Penggalan Ingatan Menjelang Ramadhan

in #writing6 years ago (edited)

Bulan Ramadhan telah tiba, malam ini tarawih pertama. Hampir seluruh mesjid penuh. Setelah Salat Isya sebelum melaksanakan tarawih, panitia pembangunan mesjid mulai membicarakan anggaran pembangunan, mengingat jamaah harus menunaikan sholat hingga ke area parkiran. Semangat jamaah menggebu, mungkin akibat gejolak asoe gapah meugang tadi masih meutaga.


image
Foto: @oviyandi


Ngomong-ngomong soal meugang, hampir semua rekan steemian (Aceh khususnya) sudah mengulas soal tradisi masyarakat Aceh tersebut. Aku ingin juga menulis soal hal itu. Tentu tak mengulas soal asal muasal serta sampai harus menghitung berapa kali sudah meugang dilaksanakan seperti pertanyaan @pieasant. Aku hanya ingin bercerita soal meugang dimataku saat dikecil dulu.

Malam menjelang hari meugang adalah waktu yang paling ku tunggu-tunggu. Bapak akan mengajakku ke lokasi orang menyembelih sapi yang ada dikampungku. Lokasi penyembelihan dadakan itu bisanya dua tempat, tiga paling banyak. Sapi-sapi untuk daging meugang itu disembelih antara pukul dua atau tiga dini hari. Ba'da salat isya, aku wajib tidur. Saat akan berangkat ke lokasi penyembelihan, bapak akan membangunkanku.


image
Foto: @oviyandi


Untuk mendapatkan daging terbaik, orang-orang harus memesan dulu. Daging paha belakang menjadi rebutan. Paha depan pilihan selanjutnya. Tidak dengan bapakku. Beliau jarang sekali memesan daging kualitas pertama itu. Kecuali, ibu akan memasak rendang. Selebihnya cukup dengan kepala dan ekor sapi serta yang tak pernah absen hingga hari ini dirumah adalah babat, kesukaan bapakku. Hingga suatu ketika, teman sepermainanku berujar "awak kah ka pajoh yang hana gob pajoh".

Kala itu, kepala dan ekor sapi biasanya ditempatkan bersama kulit sapi, tak ada yang melirik. Mungkin mereka tak tau betapa nikmatnya buntut sapi jika dibuatkan sop, serta daging terlembut saat dipanggang adalah lidahnya.

Khusus kepala sapi, hanya akan diambil saat meugang puasa, tidak saat meugang lebaran. Saat meugang, pembagian peran dilakukan. Kami yang lelaki akan membereskan tulang dan babat. Mulai kepala, ekor sapi, hingga memasaknya. Termasuk jika harus dilakukan diluar rumah, panggang memanggang misalnya.


image
Foto: @oviyandi


Sementara, Ibu dan dua adik perempuanku mengurus daging hingga memasaknya. Selain itu, mereka yang menyiapkan bumbu untuk semua jenis masakan. Pembagian peran seperti ini juga akan berlaku hingga malam-malam puasa, mungkin pada bagian lain aku akan menuliskannya.

Mendapatkan kepala sapi juga kebahagian lain untukku. Kulit yang ada pada bagian kepala sapi akan kugunakan sebagai umpan memancing kepiting. Sepanjang bulan puasa, aku rutin memancing kepiting di tambak dan sungai yang tak jauh dari rumahku. Na pu di pajoh, han abeh-abeh.

Soal aroma jangan di tanya. Sepanjang hari kulit sapi yang telah di cincang itu terendam air asin saat memancing kepiting, malamnya ku gantung di pohon sukun belakang rumah. Siang hari, aroma itu akan mengundang kepiting datang menghampiri pancinganku, malamnya akan mengundang omelan seisi rumah hingga ritual sahur usai.


image
Foto: @oviyandi


Sejak aku SMU, sudah jarang bapak membeli kepala sapi. Para penyembelih sapi sudah paham. Mereka menyembelih sapi tepat dibawah rahangnya, sehingga tak akan ada sisa daging gelambir lagi. Dulunya, jika membeli kepala sapi, minimal dua tiga kilo daging akan kau dapatkan dibagian leher sapi.

Begitulah beberapa ingatan ku soal meugang saat masa kecil dulu. Esok, kita akan menjalankan hari pertama dengan ibadah puasa. Jangan lupa niat. Dan ingat, besok bukan hari meugang lagi, walau masih ada sisa daging tadi siang. Selamat melaksanakan ibadah puasa bagi rekan steemian yang menjalankannya.

Saleum

Hafidh Polem

Coin Marketplace

STEEM 0.24
TRX 0.11
JST 0.031
BTC 61122.11
ETH 2972.46
USDT 1.00
SBD 3.66