Eskimo Folktales #30 - Patussorssuaq Killed His Uncle | Patussorssuaq Membunuh Pamannya

in #writing5 years ago (edited)

Ada seorang wanita yang tinggal di Kûgkat dan dia sangat cantik. Alátaq adalah lelaki yang beruntung yang menjadi suami dari perempuan itu.


Source: Pixabay

Pâtussorssuaq yang Membunuh Pamannya



Ada seorang wanita yang tinggal di Kûgkat dan dia sangat cantik. Alátaq adalah lelaki yang beruntung yang menjadi suami dari perempuan itu.

Di tempat yang sama tinggal pula Pâtussorssuaq, keponakan Alátaq. Dia memiliki seorang istri, tetapi dia lebih menyukai istri pamannya daripada istrinya sendiri.

Suatu hari di musim semi, Alátaq sedang melakukan perjalanan berburu yang panjang dan memutuskan untuk membawa istrinya bersamanya. Mereka berdiri di tepi es, bersiap-siap untuk memulai perjalanan ketika Pâtussorssuaq mendatangi mereka.

"Apakah kamu akan pergi?" tanya Pâtussorssuaq.

"Ya, kami berdua," jawab Alátaq.

Ketika Pâtussorssuaq mendengar demikian, dia menyergap pamannya dan membunuhnya karena dia tidak tahan melihat istri pamannya pergi.

Ketika istri Pâtussorssuaq melihat ini, dia mengambil jarum dan cincin jahitnya, lalu melarikan diri. Ia menuju bayangan tenda-tenda di atas bukit, tempat orang tuanya tinggal. Dia bahkan tidak punya waktu untuk memakai kaus kaki kulitnya sehingga kakinya sakit karena menginjak perbukitan. Di tengah perjalanannya ke pedalaman, dia melihat orang-orang berlarian dan kerudung mereka lepas di kepala mereka, seperti cara kaum pedalaman. Tetapi dia tidak berurusan dengan mereka karena mereka melarikan diri.

Ketika akhirnya dia sudah mendekati tujuannya, dia melihat seorang lelaki tua yang berlari ke atas. Ternyata dia adalah ayahnya yang sedang mencari burung. Keduanya pun dengan suka cita pulang ke tendanya.

Sementara itu, setelah telah membunuh pamannya, Pâtussorssuaq langsung kembali ke tendanya di bukit. Dia berpikir untuk membunuh istrinya karena dia sudah lelah padanya. Tapi istrinya telah melarikan diri.

Di dalam tenda duduk seorang bocah dan Pâtussorssuaq langsung menubruknya dan menangis.

"Di mana dia? Kemana dia pergi?" teriaknya.

"Aku tidak melihat apa-apa karena aku tertidur," teriak bocah itu, yang berbicara salah karena ketakutannya yang besar. Pâtussorssuaq pun terpaksa membatalkan rencana mencari istrinya.

Dia lalu turun bukit dan mengambil istri Alátaq lalu tinggal bersamanya. Tapi, setelah beberapa waktu, permpuan itu meninggal.

Pada awal musim panas, banyak orang berkumpul di Natsivilik. Pâtussorssuaq berada di antara mereka. Suatu hari, sesuatu yang aneh terjadi padanya ketika dia sedang berburu. Seekor rubah merenggut pinggiran mantelnya. Dia berpikir bahwa itu hanyalah rubah biasa, maka di menyerangnya tetapi meleset. Belakangan terungkap bahwa rubah itu adalah jiwa dari Alátaq yang bermain-main dengan dia sebentar sebelum membunuhnya secara langsung. Karena jimat Alátaq adalah rubah.

Beberapa saat kemudian, Pâtussorssuaq digigit sampai mati oleh hantu Alátaq, yang datang kepadanya dalam bentuk seekor beruang. Putrinya, yang pada saat itu sedang berada di luar, mendengar jeritan, lalu masuk untuk menceritakan apa yang didengarnya kepada orang-orang. Tetapi, ketika dia masuk ke dalam rumah, lihatlah, dia sudah melupakan semua yang ingin dia katakan. Ini terjadi karena roh pendendam itu telah menyihirnya agar lupa.

Beberapa waktu kemudian sang putri ingat kembali tetapi semua sudah terlambat. Orang-orang menemukan Pâtussorssuaq sudah tewas tercabik-cabik. Anggota tubuh robek. Dia tampaknya sempat mencoba membela diri dengan potongan-potongan es yang besar, seperti yang bisa mereka lihat, tetapi segalanya sia-sia.

Demikianlah hukuman jatuh kepada orang yang melakukan pembunuhan.



Cerita ini diterjemahkan dari "Pâtussorssuaq, Who Killed His Uncle" di Eskimo Folk-Tales yang disunting oleh Knud Rasmussen (Gyldendal : 1921) dengan sejumlah modifikasi. Versi asli dalam bahasa Inggris dapat dibaca di Project Gutenberg.

This is my Eskimo Stories Project. I translate Eskimo Folk-Tales (Gyldendal : 1921) into Bahasa Indonesia to introduce Eskimo art and culture to Indonesian and Malay-spoken language readers. There will be more than 50 stories I will publish. If I have enough money, I plan to print them in a book format. You can support me by upvote and resteem this post. I receive any donation for this project. Read all stories in tag #eskimofolktales.


#blogiwankwriting #ksijakarta #jakarta #indonesia #steemitbudaya #steem #steemit #budaya #life #culture #writing #story #literature #literary #book #eskimo #inuit #alaska #polar


Other Stories


I hope you like my work. Please upvote and resteem this post and follow @blogiwank if you support me.

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 64615.49
ETH 3112.63
USDT 1.00
SBD 3.84