Puisi, Hal Yang Aku Tak Pernah Mengerti

in #writing6 years ago (edited)

Apa Itu Puisi?


Saya sudah banyak membaca puisi, tetapi tak pernah berhasil menuliskan satu pun. Telah tak terhitung puisi yang menarik hatiku, kubaca. Puisi yang tepat membuatku menghabiskan sekian banyak waktu menyelaminya, kadangkala kutemukan diriku sendiri di dalam untaian kata-kata itu, kadangkala kegelisahan hati penulis yang tak bisa kumengerti, di lain waktu ada kegembiraan.

Tetapi, apa itu puisi? Saya tak pernah tahu pasti. Kamus mungkin punya cara menterjemahkannya secara ilmiah1, tetapi menurutku ada lebih banyak untuk itu. Bisa saja itu ibarat pusara bagi kata, atau rumah bagi aksara jiwa, atau apa saja yang bisa dan tidak bisa kupikirkan, yang pada gilirannya, tak begitu berarti untuk didebatkan.


Tadi pagi selepas sahur saya buka lagi buku lama yang memuat puisi-puisi lawas penyair Aceh, utamanya dari dekade 90an, dan saya menemukan puisi-puisi berikut ini di antaranya:

Kasidah Perjalanan
Mustafa Ismail

Kau pahamikah perjalanan
Di bawah mendung, panas dan guyur hujan
Semesta hijau dalam mata kita
Membaca sajak-sajak di jantungnya

Mungkin langit membenamkan segala makna
Dalam tarikan pohon melambai bebatuan bukit
Mengantar kita jauh
Memasuki dunia kita sendiri, bayangan sendiri
Hingga tak pernah ada orang lain
Di tiap sudut penglihatan kita

Kau pahamikah perjalanan
Sebelum semua selesai
Dan kita kembali bergerak
Ke bukit-bukit itu

Mungkin semua telah memabukkan kita
Lebur di depan kaca
Hingga tak pernah lagi ada cerita
Tentang perjalanan kita, tentang mendung
Panas dan guyur hujan di jalan raya
Setelah segalanya menjelma kota-kota
Dan kita berdasi di belakang meja
-- Lhoknga, 1994

Saya menangkap sunyi penulis Mustafa Ismail2 di dalam puisi itu, gelisah yang memaguti tahun-tahun yang berlalu, mungkin dia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya, di antara tahun-tahun itu, dan ketika dia sadar, dia tahu semua sudah terlambat, tahun-tahun telah menelan semua dengan ganas, dan orang-orang terus harus mengobati lukanya masing-masing.

Dan rangkaian kata ringkas Mustiar AR3 berikut ini juga memiliki nilai uniknya tersendiri, menurutku.

Isyarat Laut
Mustiar AR

Putih layar itu
Pada biru abadi berkabut
Lari dari pangkal sendiri
Ombak-ombak menggila, angin melulung
Dan tiang-tiang gemeratakan
Di bawahnya; arus gelombang dunia
Di atasnya; dada emas matahari
Namun dia, pemberontak mengajak badai
Seakan isyarat kita harus berani
-- Melaboh, Januari 1990

Tidak banyak nama penyair Aceh saya "kenal", tapi di antara sedikit itu, saya sangat terkesan dengan Doel CP Allisah4 dan din saja5 (nama penanya memang selalu ditulis dengan huruf kecil seluruhnya), saya kerap menemukan diriku di dalam goresan-goresan pena keduanya. Dan terlebih, mereka menulis apa yang seharusnya kutuliskan, tentang tempat-tempat, peristiwa-peristiwa, orang-orang, waktu yang menelan segalanya, dan tentu saja, diri sendiri.

Doel CP Allisah lebih seperti jiwa yang romantik, mengukur sudut kota-kota dan rasa dengan jengkal-jengkal kata, meninggalkan jejak-jejak perjalanan di atas altar aksara. Kita bisa menemukan dirinya di sana dan di sana, atau hanya angannya saja di sana yang lainnya.

Lagu Birahi
Doel CP Allisah

Dalam ruang tak terbatas antara hutan gedung-gedung
Udara beku menyergap seluruh mimpiku
Menyambung tali merah dari sesuatu yang tak ada
Keriuhan penjarakan matahari dalam lorong-lorong
Karena gairah yang tiba-tiba saja terluka

Dalam ruang tak terbatas kegamangan menari-nari
Dari supermarket sampai pojok-pojok penginapan
Tiap wajah dan berbagai ekspresi
Larut dalam keterburuan tak terduga
Seperti engkau, sekilas tersenyum di keramaian
Antara kenyataan dan kerinduan
Antara kebisingan iklan-iklan

Dalam ruang tak terbatas aku temukan geliatmu
Di pungkur
Penuh air mata darah kental
Mencabik-cabik seluruh kenikmatan, seluruh pencarian
Antara ada dan tiada
Antara dosa, ketakutan sia-sia
-- Bandung, 1993

Romantisme din saja lain lagi. Beliau seperti sibuk mencari-cari jawaban atas eksistensi, terutama dirinya sendiri, dan pencarian itu seringkali mengetuk pintu langit, tetapi tetap dalam kadar yang membumi.

