Persahabatan, Sehangat Topla Cokolada di Musim Dingin

in #story6 years ago (edited)

Segelas kopi, dan segudang cerita.

Sering kali aku menjadikan kalimat di atas sebagai judul tulisan atau caption pada sebuah foto. Mungkin terdengar cliche, tapi begitulah adanya. Dari segelas minuman hangat, banyak cerita yang kemudian tercurahkan,

Dulu, ada masa, cukup lama, ketika segelas kopipun tak mampu kubeli. Apalagi segelas coklat hangat yang biasanya dapat kunikmati di Kafe langganan, jauh sebelum masa paceklik menghampiri.

Ada suatu ketika, Ayse- seorang teman yang pernah kuceritakan di tulisan tentang Sarajevo beberapa waktu lalu- mengajakku duduk di sebuah Kafe tradisional di Bascarsija. Aku kerap menolak ajakannya, ataupun yang lainnya. Sederhana saja, uang untuk menikmati Bosanska kahva bisa kusimpan untuk biaya makan beberapa hari ke depan, ataupun biaya taxi jika kaki tak bisa diajak bekerja sama untuk jalan dari kampus ke rumah, atau keperluan musim dingin lainnya. Tapi kali ini, Ayse memaksaku untuk ikut dengannya, sepulang kelas World History sore itu.

marshmallow-topla-cokolada_519511849.jpg

Sumber

Dengan ekspresi yang dibuat-buat, aku mengajak Ayse untuk berjalan saja, dari kampus ke bascarsjia. Sekalian menghangatkan badan, alasanku. Ayse sepertinya mengerti alasanku tadi, ia langsung menarik lenganku masuk ke taxi yang ntah pesanan siapa.

"Too far" , ujarnya singkat, menanggapi permintaanku tadi.

Kukeluarkan lembaran yang 5 KM dari dompet. Oya, KM di sini adalah mata uang Bosnia, bukan kependekan dari kilometer, tapi convertible marka. Selembar itu bisa kubelikan beberapa roti, Nutella, ataupun keju, beberapa butir telur, yang bisa kunikmati untuk beberapa kali makan. Atau kalaupun ujung-ujungnya aku tak masak, 5 KM bisa cukup untuk tiga porsi bureg kentang, jenis bureg paling mural diantara yang lainnya.

Kusodorkan lembaran uang itu ke Ayse, share cost biaya taxi. Aku sebenarnya tau, Ayse akan membayar semuanya, tapi tak sopan rasanya merepoti sesama mahasiswi rantau.

10 menit kemudian, kami berdua sudah duduk di pojokan sebuah cafe tradisional di Bacarsija. Kafe tradisional di sini maksudnya kafe khas negara ini, dengan sentuhan budaya Turki yang kelewatan banyaknya menurutku. Ayse dengan kopinya, aku dengan segelas topla cokolada, coklat hangat, duduk dekat perapian yang jadi incaran orang yang tak biasa dengan musim dingin.

iftar-dinner-sarajevo-bosnia-herzegovina-june-people-having-streets-holy-muslim-month-ramadan-73708623.jpg

Sumber

"Tell me! ", perintah Ayse. Kalimat yang selalu ia gunakan setiap ia menanyakan kabarku, menanyakan kehidupanku yang tinggal bersama dengan teman-teman senegaranya. Ia cukup paham melihat perubahan sikapku beberapa waktu terakhir. Perbedaan budaya selalu dijadikan alasan di setiap argumen, lambat laun, aku mulai mengabaikan orang-orang yang kerap mengkerdilkan aku, dengan pemahamanku, dan later belakangku.

"Boleh gak aku pindah ke tempatmu, beberapa hari saja. Mungkin dengan begitu, pikiranku lebih tenang dan bisa menghadapi sikap mereka dengan lebih bijaksana pula" , pintaku.

Ayse menggeleng. Aku terkejut. Kok??

" Kamu boleh selalu, kapanpun, main ke tempatku. Begitu juga jika kamu ingin pindah. Aku akan sangat senang jika kita jadi roommate. Tapi, selesaikan dulu masalahmu. Jangan langsung lari, mereka akan semakin mengkerdilkanmu", ujar Ayse berapi-api.

Ayse tipe yang keras. Setiap orang yang baru pertama mengenalnya tak akan berani untuk menyapanya. Terlalu to the point , kadang-kadang. Tapi itu juga yang membuatku nyaman bersahabat dengannya.

