The Silence of Life Grandma was Blind in a Rickety Shack | Kesunyian Nek Rohani di Gubuk Reot |

in #actnearn5 years ago

Rohani_01.jpg


Student Experience Community Service Program (KKN) in the village not only carry out the program, but students gain inner experience that they may have never felt before.

At least that's how Febri Deande et al felt when he saw the home of an old woman who lives alone in the village of Paya Leupah, Simpang Kramat District, North Aceh Regency. The journey to trace every inch of the village carried out by Febri and friends has brought them together with Rohani Salam (69), a blind woman who lives alone in a shanty hut.

According to Febri who is also the leader of Group 14, they were Nek Rohani when they were about to take a census of the residents of Paya Leupah Village. When the students arrived, Rohani was pulling the grass in front of her hut without any equipment, using only her hands.

Besides not being able to see again since eight years ago, Rohani was also unable to hear properly. "When we came and said our greetings, Grandma could not hear. I then took his hand, "said Febri in a sad tone, Monday (9/9/2019).

Together with his friends, Febri entered Rohmi's stage house, which was quite attentive. Group 14 KKN Public Relations, Desi Hasra Deva, who joined in describing the situation in the house. The base is from small weathered areca nut, so students must be careful to walk, if they don't want to fall.

Establishing communication with Spiritual is rather difficult because he has a hearing loss. However, the students asked Rohani many things even though the woman could not speak Bahasa.

To the students, Rohani claimed that he had never received help from the government. He lives from the compassion of the local people who care about him. Every harvest, he is also flooded with sustenance from local residents. If not, he receives a wage of pandanus leaf weaving mats.

"Somehow he lives in such conditions. The kitchen is there, but looks like it's never been used again. Bathroom outside the house and no electricity. It's sad," said Desi again.

The village head of Payah Leupah, Munawir Ilyas, confirmed that Rohani lived alone because the woman never married. However, Rohani has a sister and several nieces. "Residents here are also very concerned about him and often provide assistance," said Munawir who was contacted by telephone on Monday night.

Munawir, who has not been a village chief in Paya Leupah for a year, will submit requests for help to Rohani and other residents who are living below the poverty line. He revealed, in 2018 there were two houses of poor citizens built with village funds. "For this year, no," said the father of four children.

Desi et al hope that the North Aceh Government can help build a Spiritual house to be more livable. Of course it's the hope of all people who still have a sense of humanity.

In the midst of the abundance of money in the village and various other sources of assistance, Rohani should not have passed his old age which was quiet in a rickety shack that could collapse by a gust of strong wind. [Ayi Jufridar]


Rohani_02.jpg


Rohani_03.jpg


Kesendirian Nek Rohani di Gubuk Reot

Pengalaman mahasiswa Kuliah Kerja Nyata di perkampungan bukan hanya melaksanakan program, tetapi mahasiswa mendapatkan pengalaman batin yang mungkin belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Setidaknya itulah yang dirasakan Febri Deande dkk ketika melihat rumah seorang perempuan tua yang hidup sebatang kara di Desa Paya Leupah Kecamatan Simpang Kramat Kabupaten Aceh Utara. Perjalanan menelusuri setiap jengkal kampung yang dilakukan Febri dkk telah mempertemukan mereka dengan dengan Rohani Salam (69), seorang perempuan buta yang tinggal sendiri di gubuk reot.

Menurut Febri yang juga ketua Kelompok 14, mereka Nek Rohani ketika hendak melakukan sensus penduduk Desa Paya Leupah. Ketika mahasiswa datang, Rohani sedang mencabut rumput di depan gubuknya tanpa peralatan apa pun, hanya menggunakan tangan.

Selain tidak bisa melihat lagi sejak delapan tahun lalu, Rohani juga tidak mampu mendengar dengan baik. “Ketika kami datang dan mengucapkan salam, Nek Rohani tidak bisa mendengar. Saya lantas mengamit tangannya,” ungkap Febri dengan nada sedih, Senin (9/9/2019).