Aku-Dia
din saja

Kalau Dia telah mencintai
Dan menginginkan diriku
Adakah kematian suatu pengorbanan
Dari pertemuan yang diimpikan

Diri yang tak berarti
Tanggalkan seluruh jasad
Agar debu tak mengikat
Dari keinginan yang sarat

Seribu rupa pupus
Kembali ke tiada
-- Banda Aceh, 1994

Dan Ali Hasjmi6, pegiat sejarah pada tahun-tahun yang berat juga telah menulis beberapa puisi antara tahun 1930an dan 1960an. Saya tak tahu pasti ada berapa banyak karya beliau, tetapi sedikitnya telah saya temui sebanyak tujuh judul. Dari ketujuh judul tersebut, saya menemukan satu yang berbeda, di mana yang lain lebih menyerupai catatan A Hasjmi tentang hidup dan kehidupan. Yang satu ini jauh melenceng dari tema enam lainnya, yakni sebuah puisi yang sarat semangat juang ibarat serdadu yang kerasukan candu kemenangan peperangan.

AKOE SERDADOEMOE
Oentoek Boeng Karno

A. Hasjmi

Gegap gempita membahana
Menggoeroeh rioeh menggoentoer
Menggetarkan djiwa tidoer
Menjentak merentak-rentak
Membajoe menderoe-deroe
Demikian njanji proklamasimoe

Nenek-neneko menoentoet balas
Bara dendam njala memanas
Kakek toea bangkit menerpa
Dara remadja mara mewadja
Moedabelia madjoe menjerboe
Semoea bersatoe toedjoe
Bergegas ke medan bakti
Soearamoe tjamboek sakti

Boeng Karno
Patjoe koeda djihadmoe
Djangan moendoer lagi
Kami toeroenan Iskandar Moeda
Tetesan darah Ratoe Safiah
Anak tjutju Moedjahid Tiro
Kemenakan Oemar Pahlawan
Telah siap bertempoer
Kami sedang menggempoer

Dengar derap kaki
Gemerincing pedang djenawi
Damba sorga Hikajat Perang Sabi
Lihat rentjong bertoeah
Haoeskan darah
Kami api memerah
Menjala membakar pendjajah
Pantang menjerah.....

Boeng Karno
Beri komando madjoe
Akoe serdadoemoe
-- 7 Oktober 1945


Apa itu PUISI? Banyak hal. Dan aku masih mencoba mengerti. Dan aku tidak buru-buru. Menurutmu, apa itu PUISI?

Glosari


  • 1 Puisi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia / KBBI dikategorikan ke dalam nomina [n] atau kata benda dan memiliki 3 arti:
    • ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait;
    • gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus;
    • sajak;
  • 2 Mustafa Ismail lahir di Trienggadeng, Pidie, pada 25 Agustus 1971. Kuliah di STIEI Banda Aceh jurusan Manajemen Keuangan dan Perbankan. Selain menulis puisi, beliau juga menulis cerpen, artikel, dan kritik sastra di beberapa surat kabar terbitan Aceh, Medan, dan Jakarta. Beliau sering tampil dengan nama pena Muista Fahendra. Beliau juga pernah meenjadi anggota Teater Bola, Banda Aceh. Buku kumpulan puisi beliau Tarian Cermin terbit pada 2007. Puisi-puisi dan cerpen-cerpen beliau telah dibukukan dalam banyak buku antologi.
  • 3 Mustiar AR lahir di Meulaboh pada 15 April 1967. Mulai menulis sejak 1980. Karya pertamanya yang dimuat adalah Kutambat Kapal Di Dermagamu pada tahun 1987, di mingguan Taruna Baru. Sejak itu karya-karyanya muncul di surat-surat kabar daerah dan nasional. Pernah meraih juara II puisi dan penulis puisi terbaik pada acara yang digelar oleh Forum Komunikasi Seniman Aceh Barat.
  • 4 Doel CP Alisah adalah wartawan sekaligus penyair yang lahir di Banda Aceh pada 3 Mei 1961. Mulai menulis di media massa sejak tahun 1979. Pernah menjabat Redaktur Budaya pada surat kabar Atjeh Post. Puisi-puisinya telah dimuat dalam setidaknya 5 buku antologi puisi. Namanya disebutkan di dalam Buku Pintar Nusantara (UWN, Jakarta 1990) dalam kategori Penyair. Pernah beberapa kali menjadi undangan dalam pertemuan budaya nasional dan internasional. Telah menerbitkan buku puisinya berjudul Nyanyian Angin (DCP Production, 1992). Pendiri Aliansi Sastrawan Aceh ini meninggal di Banda Aceh pada Rabu, 2 April 2014.
  • 5 din saja (aslinya Fachruddin Basyar) lahir di Banda Aceh pada tahun 1956, menamatkan pendidikan di SPK Kasdan I/IM di Banda Aceh pada tahun 1978. Lalu berpindah-pindah kehidupan di kota-kota Medan, Padang, Palembang, dan Jakarta. Mulai mengenal seni saat berada di Padang dan merasa mantap menulis puisi pada tahun 1990. Punya pengalaman main dan menggarap teater.
  • 6 Ali Hasjmi lahir dengan nama lengkap Moehammad Ali Hasjim pada 28 Maret 1914. Aktif mengarang puisi sejak tahun 1930an, dan termasuk salah satu tokoh Angkatan Poedjangga Baroe. A Hasjmi pernah menjabat sebagai Gubernur Aceh pada 1957-1964. Beliau yang membangun "Kota Pendidikan Darussalam" di Koetaradja (Banda Aceh), di mana di dalamnya terdapat dua Lembaga Pendidikan Tinggi, yakni Universitas Syiah Kuala dan IAIN Arraniry. Telah menulis tidak kurang dari 40 judul buku dalam berbagai tema: seni budaya, sejarah, politik, dakwah, pendidikan, tata negara dan sebagainya. Beliau disebut Bapak Pendidikan Aceh karena jasa-jasanya di bidang pendidikan. A Hasjmi meninggal pada 18 Januari 1998.

