sana pindah lagi ke Gle Sibru, di kawasan Gampong Cibrek, Peusangan Selatan. Namun di sana juga dirasa belum cocok, hingga kemudian menuju arah timur dan membuka perkampungan baru di sana. Perkampungan baru itulah yang kemudian dikenal sebagai Gampong Awe Geutah.