Edward W. Said, Razan al-Najjar, dan Maha Duka Palestina

in #writing6 years ago (edited)


Razan al-Najjar (sumber: media.hitekno.com)

Seorang pria paruh baya baru saja divonis oleh dokter mengidap penyakit leukemia. Atas anjuran dokter, ia pun harus menjalani kemoterapi secara bertahap.

Dengan penyakitnya itu ia sadar bahwa usianya tidak bakal lama lagi, dan tiba-tiba ia teringat dengan kampung halamannya, tempat di mana ia dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya di Nazareth, Yerusalem Barat, Palestina.

Segera ia pun memutuskan berangkat menuju Palestina. Tiba di Israel, ia diperiksa oleh seorang petugas yang menanyainya hendak kemana, "Palestina", jawabnnya.

"Apakah anda memiliki saudara di sini?" Begitu pertanyaan selanjutnya, yang kemudian di jawab oleh pria ini, "sama sekali tidak," hal itulah yang kemudian membuat hatinya merasakan kesedihan yang teramat dalam dan merasa kehilangan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Karena ia ingat, tepat pada tahun 1947, seluruh anggota keluarganya telah terusir dari Yerusalem, dan sejak itu ia dan keluarganya harus mengungsi ke Mesir, dan selanjutnya hijrah ke Amerika Serikat.

Inilah sepenggal kisah yang dialami oleh Edward W. Said, Profesor Bahasa Inggris dan Sastra Perbandingan di Colombia University. Ia seorang ilmuwan Kristen berkebangsaan Palestina.

c1vtero3x6.jpg
Edward W. Said (Sumber: sampul buku Out of Place: Sebuah Memoar Edward W. said, 2003)

Kisah yang serupa dialami oleh Ismail Raji' al-Faruqy, seorang cendikiawan Muslim kelahiran Palestina, yang juga terusir dari tanah airnya, dan kemudian mengungsi ke Lebanon, dan selanjutnya memilih tinggal di Amerika Serikat dan mengajar di Temple University, Philadelpia.

Beberapa hari yang lalu, Razan al Najjar, seorang perempuan muda Palestina yang berprofesi sebagai perawat gugur ditembak mati oleh serdadu Zionis Israel, pada saat hendak menolong seorang demonstran yang terluka.

Setiap harinya, nyawa rakyat Palestina terus saja menjadi 'mainan' bangsa Zionis Israel. Setiap harinya, sejengkal demi sejengka tanah Palestina, dirampas-paksa oleh bangsa biadab yang bernama Zionis Israel.


Peta Palestina dari tahun 1946 - 2014. (Sumber: epfnational.org)

PBB boleh saja berganti sekjen, tapi Lembaga Bangsa-Bangsa "pencuri kain kafan yang memilih-milah kuburan dunia"--demikian sindiran penyair Muhammad Iqbal kepada PBB--tersebut tidak mampu menghentikan Zionis Israel yang semakin brutal saban harinya.

Dunia Barat seakan menutup mata dan telinga atas jerit tangis rakyat Palestina. Dan Amerika Serikat terus saja membela aksi brutal yang dilakukan oleh "anak haram" yang bernama Zionis Israel, bahkan menjadi pelindungnya di Dewan Keamanan PBB.

Oh, Palestina. Semakin lengkap penderitaanmu wahai tanah suci, tempat lahirnya para Nabi.

Lhokseumawe, 4 Juni 2018
@akukamaruzzaman

Sort:  

cerita yang begitu menyentuh.ayo sama-sama kita mendukung saudara-saudara kita disana.
jika anda ingin memberikan sedikit bantuan kepada saudara kita di palestina ,langsung saja anda mengunjungi @purnama-care

Insya Allah @hafizz, itu lembaga yang dikelola @dr-purnama ya?

benar sekali bang @dokter-purnama dari komunitas BSC

Coin Marketplace

STEEM 0.33
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66598.01
ETH 3236.65
USDT 1.00
SBD 4.66