Rabi'ah Al-Adawiyah; Ibu Para Sufi Pt.2, Varian Sejarah dan Pinangan Yang Menakjubkan

in #writing6 years ago (edited)

e33xes54h4.jpg
Image

Bagi Orang Yang Sedang Kalut Memikirkan Empat Masalah Ini, Mana Ada Kesempatan Untuk Berumah Tangga?

Rabi’ah Al-Adawiyah adalah seorang sufi wanita yang nama dan ajaran-ajarannya telah memberi inspirasi bagi para pecinta Ilahi. Dialah sang pendobrak dominasi laki-laki dalam bidang filosofi. Seorang yang sangat dihormati, bahkan oleh ulama sekaliber Hasan al-Bashri, Malik bin Dinar, dan Tsabit al-Banani.

Kisah Rabi’ah Al-Adawiyah telah diabadikan kedalam berbagai buku oleh para penulis sejarah, dari waktu- ke waktu. Saking banyaknya varian biogragphy beliau, banyak kalangan tidak berani menentukan klaim, buku karangan siapakah yang menceritakan biografi beliau secara tepat. Saya pribadi tidak memiliki keberanian untuk menulis sejarah beliau, sekedar resume dari beberapa sumber bacaan yang semuanya layak untuk dibaca.

Dari sekian banyak buku tersebut, para ahli sejarah menganggap buku Tadzkirat al-Awliya’ karya Fariduddin Aththar biografi yang paling mendekati kehidupan Rabi’ah, terutama ketika awal-awal kelahiran di tengah keluarga yang sangat miskin itu (tapi ada yang menyebutkan bahwa keluarga Rabi’ah sebenarnya termasuk keturunan bangsawan). Riwayat Aththar, yang dikutip Margaret Smith dalam bukunya Rabi’a the Mystic & Her Fellow-Saints in Islam (sebuah disertasi, terbitan Cambridge University Press, London, 1928), antara lain banyak mengungkap sisi-sisi kehidupan Rabi’ah sejak kecil hingga dewasanya.

Bahkan untuk kisah pernikahan beliau sendiri sangat beragam, ada yang mengatakan bahwa beliau pernah menikah dengan gurunya. Sang guru melamar Rabi’ah karena kezuhudan beliau. Sebagian sejarawan mengatakan bahwa beliau pernah beberapa kali menikah dan ada juga yang mengisahkan bahwa beliau tidak pernah menikah sama sekali.
Bila kita membaca buku-buku biografi Rabi’ah Al-Adawiyah, kita dengan mudah menemukan berbagai pertentangan pendapat tentang kehidupan Rabi’ah Al-Adawiyah. Bila kita menemukan kisah yang sama, maka bisa dipastikan bahwa buku tersebut mengambil sumber sejarah yang sama.

Diantara banyak kisah tentang Rabi’ah Al-Adawiyah, yang paling menyentuh hati saya secara personal adalah kisah lamaran tiga ulama terhadap beliau.
Dikisahkan bahwa karena kealimannya, kerendahan hatinya dan kezuhudan hidupnya memunculkan magnet yang menarik banyak kalangan untuk mengaguminya sebagai perempuan sufi yang tak biasa. Tak hanya masyarakat awam, kekaguman tersebut ternyata juga dimiliki para ulama besar yang se-zaman dengan beliau.

Pada suatu hari (setelah beliau berstatus janda, ada juga yang mengatakan beliau masih gadis), Datanglah tiga orang ulama besar secara bersamaan bertamu ke rumah beliau. Ketiga ulama tersebut adalah Hasan al-Bashri, Malik bin Dinar, dan Tsabit al-Banani. Dengan sopan mereka melamar Rabi’ah Al-Adawiyah dan meminta beliau untuk memilih salah seorang diantara mereka, sementara Rabi’ah Al-Adawiyah sendiri berada dibalik tirai pembatas atau hijab sehinga ketiga ulama tersebut tidak bisa melihat Rabi’ah Al-Adawiyah, melainkan hanya mendengar suaranya saja.

Sekilas terjadi tanya jawab diantara mereka.
Dari balik hijab Rabi’ah Al-Adawiyah berujar, “Baiklah, tapi aku ingin tahu, siapakah di antara kalian yang paling alim, maka aku akan bersedia menjadi istrinya.”

“Hasan al-Bashri,” sahut Malik bin Dinar dan Tsabit al-Banani bersamaan. Suasana “persaingan” merebut hati Rabi’ah ternyata tak menghalangi mereka untuk tetap tawadhu’ satu sama lain.

Rabi’ah Al-Adawiyah pun mengajukan persyaratan kepada Hasan al-Bashri. “Jika Tuan mampu menjawab empat masalah yang aku ajukan maka aku bersedia menjadi istri Tuan.”

“Silakan, wahai Rabi’ah. Semoga Allah memberi taufiq kepada aku dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu,” balas Hasan al-Bashri.

“Menurut Tuan, kalau aku meninggal dunia, apakah kematianku dengan membawa ketetapan iman atau tidak?”

