Tak Usah Lagi Merapal "Awai Kee Pajoh Bu Pisang", Ia Tak Sakti Lagi

in #writing6 years ago (edited)

Seharian tadi aku melanjutkan pengerjaan meja yang sempat tertunda lama. Namun untuk kali ini aku tak membahas project meja tersebut. Lagian, pekerjaannya baru selesai sekitar 70%. Kali ini aku mau bercerita tentang hal menarik menurutku yang ku alami saat mengerjakan meja tadi.


image
Source image


Menjelang siang, saat aku sedang asik menggergaji, segerombolan anak-anak bersepeda tiba-tiba berhenti dilorong belakang rumah. Mereka bermufakat setengah berdebat. Meragukan jalan yang mereka lalui. Gerombolan anak tersebut berjumlah tujuh orang dengan menggunakan 5 sepeda. Mereka sebaya, dan usia mereka kurasa masih usia sekolah dasar.

Tak tahan diserang terus, seorang anak yang ku rasa sebagai penunjuk jalan bertanya padaku yang sengaja berhenti menggergaji sejak tadi akibat perdebatan mereka. "Bang, benar ini lorong Bandung?" tanya anak itu. "Iya" jawabku singkat. "Nah kan, betul kata GPS-ku", lanjut anak tersebut setengah berteriak kepada teman-temannya.


image
source image


"Lewat tikungan itu rumahnya, gak jauh lagi. Lihat nih" lanjut anak tersebut sambil menunjukkan smartphone miliknya. Sementara teman-temannya yang lain tak ada yang membantah lagi. Semua manggut-manggut merasa yakin atas kebenaran informasi yang diberikan temannya.

Penasaran aku bertanya, "kalian mau kemana?". "Mau kerumah teman" jawab salah satu dari mereka. "Emangnya kalian dari mana?" Tanyaku lagi. Mereka menyebutkan asalnya sambil mengayuh sepeda dan berlalu. Tempat asal yang disebut tadi menurutku lumayan jauh untuk usia mereka hingga bisa tiba diwilayah ini. Harus melewati beberapa jalan utama yang sangat padat.


image
Source image


Dari perdebatan tadi, aku tau bahwa mereka baru pertama kedaerah ini. Hanya mengandalkan GPS (Global Positioning System) yang ada di hp salah seorang dari mereka. Hal itu menurutku sangat menarik. Anak-anak itu belajar cepat dengan tehnologi yang mereka miliki.

Aku jadi teringat seorang teman kuliahku dulu yang beberapa waktu yang lalu bertandang ke Banda Aceh. Sudah lama tak bertemu, aku sengaja menjemputnya dan mengajaknya ke rumah kontrakanku. Menjelang magrib, ia minta diantarkan ketempat kerjaku untuk bertemu teman-teman yang lain. Karena beberapa alasan, ia memilih bermalam di tempatku bekerja tersebut; tak mau di kontrakanku.

Selain lumayan jauh, agar memudahkan ia kesana-kemari aku meminjamkan sepeda motor untuknya. Namun ia menolak, "aku benar-benar tak tau jalan lagi disini" katanya. "Semua sudah berubah, beda jauh, salah-salah nanti tersesat dan malah semakin merepotkanmu" lanjutnya. Karena jawaban tersebut dan beberapa pengalaman sebelumnya dengan teman yang lain, aku memutuskan mengantarkannya ketujuan tadi.

Pengalaman sebelumnya, beberapa teman yang baru tiba di sini dan sudah lama tak kemari, malah sudah tak tau arah lagi baru menelpon untuk dijemput. Tak hanya yang baru tiba, teman di Banda Aceh pun pernah tersesat entah kemana saat kuberikan alamat kontrakanku. Atau minimal harus menelpon berulang kali baru mendapati tempatku.


image
Source image


Kejadian siang tadi, sungguh pelajaran menarik. Saat tehnologi sudah mendukung, kita malah tak mau mempergunakannya. Sementara yang baru kemarin sore, sudah khatam dengannya. Benar adanya kita yang lebih dahulu pajoh bu ngen pisang sebagaimana dirapal orang-orang tua dulu saat menyombongkan diri atas kemampuannya terhadap hal tertentu. Tapi, jika anak sekarang menjawab, "awai long pajoh KFC, paken teuma?".

Anak-anak generasi melenial lebih cepat belajar dan mengusai hal-hal baru, termasuk tehnologi. Karena mereka disambut dengan segala macam tehnologi baru yang mungkin saat kita seusia mereka dahulu belum ada. Aku sendiri baru memegang *handphone *saat di bangku kuliah, sementara anakku yang masih balita sudah dapat mengotak-atik smartphone milikku atau milik ibunya jika ia dapati.

Melarangnya untuk belajar tehnologi sungguh tak bijak, tapi kita harus mengontrol apa saja yang dapat ia mainkan. Termasuk soal batasan waktu. Jika kita tak lebih dahulu mengusai tehnologi itu, bagai mana mungkin kita bisa mengontrolnya. Maka, jangan heran suatu saat nanti anak-anak itu akan mengkadali kita yang tak mau belajar tehnologi yang semakin canggih itu.

Saleum

Hafidh Polem

Sort:  

Mantap, catatan yang luar biasa keren. Aku sangat menikmati cara Bung bercerita.

Teurimong geunaseh @muhajir.juli

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64104.40
ETH 3148.52
USDT 1.00
SBD 4.25