---

Setahun telah berlalu, namun angin masih saja menghembus ruang hati ini, sebuah kesempatan dan peluang memberikan kesempatan untukku menjawab sebuah teka teki, yang tak mau ia tau alasannya.

Satu pekan tidaklah cukup mengenalmu teman! Namun ia begitu cepat melayangkan kata-kata cinta dan rindu, entah dari mana asal cinta dan rindunya untukku.

Perasaan bahagia selalu mambayangi hari-hari dan malamku, ia beri lagi satu kesempatan untukku.
Namun pepohonan terdiam tak ada hembusan angin, ada pesan tersirat yang tak dapat ia maknai.

"Kenapa kita tidak berteman dulu ? Tanyaku melalui sebuah pesan singkat di nomor kontaknya, baru satu pekan aku mengenalnya bahkan kami belum pernah bertatap muka, tapi ia begitu mudah mengajakku hidup berumah tangga dengannya."

Hubunganpun berlanjut hingga kami saling mengirimi foto masing-masing, ada hal yang tak aku sukai darinya, ia begitu pandai menggoda, padahal yang ia gombali, justru laki-laki yang jago ngegombal, namun itu yang membuatku jenuh, mungkin karena aku tak suka di puji.

Ting tong ting tong... bunyi nada pesan di handphone ku, lalu kubuka hp dan segera ku baca ada sebuah puisi menurutku bagus dan romantis, namun aku bukanlah laki-laki yang suka dengan sanjungan dan pujian.

Tidak berselang lama ia kembali mengirimkan sebuah pesan, dan segera ku buka ternyata pesan yang kuterima adalah sebuah gambar yang telah di edit olehnya.

---

---

Kembali aku di buatnya tidak menyukai kata-kata romantis dan rayuan yang sengaja ia tulis untukku.

Segera ku balas pesannya dengan cepat, dengan penuh hati-hati, ku pilih kata-kata, agar ia tidak tersinggung.

"Maaf dek ! Saya ini laki-laki biasa, saya tidak suka dengan rayuan apalagi pujian. Maaf bisakah kita berteman dulu?".

Itulah balasan chat ku di nomor WhatsAppnya, dengan harapan ia mengerti dan menerimanya dengan lapang dada, ia menerima jawabanku dengan ikhlas dan tanpa menyerah masih saja mengajakku menikahinya.

"Bang! Kenapa anda menghapus komentarku di akun Facebook mu " ?

Kembali saya menerima chat singkat darinya. Saya akui itu benar karena semua komentar dari orang yang tidak saya kenal telah saya hapus tempo hari, termasuk dari wanita-wanita yang mengakui mengagumiku itu.

"Maaf, balasku singkat , seolah tak bersalah dan cuek.

Rupanya anda benar-benar tidak memberi saya ruang sedikitpun di hati anda. Maafkan saya yang telah lancang menyelipkan nama anda dalam do'a di sepertiga malamku.

Terkejut sekali batinku membaca pesannya, baru kali ini aku tersentuh membaca pesan darinya, aku ingin menjerit dan berkata kepadanya.

"kenali aku dulu, dan kita berteman InsyaAllah kalau jodoh pasti bersatu".

Belum sempat saya membalas pesannya, pesan lain kembali memasuki layar chattingku.

---

---

Terimaksih

Bye

Itulah pesan singkat dan terakhir aku terima darinya, tanpa ba..bi..bu, ta..ti...tu..sa..si...su, dia memutuskan pertemanan kami., Alhamadulillah, dia lupa mengucap, Wassalamu, artinya masih ada harapan, untuk meminta ma'af padanya

Kini aku tidak bisa lagi menghubunginya, karena semua akun yang menghubungkan aku dengannya telah di blokir olehnya.

Melalui tulisan ini terus terang saya ingin menjawab pesannya setahun yang lalu.

"Dek ! Mungkin ini tidak penting bagimu,
Namun ketahuilah ! Anda hadir di saat masa tersulitku humormu selalu menghiburku, tapi sayang, cinta untukmu belum aku miliki. Namun rasa sayang mulai bersemi di hati yang sudah kau retakkan.

Terimakasih juga atas waktu yang kau berikan.
Jadikan aku sahabatmu bukan raja di hatimu.

TAMAT

~Keep Writing*~

Salam Sahabat Inspiratif