“Maaf, hal ini termasuk hal yang ghaib, dan tiada yang tahu pasti kecuali Allah,” jawab Hasan al-Bashri.

Rabi’ah melanjutkan, “Ketika aku bersemayam dalam kubur, lalu malaikat Munkar dan Nakir bertanya, menurut Tuan, mampukah aku menjawabnya?”

“Maaf, itu juga termasuk masalah ghaib. Yang tahu hanyalah Allah.”

“Menurut Tuan, ketika manusia dihimpun di hari Kiamat kelak, aku termasuk orang yang menerima kitab amal dengan tangan kanan ataukah kiri?”

Hasan al-Bashri masih mengutarakan jawaban yang sama. Ia tak dapat menjawab masalah yang ia nilai ghaib itu.

“Menurut Tuan, ketika manusia dipanggil, aku termasuk golongan orang yang masuk surga atau neraka?”

Lagi-lagi Hasan al-Bashri meminta maaf dan mengembalikan kepastian atas jawaban tersebut kepada Allah. Ia tahu, Rabi’ah adalah tokoh dengan ketaatan dan prestasi ruhani yang luar biasa. Tapi untuk urusan nasib kehidupannya kelak, Hasan al-Bashri tak mau memberi penilaian. Beliau menghindar dari apa yang menjadi hak prerogatif Allah.

“Bagi orang yang sedang kalut memikirkan empat masalah ini, mana ada kesempatan untuk berumah tangga?” kata Rabi’ah.

Para ulama itu pun meneteskan air mata dan keluar dari rumah Rabi’ah al-’Adawiyah dengan penuh penyesalan.

Belum pernah saya mendengar atau membaca kisah lamaran yang sangat istimewa melebihi kisah ini di zaman sekarang. Umumnya bila seorang perempuan dilamar, di zaman ini, maka persyaratannya tak lebih dari pekerjaan, jumlah mahar dan segala tetek bengek yang menyangkut dengan harta atau kedudukan si pelamar, walau tidak semuanya demikian.

Saya tidak berani untuk menjudge bahwa apa yang telah saya tulis di atas adalah sebuah keberanaran, karena banyaknya versi kisah yang saya temukan, dan ini hanya sebuah versi dari sekian banyak versi sejarah.

Special Thank's to Kanda @isnorman yang telah memberikan support dan motivasi dalam penulisan artikel ini.

Terima kasih kepada semua sahabat yang telah banyak membantu saya selama ini dengan berbagai cara yang luar biasa, mereka antara lain @levycore @aneukpineung @munawar87 @riostarr @silvia @suhaimiaceh @ponpase @pojan @dilimunanzar @rizal-sahabat @sevenfingers @binjeeclick @fauzan11 @fajri26 @muktaridha dan masih sangat banyak sahabat steemian yang tak mungkin sanggup saya sebut namanya satu per satu. Juga untuk @esteem dan @esteemapp untuk eSteem Surfer Setup 1.0.2 yang luar biasa

Salam hormat selalu kepada kanda @ilyasismail yang dengan sabar mengajarkan berbagai hal tentang steemit kepada saya di setiap perjumpaan.

Sebagian Sumber Bacaan:

7i5vwa7bwi.png

Sort:  

mantap bang, semoga semakin berkembang

terima kasih @pojan. Masih dalam tahap belajar

Sep bereh adun @lamkote, memang kisah yang sangat syahdu, walaupun versi nya banyak, tp menjadi inspirasi hebat buat kita dlm menjalani hidup untuk tujuan akhirat..

Amin. Teurimong geunaseh aduen @suhaimiaceh

Ulasan kek gini yg aq suka bg, meskipun terkadang dlm penentuan referensi kita sebagai orang awam sering dibuat bingung dgn sedikit perbedaan riwayatnya...

benar bang @jamanfahmi. Apalagi untuk kisah Rabi'ah Al-Adawiyah, sangat banyak kontroversi antar penulis sejarah

wahh.. membaca cerita ini teringat saat pertama membacanya dibalai pengajian karena tertarik dengan sebuah kitab yang cukup tebal. itupun saya curi dari guru tapi sebentar, stelah itu kasih balek lagi.. :D

Kalau tidak salah, termaktub dalam kitab Durratun Nashihin aduen @muktaridha

Sep bereh, mameh meunan asoe jih brader @lamkote

Karap jeut keu meulisan sang nyan aduen

Tokoh perempuan dari kalangan Islam yang mendunia. Sangat inspiratif.

Oia, brother @lamkote, sedikit bingkisan sudah saya kirimkan ke dompet sebagai bentuk penyemangat dan berbagi rezeki. Semoga bermanfaat.

Meski kita belum kenal, semoga menjadi saudara. Sungguh indah, kita dipertemukan dalam media ilmu.

Terima kasih atas bingkisan lebarannya aduen @munawar87

Semoga suatu saat nanti kita bisa ketemu langsung dan ngobrol2.

Narasi yang mantap plus referensi. Komplit👍

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 63754.85
ETH 3055.95
USDT 1.00
SBD 3.85