Kecepatan Dan Percepatan Saya di Steemit (TYS writing contest #1, Tantangan V=s/t)

Fisika adalah urutan kedua pelajaran yang paling benci di sekolah, setelah matematika di posisi pertama dan kimia di posisi ketiga. Saya Cuma suka kimia setelah menonton Breaking Bad dan Fullmetal Alchemist.
Rumus Fisika yang saya tahu dari internet adalah Tekanan dan gaya itu. Kalau tak mau banyak tekanan, jangan banyak gaya. Sedangkan rumus V=s/t baru saya dengar hari ini (8/5/2018) saat saya megulek-ulek teman-teman yang memosting hari ini untuk saya upvote, saya temukan lah @ponpase membuat kontes. Maka saya sebagai teman, sebagai komunitas steemit Indonesia perwakilan Pidie, mencoba mengikuti juga kontes ini.
Source
Saat dikatakan boleh menuliskan tentang perjalanan anda di steemit dan bagaimana langkah-langkah yang anda lakukan untuk berkembang di steemit, saya baru terpantik sedikit ide untuk menulis. Lalu dibilang lagi boleh menulis apa pentingnya komunitas yang telah mempengaruhi perjalanan anda di Steemit baru saya bahagia dan tahu menulis apa.

Saya mulai dengan kecepatan (V). Saya bukanlah orang yang tercepat di Pidie membuat akun steemit. Saya baru tahu steemit dari @akbarrafs dan dia membuatkan akun saya di medio oktober tahun lalu. Tiga hari lagi saya baru berusia 200 hari di steemit yang bertuah dan berbahagia ini.

Kecepatan yang disimbolkan dengan Kilometer, jam, menit dan detik saya boleh jabarkan dengan berapa lama waktu yang saya habiskan di Steemit. Begini dewan juri. Saat pertama kali memahami steemit ini, walaupun bang @aiqabrago mengatakan post terus banyak banyak, lima kali sehari, saya tak sanggup. Yang hanya otak saya bisa adalah sehari maksimal dua kali.

Jam yang saya habiskan adalah jam senggang dari pekerjaan saya mengajar, yang sehari maksimal 4 jam. Jadwal saya memposting adalah antara jam 5 sore sampai sekali-sekali jam 11 malam. Kadang pagi kalau postingan kontes atau pesanan. Kalau kontes saya tak hitung kali jam berapa harus posting.

Kemudian kita bergerak ke (s) diartikan jarak yang tempuh. Sementara saya tidak bisa mengatakan bahwa saya steemian Indonesia, karena saya belum bertemu semua steemian yang ada di seluruh Indonesia. Tapi kalau steemian Aceh boleh lah. Karena saya sudah bertemu Steemians dari berbagai kabupaten, bahkan ketua chapter Barsela dan Takengon merupakan teman akrab saya sebelum steemit ada.

(t) Atau waktu tempuh. Saya seminggu sekali ke Banda Aceh, untuk kuliah, waktu tempuh ke Banda dari Sigli adalah maksimal dua jam. Ke Banda Aceh selalu untuk bertemu teman-teman komunitas steemit. Bang @rismanrachman bilang semakin besar komunitas kita ini, maka semakin berpengaruh kita untuk bangsa ini. Kita bisa menentukan keputusan besar daerah, bahkan negara, kalau komunitas Steemit Indonesia ini kompak dan bersatu.

Tidak akan berbentuk sebuah negara tanpa komunitas. Rasullulah diutus untuk memperbaiki akhlak dan menyatukan suku (komunitas) di Arab, sehingga menjadi kuat dan bersama bisa menguasai ¾ dunia. Jengis Khan juga begitu, sebelum bangsa Mongol menyerang Bagdad, Jengis Khan menyatukan dulu komunitas (suku) di Cina, setelah semua bersatu baru bisa melakukan sesuatu yang besar seperti menaklukkan Abbasiyah.

Fisika adalah unsur alam yang mengajarkan kita banyak hal, saat tak punya pegangan (komunitas) kita akan jatuh. Jadilah seperti sungai yang mengalir, tidak bisa semuanya lurus kecuali ada irigasi, sungai harus berkelok-kelok mengikuti arah tanah yang rendah, makanya perbedaan di komunitas kita anggap saja seperti tikungan dan lekukan sungai, tujuan kita tetap sama. Yaitu demi menemui komunitas whale (laut).