Bersama kawan-kawannya, Febri masuk ke rumah panggung milik Rohani yang cukup memprihatikan. Humas KKN Kelompok 14, Desi Hasra Deva yang ikut masuk mendeskripsikan situasi di dalam rumah tersebut. Alasnya dari batang pinang kecil yang sudah lapuk, sehingga mahasiswa harus hati-hati melangkah, kalau tidak ingin terjatuh.

Membangun komunikasi dengan Rohani agak sulit karena ia mengalami gangguan pendengaran. Namun, mahasiwa bertanya banyak hal kepada Rohani meski perempuan itu tidak bisa berbahasa Indonesia.

Kepada mahasiswa, Rohani mengaku tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah. Ia hidup dari belas kasihan warga sekitar yang peduli padanya. Setiap panen, ia juga kebanjiran rezeki dari warga sekitar. Kalau tidak, ia menerima upah menganyam tikar daun pandan.

“Entah bagaimana beliau hidup dalam kondisi begitu. Dapurnya ada, tetapi terlihat seperti tidak pernah digunakan lagi. Kamar mandi di luar rumah dan tidak ada listrik. Sungguh menyedihkan,” ujar Desi lagi.

Kepala Desa Payah Leupah, Munawir Ilyas, membenarkan Rohani hidup sebatang kara karena perempuan itu tidak pernah menikah. Namun, Rohani memiliki adik dan beberapa keponakan. “Warga di sini juga sangat memperhatikannya dan sering memberikan bantuan,” ungkap Munawir yang dihubungi per telepon, Senin malam.

Munawir yang belum setahun menjadi kepala desa di Paya Leupah akan mengajukan permohonan bantuan kepada Rohani dan warga lain yang memang hidup di bawah garis kemiskinan. Ia mengungkapkan, pada 2018 silam ada dua rumah warga miskin yang dibangun dengan dana desa. “Untuk tahun ini, belum ada,” kata ayah empat anak itu.

Desi dkk mengharapkan Pemerintah Aceh Utara bisa membantu membangun rumah Rohani agar lebih layak huni. Tentu saja itu harapan semua orang yang masih memiliki rasa kemanusiaan.

Di tengah melimpahnya uang di desa dan berbagai sumber bantuan lainnya, seharusnya Rohani memang tidak melewati masa tuanya yang sunyi di gubuk reot bisa rubuh oleh embusan angin kencang. [Ayi Jufridar]

Rohani_04.jpg


Badge_@ayi.png


follow_ayijufridar.gif

Sort:  

Semoga permaslahan Rumah tidak Laayak Huni dapat diatasi di Negeri Gas Alam ini

Nyoe warga lagenyoe keuh yang layak tabi peng bantuan. Dari kondisi rumoh pih hana le layak huni, semoga nek Rohani sehat sabe.

It is a nice work you do with your students, it is also sadenning and interesting to see how Rohani lives alone without help. I hope he felt better with your visit.

Thanks for sharing this with Realityhubs. We look forward to your next post.

Realityhubs Mod


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Memang masih banyak sekali kondisi memprihatinkan seperti ini. Bahkan lembaga-lembaga sosial tidak bisa memberi solusi maksimal untuk ini. Sangat disayangkan kondisi di Indonesia saat ini.

Thanks for your contribution.

Regards,
@anggreklestari
[Realityhubs Curator]


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Ironis jika masih ada warga dengan tingkat kemiskinan seperti itu di Aceh Utara. Gara-gara pemberitaan tersebut, pejabat marah karena media mainstream memberitakan secara luas. Padahal, mereka harus berterima kasih dengan pemberitaan media. PLN Lhokseumawe pun akhirnya memasang listrik di rumah Nenek itu dengan gratis.

Posted using Partiko iOS

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64513.75
ETH 3146.11
USDT 1.00
SBD 3.95