Pertengkaran yang berujung kematian

source

Hari ini tidak seperti biasanya, saya pulang kerja agak lebih cepat. Seperti ada perasaan resah dan gelisah yang tidak menentu. Dalam perjalanan pikiranku terus menerawang entah kemana-mana. Hampir-hampir kenderaanku menabrak pejalan kaki. Sontak pikiranku terkejut, bagai orang yang bangun dari mimpi., Astaghfirullah gumamku dalam hati, hampir saja aku menabrak orang.

Sesampainya dirumah kuparkirkan kenderaan dibagasi rumahku. Lalu menuju kepintu, berulang kali kuketuk namun tidak ada jawaban, biasanya rumah tidak pernah sepi. Lalu aku coba menghubungi istriku menggunakan ponsel, namun nomor yang saya tuju sedang sibuk dan berada diluar jangkauan. Huff...berulang kali kucoba menghubunginya lagi namun tidak juga ada jawaban.

Emosiku mulai naik, bagaimana tidak, capek-capek pulang kerja mau masuk kedalam rumah ga bisa, mana perut lagi lapar, menghubungi istri handphone ga dianggkat. Namun aku mencoba untuk bersabar dan berpikiran positif.

Kusandarkan badanku disofa teras rumahku sambil memainkan androidku. Tiba-tiba datang tetangga ngasih kunci rumah, katanya istriku menitipkannya pada jiranku tersebut, namun ia tidak bilang mau kemana, yang ada istriku berpesan bahwa ia mau menemui seseorang.

Naiklah emosiku, setan jahat mulai membisiki hatiku, rasa marah dan cemburu bersatu. Aku berprasangka yang bukan-bukan, apalagi saat kuhubungi nomor handphonenya tidak aktif.

Kubukakan pintu lalu aku masuk kedalam, rumah terasa sepi sekali apalagi anak-anak belum pulang dari sekolah. Lalu aku masuk kekamar mandi untuk membersihkan badanku. Setelah itu makan siang, sholat dan terus tidur.

Satu jam berlalu aku terjaga, jam hampir mrnunjukan waktu Ashar, namun orang yang aku tunggu-tunggu belum pulang juga. Apa gerangan terjadi, kuraihnya ponselku kulihat ada pesan masuk lalu kubaca tulisan pesan tersebut, " pa.. mama lagi sama kawan ya...mama pulangnya agak lambat, soalnya ada kegiatan penting yang harus kami selesaikan hari ini",..hufff...rasa jengkel dan sedikit emosi.

Lalu aku coba menelponnya dan saat ini sambungan teleponku berhasil menghubunginya. Lalu terjadilah percakapan yang agak panas, emosiku memuncak, hampir-hampir aku memakinya. Namun istriku hanya terdiam tidak membalas, sesekali ia menyahut, "papa salah paham"..

Setelah terjadi percakapan beberapa saat, barulah aku sadar bahwa istriku tidak seperti yang aku duga, aku lupa padahal sebelumnya ia telah minta izin padaku untuk melalukan sebuah kegiatan pelatihan yang diselenggarakan perusahaannya. Astaghfirullah....aku telah memarahinya..

Sejenak aku tertunduk merenung, rasa penyesalan hadir dalam hatiku, mengapa sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak enak dan berprasangka buruk terhadapnya. Dalam hati aku menyesal dan merasa bersalah.

Dalam suasana yang terasa hampa ini, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara riuh dibelakang rumahku, suara seperti ada sesuatu yang sedang terjadi, lalu aku bergegas memastikan apa gerangan yang berlaku. Setibanya dibelakang rumahku tidak ada pemandangan atau kejadian apa-apa. Lalu aku menoleh kekandang ayam yang aku pelihara, alangkah terkejutnya hatiku, ayam jago kesayanganku sedang bertarung dengan ayam jago tetangga. Nasib sial dialaminya, ayam jagoku tewas tertusuk besi pagar saat bertarung. Demi seekor betina ia rela mengorbankan nyawanya.

Sejenak aku berdiri memerhatikan bangkai ayam jago kesayanganku. Ia begitu setia terhadap pasangannya, ia tidak rela ada pejantan lain merebut betiannya meskipun nyawa jadi taruhannya. Dalam hati aku berpikir hewan saja tidak rela betinanya diganggu, sedangkan aku malah memarahinya, hanya karena kesalahpahaman yang aku lakukan.