Mencari Sang Penenun Aceh

in #story6 years ago

image

Tatitut.. tatitut.. kling.. kling.., nada telpon hp sejuta ummat berbunyi. Seorang koordinator lapangan di salah satu media di Aceh menelpon saya. Ia meminta kiranya saya menuliskan feature tentang tenun Aceh. Feature tersebut akan tampil di halaman depan media tersebut. Untuk itu, ia meminta saya research terlebih dahulu ke rumah yang bersangkutan.

Esoknya (red: hari ini) saya ditemani seorang teman @adzilikram bergegas ke Desa Siem, Kabupaten Aceh Besar. Kira-kira pukul 11:30. Setelah menyeruput kopi di Solong UIN Ar-Raniry, kami langsung berangkat. Sepanjang perjalanan, hujan dengan gerimis manja sudah lebih dari cukup untuk membuat pakaian kami basah.

Sesampai di desa tujuan, kami tidak tahu siapa nama penenun tersebut dan dimana rumahnya. Sembari membeli sesuatu di sebuah kios kecil, kami bertanya dimana alamat penenun itu. Setelah ditunjukkan arah, kami melanjutkan perjalanan. Sayangnya, kami melewati rumah tersebut. Merasa ragu dengan jalan yang dilalui, kami balik dan bertanya kembali.

image

Singkat cerita, butuh tiga kali bertanya kepada orang-orang di desa Siem barulah kami menemukan rumah penenun. Namun, kami langsung pergi ke tempat pelatihan menenun hanya berselang satu rumah setelah rumah sang penenun. Dari luar tampak satu dua peralatan menenun yang auranya agaknya jarang dipakai.

Ada tiga bangunan utama di sana. Yang satu, rumah panggung (ala Rumoh Aceh) yang berdempetan dengan rumah permanen di bagian samping. Kedua, ruang dengan bangunan semi permanen dengan tata letak memanjang. Sedangkan di bagian belakang, permanen dengan bentuk yang sama pula. Tidak ada tanda-tanda sedang ada aktivitas.

image

Kami mencoba memberi salam ke rumah yang berdempetan dengan rumoh Aceh, tidak ada jawaban apapun. Yakin bahwa benar sedang tidak ada aktivitas di sana. Barulah setelah itu kami menuju rumah sang penenun. Salam kami sampaikan, alhamdulilah ada jawaban dari dalam. Tak perlu menunggu, seseorang keluar. Dan ia adalah suami dari sang penenun.

Kami duduk di teras, bapak itu mengenakan sarung. Saya menaksir umurnya terbilang sudah lanjut, sekitar 65 tahun. Suara parau dan agak patah-patah terdengar jelas saat ia berkomunikasi. Darinya kami memperoleh kabar bahwa istrinya sedang tidak di tempat, sang penenun menghadiri acara pesta perkawinan di rumah kakaknya di suatu desa, saya lupa nama desa tersebut.

Ia menyarankan, kiranya kami balik kembali esok hari. Sebaiknya pagi sekitar pukul 08:00. Selain karena esok Jum'at, siangnya istrinya akan menghadiri acara wirid dan berdoa di rumah duka. Kami mengiyakan dan mengatakan, bila esok tak ada aral melintang kami akan balik kembali.

image

Sebelum bergegas pulang dan pamit, bapak itu menyinggung beberapa hal terkait bacaan korannya. Serta sepak terjang istrinya. Bagaimana kedekatan dengan Dekranas Kabupaten Aceh Besar, dan sebagainya. Dari perjalanan itu, saya secara pribadi semakin penasaran tentang perjalanan tenun Aceh hari-hari terakhir ini. Di generasi saya, agaknya luput memperhatikan warisan kebudayaan tersebut.

Untuk kelanjutan kisah ini, tentulah saya harus bertemu sang penenun terlebih dahulu untuk bertanya banyak hal, sebelum berbagi cerita kepada semuanya.

Sort:  

Yg di Siem ya. Pernah kesana juga, "wawancara" mereka, ngeliat salah satu pengrajinnya kerja. Keren euy

Iya kak. Tapi tadi tidak ada pekerjanya. Dan tidak ada 'ibu itu'.

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 64332.82
ETH 3146.25
USDT 1.00
SBD 4.17