Aceh Traditional House the magnificent architect master piece from the past.

Dear Steemian

Culture is the identity for every people around the globe, in the culture there are many aspect was manage to agree and accept as the mutual interest within the community. Aceh is the one of Indonesia province laid in the tip of Sumatra Island was known in history of the ruler kingdom in the past, which is written in history. As the country that never been colonized, Aceh is the independent country in the past before become a part of Indonesia.

Budaya adalah identitas bagi setiap orang di seluruh dunia, dalam budaya ada banyak aspek yang berhasil disepakati dan diterima sebagai kepentingan bersama dalam masyarakat. Aceh adalah salah satu provinsi Indonesia yang terletak di ujung Pulau Sumatera yang dikenal dalam sejarah kerajaan penguasa di masa lalu, yang ditulis dalam sejarah. Sebagai negara yang tidak pernah dijajah, Aceh adalah negara merdeka di masa lalu sebelum menjadi bagian dari Indonesia.

Aceh also known as the province with many special privilege as the land with many miracle history, the one of the miracle master piece that have been designed by our ancestor is the traditional house called “Rumoh Aceh” this house was designed to resistant form the earth quake and the fire. Generally the traditional house in South East Asia was designed on the pillars that can be a resistant to the wild animal. It is also for Aceh traditional house.

Aceh juga dikenal sebagai provinsi dengan banyak hak istimewa sebagai tanah dengan banyak sejarah keajaiban, salah satu master piece keajaiban yang telah dirancang oleh nenek moyang kita adalah rumah tradisional yang disebut "Rumoh Aceh" rumah ini dirancang untuk tahan membentuk bumi gempa dan api. Umumnya rumah tradisional di Asia Tenggara dirancang pada pilar-pilar yang dapat menjadi tahan terhadap hewan liar. Ini juga untuk rumah adat Aceh.

Unfortunately the Aceh traditional house was rarely found now In Aceh, it is only few number of The Rumoh Aceh that can be found but it is not uses as the place for living again, in the capital city of Aceh there is a museum that still uses this traditional house. The tourist from evey country can visit this museum to see the design and the architectural design from the museum. Far from the capital city there was one of the tourism park In Lhoskeumawe district that provide a park in the dense urban area for local tourist in spending the week end by visiting this park, the place is very nice to visit but it is still on construction process but it is was open since last two years.

Sayangnya rumah adat Aceh jarang ditemukan sekarang. Di Aceh, hanya sedikit jumlah Rumoh Aceh yang dapat ditemukan tetapi tidak digunakan sebagai tempat untuk hidup lagi, di ibu kota Aceh ada museum yang masih menggunakan rumah tradisional ini. Turis dari negara evey dapat mengunjungi museum ini untuk melihat desain dan desain arsitektur dari museum. Jauh dari ibu kota ada salah satu taman wisata Di distrik Lhoskeumawe yang menyediakan taman di daerah perkotaan padat untuk wisatawan lokal dalam menghabiskan akhir minggu dengan mengunjungi taman ini, tempat ini sangat bagus untuk dikunjungi tetapi masih dalam pembangunan proses tetapi terbuka sejak dua tahun terakhir.

I was spend my trip this afternoon with some friend to enjoy the view, This park was known as “waduk Jeulikat” waduk mean reservoir because the Lhokseumawe government set up a reservoir just like an artificial lake just in the center of this park. I was visited this park last year but now the condition is different, this park become the favorite place for local tourist in spending the week end and also week day here. What makes me amaze is the Rumoh Aceh that there in this park, the construction process is almost done I observed the rumoh aceh also completed with “krong Pade” this is the storage that used by our ancestor to keep the rice inside, this was the technology that uses in keeping the rice condition at that time as the method in keeping the supply of rice as the main food.

Saya menghabiskan perjalanan saya sore ini dengan beberapa teman untuk menikmati pemandangan, Taman ini dikenal sebagai waduk "waduk Jeulikat" waduk berarti waduk karena pemerintah Lhokseumawe mendirikan waduk seperti danau buatan hanya di pusat taman ini. Saya mengunjungi taman ini tahun lalu tetapi sekarang kondisinya berbeda, taman ini menjadi tempat favorit bagi wisatawan lokal dalam menghabiskan akhir minggu dan juga hari minggu di sini. Yang membuat saya kagum adalah Rumoh Aceh yang ada di taman ini, proses konstruksi hampir selesai saya amati rumoh aceh juga dilengkapi dengan “krong Pade” ini adalah penyimpanan yang digunakan oleh nenek moyang kita untuk menyimpan nasi di dalamnya, ini adalah teknologi yang digunakan dalam menjaga kondisi beras pada saat itu sebagai metode dalam menjaga pasokan beras sebagai makanan utama.

I also saw the traditional pestle of Aceh, this tool called “Jeungki “ this traditional pestle tool is used to process the rice into flour, this park provide the education of Aceh culture to the next generations, In my point of view the culture is something that important to know, because culture is the identity the people which is ignoring their culture might be also ignoring their identity.

Saya juga melihat alu tradisional Aceh, alat ini disebut "Jeungki" alat tukul tradisional ini digunakan untuk mengolah beras menjadi tepung, taman ini memberikan pendidikan budaya Aceh kepada generasi berikutnya, Dalam pandangan saya budaya adalah sesuatu yang penting untuk diketahui, karena budaya adalah identitas orang-orang yang mengabaikan budaya mereka mungkin juga mengabaikan identitas mereka.

Best Regard

@faizarfatria

Discord Komunitas Steemit Indonesia