Aku menyesalkan jawaban Ayse, tapi di sisi lain aku setuju. Masalah harus diselesaikan, apalagi aku akan masih berada di kota ini sampai beberapa tahun ke depan. Artinya aku akan sering kali berpapasan dengan mereka.

"Bagaimana perasaanmu belakangan ini? I know it's hard to be separated from your very close friend"

Kuambil mug coklat panas ku. Kugenggam ia dengan kedua tanganku, seolah memeluknya, dan mengambil kehangatan yang ia tawarkan.

energy-hot-chocolate.jpg

Sumber

Seminggu sebelumnya, seorang teman yang paling dekat denganku meninggalkan kota ini, pindah ke negeri paman Sam. Aku cukup terpukul mendengar kabar kepindahannya. Kupikir, beberapa tahun ke depan kita akan memakai toga yang sama.

" Baik, semua akan membaik, nanti" , jawabku, sambil meyakinkan diri. Ayse menanggapi jawabanku dengan tawa khasnya.

Perbedaan umur kami tidak terlalu jauh. Ayse melanjutkan kuliah agak telat dibandingkan teman-teman seusianya. Semua karena masalah jilbab di negerinya, sedangkan beasiswa untuk sekolah ke negara lain tidak mudah didapatkan. Terkadang aku menganggap Ayse seperti teman, lebih sering sebagai kakak. Sedang ayse? Ia memperlakukanku sebagai adik yang jika dibelikan eskrim akan kembali tersenyum ceria. Well belakangan ia cukup memasakkan yumurta , dan akupun kembali tersenyum ceria

"Oiya, aku butuh bantuan asisten di perpustakan, berminat? Kalau iya minggu depan langsung mulai", tanya Ayse. Langsung saja kuiyakan tanpa mempertanyakan berapa gaji yang akan kuterima perbulannya. Aku butuh kerjaan yang tidak mengganggu jadwal kuliahku. Berada di perpustakaan kampus justru akan memudahkanku dalam belajar.

" Kita bisa ngopi bersama tiap harinya", jawabku, dengan senyum mengembang di bibir. Selain karena kuliah, Ayse pasti tau kalau beasiswaku agak tertunda di semester ini. Itu artinya aku butuh kerja sampingan. Pernah beberapa kali kucoba mendaftar di cafe sekitaran kampus, langsung aku ditolak. Bahasa Bosnia yang kukuasai tidak memadai untuk bekerja dan melayani pelanggan cafe.

friendship.jpg

Sumber

"Kizlar, none of you even call me for this!" , kudengar suara khas Ahmed, seorang sahabat lainnya di belakang kami. Maksudnya, ia kecewa karena tak diikutsertakan di acara ngopi kami ini. Aku tertawa melihat muka cemberutnya sambil menggeser tempat dudukku.

"Hos geldiniz" , ucapku, artinya selamat datang dalam bahasa Turki. Kupersilahkan Ahmed duduk. Padahal setiap harinya kita bertemu, atau sekedar sapaan sederhana setiap berpapasan. Tapi hari ini senangnya beberapa kali lipat, di saat aku kesusahan, mereka ada, bahkan membawa berita gembira. Semakin senanglah hati ini

Kehadiran mereka hari ini, menghangatkan hati, sehangat topla cokolada yang kupesan di awal tadi.

Sort:  

Mlm ini tema nya kok tentang cinta semua ya...? Bingung dedek...

Siapa lg??? 😂😂😂

Aku, td jg ada bbrp yg temanya sama 😄😄

Anggaplah pembahasan tengah malam yg lebih pake hati nulisnya 😁😁😁

Hahaha... Makanya gak ditulis siang. Biar baper nya maksimal

Ada masih uang KM itu, minta satu, mau koleksi uang luar. Masak koleksi cuman Ringgit Malaysia (RM). Lemah lah ya kaaan!? Wwk

masih kayaknya.. harus dicari dulu tapi haha

Oke, ditunggu.

Kalau membaca kisah2 begini serasa baca novel kang abik yang bersetting di rusia juga turki hehe
Sukses selalu @rahmanovic

waduh..tersanjung jadinya :D , tapi ini seting nya di Bosnia yg budayanya banyak dipengaruhi budaya turki hehe

makin enak aja racikan kontennya, bangga

:D :D , alhamdulillah... smoga main baik lg :D

Meukilah lidah kubaca bahasa Jerman haha

bahasa Turki nan..kon Jerman :D

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 64579.45
ETH 3101.05
USDT 1.00
SBD 3.83