Referensi Dan Saran Bacaan


  1. Seulawah - Antologi Sastra Aceh, Yayasan Nusantara, 1995, 979-888-900-2
  2. KBBI : Puisi
  3. ayomenulis : Mustafa Ismail
  4. litera: puisi-puisi Mustiar AR
  5. gapuranews : Penyair Aceh, Doel CP Allisah Tutup Usia
  6. ka mumang: tentang din saja
  7. ensiklopedia sastra indonesia: Ali Hasmi
  8. wikipedia.id: Ali Hasjmi

Terimakasih


Sekian. Terimakasih telah singgah. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankannya, dan semoga mampu menyelamatkan puasanya.

Tulisan ini belum "mati", jadi, jangan sungkan mengomentari (membantah, mengkritik, menambah info, mempertanyakan, dan sebagainya). Dan saya TIDAK ANTI KOMENTAR PANJANG, ukuran bagi saya bukan hal utama, namun isinya lah yang penting. Tetapi jika itu layak dijadikan artikel, saran saya buat saja itu sebagai artikel Anda dan lekatkan tautannya di bilah komentar dan / atau mention saya di artikel tersebut (perhatikan untuk menulis nick dengan benar), ini tentu membawa manfaat lain kepada Anda pada gilirannya. Segala masukan akan menjadi pelajaran berharga bagi saya dan saya harap mampu menambah isi kepada cangkir saya.

The City of @neoxian
Slot Kosong.

situs web | Server Discord

From Indonesia With L💜VE


@aneukpineung78 | Telegram Saya

Sort:  

Read my profile if want me to resteem your post to over 72,500 followers. @a-0-0

Setiap orang bebas memaknai puisi yang di tulis oleh penyair. Tapi yakinlah bahwa makna sebenarnya dari sebuah puisi hanya diketahui oleh si pembuat puisi itu sendiri.
Terkecuali puisi tsb di buat dengan kata2 atau kalimat verbal, bukan abstrak, maka akan mudah kita mencari makna.
Kita hanya bisa menyimpulkan keresahan penyair, kesedihan, kebahagiaan dan lain2 dalam bentuk umum.
Saya sendiri sama seperti @aneukpineung78, sudah sangat banyak membaca puisi. Mulai dari penyair kondang sampai penyair yang tak pernah dikenal, namun saya hanya mampu menangkap sedikit saja inti dari puisi itu, karena sang pembuat puisi tidak pernah menceritakan makna puisinya secara detil.
Mungkin inilah yang membuat puisi itu menarik, selalu ada saja tanda tanya dari kita yang membaca.

Beberapa hal tak perlu dipahami, hanya untuk dinikmati sebisanya. Saya rasa demikian. 😀

Terimakasih ya. Sudah singgah.

I dont understand what you wrote but i think it will be a nice writeup. Keep it up.
Seriously, since you are good at english. Why dont you use english and get more audience?

I wrote some bilingual articles once in a while. Now that i have gained back my C+ role, i need to do it (writing aeticles which contain English) more often I guess.

Thanks for dropping by and leaving your mark. It is something.

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66540.93
ETH 3186.50
USDT 1.00
SBD 4.11